Permainan Mobile Legends (ML) direncanakan oleh Dinas Pendidikan (Dispendik) Surabaya akan masuk ke sekolah sebagai ekstrakurikuler. Permainan ini diharapkan memberikan pembelajaran edukatif bagi siswa.
Di samping banyaknya anak yang gemar bermain Mobile Legend dan menyambut baik program tersebut, pakar menyoroti dampaknya. Salah satunya Lukman Hakim pakar IT dari Universitas Muhammadiyah Surabaya, ia menyoroti potensi perilaku dari permainan tersebut.
Ia mengungkap berdasarkan beberapa penelitian yang mengaitkan permainan digital seperti Mobile Legends dengan perilaku anak. Hasilnya menunjukkan potensi perilaku negatif bisa muncul misalnya abai dengan waktu belajar, kecanduan, hingga agresivitas.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Namun, kita juga perlu mencermati bahwa potensi tersebut lebih banyak muncul ketika tidak ada pendampingan, edukasi, dan pengelolaan yang tepat dari pihak sekolah maupun orang tua," katanya dikutip dari laman UM Surabaya, Selasa (20/5/2025).
Pentingnya Etika Digital bagi Siswa
Jika program tersebut akan berlaku, Lukman mengingatkan pemerintah dan sekolah agar mengedukasi siswa terlebih dahulu soal etika digital. Menurutnya akan lebih baik jika program ini memotivasi siswa untuk dapat mengembangkan keterampilan mereka, mulai dari keterampilan kerja tim, manajemen emosi, strategi hingga komunikasi.
Lukman menyebut Indonesia harus berkaca pada negara lain yang menjadikan e-sport sebagai hal yang mendorong profesi menjanjikan di masa depan seperti caster, desainer game dan sebagainya.
"Dengan pendekatan kurikulum yang tepat, Mobile Legends bisa menjadi pintu masuk untuk memperkenalkan dunia teknologi dan industri kreatif kepada peserta didik secara relevan dan menarik," ujar Lukman.
Peningkatan Keterampilan Siswa Lewat Mobile Legends
Alih-alih menghakimi, Lukman mengajak untuk melihat apa saja dampak dari masuknya Mobile Legends ke kurikulum. Bagaimanapun, program ini merupakan contoh dari transformasi digital di dunia pendidikan.
"Pendidikan modern wajib mampu bertransformasi dan merangkul ruang-ruang digital yang relevan bagi generasi muda. Karena Pendidikan seharusnya fleksibel, adaptif, dan bersedia hadir di ruang-ruang yang relevan dengan dunia remaja," imbuhnya.
Lukman menyebut kebijakan ini dapat membuat siswa dan sekolah berinteraksi secara digital. Kemudian, potensi peningkatan soft skill siswa pun dapat terjadi.
"Berpikir komputasional sesuai dengan langkah Kemendikdasmen untuk memasukkan pelajaran yang beririsan dengan dunia IT (Game dan AI)," katanya.
Lukman berpendapat bahwa ekstrakurikuler Mobile Legends jika dimanfaatkan dengan baik oleh sekolah maka dapat menarik perhatian siswa agar termotivasi belajar. Sehingga implementasinya butuh kolaborasi multisektor yakni sekolah, pemerintah dan produsen game.
Ia berharap pembuatan kebijakan ini punya dampak serius dan baik untuk siswa. Jika berhasil, maka tak cuma skill bertanding yang dilatih tapi juga berpikir logis, memecahkan masalah dan adaptasi dengan teknologi.
"Dengan demikian, menjadikan Mobile Legends sebagai ekstrakurikuler di sekolah bukan hanya sekadar mengikuti tren, tetapi juga merupakan upaya yang strategis untuk mempersiapkan generasi muda menghadapi tantangan dan peluang di era digital,"pungkasnya.
(cyu/nah)