Murid Ramai di Kelas? Guru Bisa Terapkan 5 Langkah Ini untuk Buat Kesepakatan

ADVERTISEMENT

Murid Ramai di Kelas? Guru Bisa Terapkan 5 Langkah Ini untuk Buat Kesepakatan

Novia Aisyah - detikEdu
Rabu, 27 Mar 2024 20:00 WIB
Marsaria Primadonna, ketua Kampus Guru Cikal
Marsaria Primadonna, ketua Kampus Guru Cikal. Foto: Yayasan Guru Belajar
Jakarta -

Tak jarang, guru menghadapi tantangan soal manajemen kelas. Mulai dari siswa yang sibuk bicara sendiri, tidak mengumpulkan tugas, sampai kelas yang berantakan. Meskipun aturan sudah dibuat, tetapi mereka tetap melanggar.

Ketua Kampus Guru Cikal, Marsaria Primadonna mengatakan tantangan ini bisa diatasi dengan menerapkan disiplin positif. Salah satu unsur dari disiplin positif adalah membuat kesepakatan kelas yang sekarang juga didorong di era Kurikulum Merdeka.

"Dengan kesepakatan kelas, murid secara utuh dilibatkan dalam membuat dos dan don'ts tindakan atau perilaku dalam proses belajar. Jadi akan tumbuh dari dalam rasa tanggung jawab untuk melakukan kesepakatan itu," kata pengajar yang akrab disapa Pima itu.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Berpengalaman mengajar selama lebih dari dua puluh tahun, Pima menceritakan pengalamannya dalam mengajak murid untuk berdiskusi merumuskan kesepakatan kelas. Menurutnya ada lima langkah yang dapat dijadikan panduan.

Tips buat Kesepakatan Kelas agar Siswa Disiplin

1. Diskusikan dengan Siswa Pentingnya Kesepakatan Kelas

Pada tahap ini, guru dapat melempar beberapa pertanyaan pancingan kepada siswa. Ini beberapa rekomendasi pertanyaan menurutnya:

ADVERTISEMENT
  • "Mengapa penting untuk punya kesepakatan bersama di kelas?"
  • "Mengapa penting untuk murid terlibat penuh dalam membuat kesepakatannya?"
  • "Mengapa penting untuk untuk sepakat?"
  • "Mengapa tidak guru saja yang membuat lalu disepakati oleh murid?"

Hasil dari diskusi pada tahapan ini adalah menyepakati bersama bahwa siswa perlu aktif ketika merumuskan kesepakatan kelas.

2. Menggambar Kelas yang Ideal

Pada tahap ini, guru mengajak siswanya untuk menyiapkan alat tulis dan menggambar kelas yang ideal. Siswa akan berimajinasi dan berkreasi, sehingga akan terbayang apabila mereka disiplin terhadap kesepakatan, maka mereka sendiri yang merasakan manfaatnya.

"Mengapa menggambar? Karena murid semua jenjang dapat menggambar. Meskipun mungkin ada yang gambarnya lebih abstrak, itu tidak masalah," ujar Pima melalui keterangan tertulis, dikutip Rabu (27/3/2024).

3. Curah Ide

Setelah menggambar, maka siswa bisa diajak untuk menerjemahkan gambarnya ke poin-poin tulisan. Beda jenjang akan beda intervensi. Sehingga murid PAUD misalnya, mungkin akan butuh bantuan guru untuk menulis.

"Untuk guru PAUD atau murid kelas satu, misalnya guru harus tanya ke murid, apa yang mereka gambar dan menuliskannya. Tapi untuk jenjang yang lebih tinggi, mereka akan bisa lebih mandiri," kata dia.

4. Diskusi untuk Merumuskan Poin Kesepakatan

Selanjutnya, guru dapat membagi murid ke dalam kelompok kecil untuk memulai diskusi. Dengan ini, siswa akan belajar berkolaborasi dan mulai sadar mungkin ada beberapa keinginannya yang tak sesuai dengan keinginan temannya.

Menurut Pima, guru bisa memberi kanvas diskusi sebagai panduan agar diskusi efektif. Kanvas ini dapat dibuat secara sederhana dengan membuat tabel berisi beberapa pertanyaan, seperti:

  • "Seperti apa kelas impianmu?"
  • "Bagaimana cara kita supaya bisa berinteraksi dengan baik?"
  • "Bagaimana mewujudkan semua itu?"
  • "Bagaimana kita sebagai murid bisa membuat kelas kita aman dan nyaman?"
  • "Apa saja kesepakatan kelas yang perlu ada?"

Pima menyebut, guru bisa membuat format berbeda untuk diskusi, tetapi wajib memastikan mudah dilakukan siswa.

5. Membuat Kalimat Kesepakatan

Tahap terakhir yang dapat dilakukan adalah merumuskan kalimat kesepakatan kelas. Bagi guru kelas besar, dapat mempersilakan salah satu siswanya untuk memimpin diskusi. Pada langkah ini, seluruh masukan dari setiap tim akan ditampung, lalu didiskusikan.

"Nah, itu kan akan ada banyak poin-poin dari masing-masing grup. Bisa dikelompokkan yang sama atau bertujuan sama, diparafrase, dan dibuat 3-5 kalimat positif. Kalimat positif, misalnya, bukan 'jangan makan di kelas', melainkan 'menjaga kebersihan kelas', seperti itu," jelas Pima.

Pima mengatakan, sesuai pengalamannya melibatkan siswa secara penuh seperti ini sangat membantu agar proses pembelajaran berjalan nyaman.




(nah/pal)

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads