Wakil Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Wamen Dikti Saintek) Stella Christie meninjau lima titik calon lokasi Sekolah Garuda di Kabupaten Rejang Lebong, Bengkulu pada Rabu (20/8/2025).
Lokasi yang dikunjungi meliputi Villa Diklat Danau Mas Harun Bastari di Desa Mojorejo, Desa Air Bening, Desa Tebat Tenong Luar, serta dua titik lain di Desa Dataran Tapus, Kecamatan Bermani Ulu Raya.
Stella ditugaskan untuk mewujudkan komitmen Presiden Prabowo Subianto yang menargetkan pembangunan 20 Sekolah Garuda baru dan 80 Sekolah Garuda Transformasi sebagai langkah mempercepat ketertinggalan Indonesia di bidang sains dan teknologi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut Stella, Bengkulu menempati peringkat ketiga dalam seleksi 'beauty contest' calon daerah pembangunan Sekolah Garuda. Penilaian dilakukan bersama Kementerian Dalam Negeri dengan mengacu pada sejumlah indikator, mulai dari Indeks Pembangunan Sumber Daya Manusia, rapor literasi dan matematika, hingga data kemiskinan.
"Jadi provinsi Bengkulu itu peringkat ketiga dalam beauty contest kita. Peringkat pertama Sulawesi Tenggara, lalu peringkat kedua Kalimantan Utara," ujar Stella dalam keterangan resmi yang dikeluarkan Kantor Komunikasi Kepresidenan, Kamis (21/8/2025).
Dari hasil peninjauan, Desa Mojorejo menjadi salah satu lokasi paling potensial. Lahan yang ditawarkan mencapai 20 hektare, di mana 18,46 hektare sudah bersertifikat, sementara sisanya masih dalam proses pengurusan. Lokasi ini berjarak kurang lebih 100 kilometer dari kota Bengkulu.
"Saya senang sekali melihat lokasi ini. Yang pertama, ada sejarah bahwa Rejang Lebong itu sebenarnya adalah pusat pendidikan di daerah Sumatera bagian selatan. Namun, seiring bergulirnya waktu, pusat pendidikan tersebut agak berkurang. Ini akan menjadi kesempatan yang baik untuk mengembalikan marwah dari Rejang Lebong sebagai pusat pendidikan," kata Stella.
Ia menambahkan, udara sejuk dan panorama alam yang indah menjadi nilai tambah bagi lingkungan belajar. "Ini sangat menyenangkan sekali untuk bersekolah," katanya.
Pemerintah daerah setempat diminta segera melengkapi detail topografi agar kelayakan lokasi bisa diputuskan. Dari total lahan yang tersedia, sekitar 2 hektare akan dialokasikan untuk bangunan, sementara sisanya dimanfaatkan sebagai kawasan hijau dan sarana latihan.
![]() |
Sinergi dengan Masyarakat
Stella juga menyoroti keberadaan tanaman perkebunan masyarakat, seperti kopi, yang banyak digarap di Desa Mojorejo. "Kalau lokasi ini dipilih, kami tetap menginginkan agar masyarakat tetap menggarapnya. Ini sebenarnya sangat baik untuk kami karena ada yang menjaga lahan. Karena kalau 20 hektare semua opex-nya dari pusat, ini berat. Jadi sebenarnya ini efisien dan efektif dari segi pendanaan. Masyarakat dapat menggunakannya, kita juga mengambil untungnya," katanya.
Lebih jauh, ia menekankan bahwa Sekolah Garuda bukan hanya hadir untuk mencetak siswa unggul secara akademis, tetapi juga memberi dampak positif bagi masyarakat sekitar. Fasilitas kesehatan, perpustakaan, hingga sarana olahraga nantinya akan dibuka untuk publik.
"Kami juga ingin fasilitas olahraga yang dibangun untuk siswa, dalam satu hari seminggu atau mungkin setiap Sabtu dan Minggu itu bisa terbuka untuk masyarakat. Jadi ini bukan sekolah elit, tapi sekolah yang sangat berkualitas tetapi sangat inklusif terhadap masyarakat sekitar," ujar Stella.
Sekolah Garuda merupakan bagian dari Program Hasil Terbaik Cepat (PHTC) Presiden Prabowo, yang digagas untuk mendukung visi Indonesia Emas 2045. Program ini dibagi menjadi dua jenis: Sekolah Garuda Transformasi, yakni penguatan bagi SMA/MA yang sudah ada agar mampu menembus perguruan tinggi terbaik dunia; serta Sekolah Garuda Baru, yang difokuskan pada pembangunan sekolah berasrama di daerah dengan keterbatasan akses pendidikan bermutu.
Melalui program ini, pemerintah ingin memastikan anak-anak dari keluarga sederhana di wilayah terpencil memiliki kesempatan yang sama untuk mengenyam pendidikan unggul.
(pal/nwk)