Ajarkan AI di SD, Guru: Soal Etika Dulu, Bukan Prompt

ADVERTISEMENT

Ajarkan AI di SD, Guru: Soal Etika Dulu, Bukan Prompt

Trisna Wulandari - detikEdu
Kamis, 07 Agu 2025 14:30 WIB
Ilustrasi Google Gemini. (Aisyah Lutfhi/detikSumut)
Foto: Ilustrasi Google Gemini. (Aisyah Lutfhi/detikSumut)
Jakarta -

Koding dan artificial intelligence (AI) menjadi mata pelajaran (mapel) pilihan di satuan pendidikan mulai tahun ajaran 2025/2026. Mapel koding dan AI diterapkan secara bertahap mulai kelas 5-6 SD, 7-9 SMP, 10-12 SMA, dan yang sederajat.

Guru SDN 061 Cijerah, Jawa Barat dan Google Certified Educator Dadan Irsyada, MPd mengatakan, pembelajaran AI di SD di antaranya mengacu pada Naskah Akademik Pembelajaran Koding dan Kecerdasan Artifisial pada Pendidikan Dasar dan Menengah, Februari 2025 dari Badan Standar, Kurikulum, dan Asesmen Pendidikan Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (BSKAP Kemendikdasmen).

Berdasarkan naskah akademik koding dan AI, tahapan kemampuan AI yang dikuasai peserta didik jenjang SD dan yang sederajat antara lain memahami dampak kecerdasan artifisial dalam kehidupan sehari-hari.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kemudian, siswa SD juga mampu menggunakan kecerdasan artifisial dengan memegang etika (keadaban) bahwa kecerdasan artifisial tidak 100% benar, memegang etika perlindungan data pribadi, dan menggunakan kecerdasan artifisial hanya untuk kebaikan.

Kemampuan AI siswa jenjang SD juga termasuk dapat membedakan antara teknologi kecerdasan artifisial dan nonkecerdasan artifisial. Kemudian, siswa dapat memahami konsep dasar input-proses-output pada AI, yang salah satunya melibatkan sumber data dan pembelajaran oleh mesin.

ADVERTISEMENT

Etika Dulu

Dadan menjelaskan, pembelajaran AI sendiri ia awali dengan mengenalkan bagaimana AI mendapatkan data dan menyajikannya pada pengguna. Lebih penting lagi, siswa diajari etika penggunaan AI sejak awal pembelajaran sebelum memakai asisten AI.

Penulis buku 'Explore Koding & AI SD' ini menuturkan, ia mengenalkan etika AI dalam tiga pertemuan. Siswa diajak berdiskusi tentang apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan dengan AI beserta alasannya.

"Jadi bukan langsung prompting," tuturnya di Press Briefing Google AI Mendukung Pendidikan Bermutu dan Aman Untuk Semua di Restoran Kembang Goela, Bendungan Hilir, Jakarta, Kamis (7/8/2025).

Belajar Kritis dan Logika

Kemudian, siswa diajak memastikan kebenaran logika dari hasil jawaban AI. Dengan cara ini, anak belajar untuk tetap kritis dan percaya dengan kemampuan diri dalam menavigasi penggunaan teknologi AI.

Dadan mencontohkan, siswa merancang penulisan cerita yang belum pernah ada bersama asisten AI Google, Gemini. Cerita kemudian disajikan bergambar. Siswa kemudian diajak untuk menilai logika cerita dan gambar yang muncul.

"Jadi bukan soal cepat dengan memakai Gemini, tetapi soal menentukan apakah hasilnya berdasar logika. Menilai kelogisannya. Tidak soal 100 persen percaya," ucapnya.




(twu/nwk)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads