Proses pengembangan dan pembinaan bahasa Indonesia terus dilakukan dengan berbagai upaya. Sampai saat ini, bahasa Indonesia telah dituturkan oleh 3,3 persen penduduk dunia dan 174 ribu siswa di seluruh dunia.
Bahasa Indonesia juga sudah diajarkan ke 54 negara dan didukung oleh 532 institusi, salah satunya hadir di Australia yang mewajibkan mata pelajaran bahasa Indonesia wajib pada jenjang SD. Tetapi ada berbagai tantangan yang ikut menyertai keputusan tersebut.
Mulai dari masalah ketertarikan siswa jenjang pendidikan lain, bahan ajar, hingga kurangnya guru bahasa Indonesia.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Semakin Tinggi Jenjang Pendidikan, Semakin Sepi Peminat Bahasa Indonesia
Ketua Balai Bahasa dan Budaya Indonesia (BBBI) Perth, Danelle Horne, membenarkan bila saat ini sekolah dasar di Australia mewajibkan siswanya untuk mengambil mata pelajaran di Indonesia.
Tetapi tantangan lain timbul. Tidak seperti SD, bahasa Indonesia di sekolah menengah masih bersifat mata pelajaran pilihan. Maka dari itu, untuk mengajarkannya perlu fokus pada proses pembangkitan rasa senang anak-anak.
"Anak-anak perlu tahu untuk apa mereka belajar bahasa Indonesia. Sebagai contoh, anak-anak tertarik belajar bahasa Jepang karena mereka suka dengan manga, anime, yang membuat mereka ingin tahu bahasanya. Sementara untuk bahasa Indonesia mereka tidak tahu apa yang menarik sehingga perlu memilih pelajaran tersebut di sekolah," kata Danielle dikutip dari rilis yang diterima detikEdu, Jumat (8/3/2024).
Akibatnya semakin tinggi jenjang pendidikan, semakin sedikit pula siswa yang memilih bahasa Indonesia.
Terkait kurangnya bahan ajar, Presiden Victorian Indonesian Language Teachers' Association (VILTA) menjelaskan bila siswa perlu diberi tujuan yang baru untuk mempelajari bahasa Indonesia. Tidak hanya fokus pada ujian atau nilai diperlukan bahan ajar yang memiliki konten relevan dengan minat siswa.
Salah satu langkah yang dilakukan VLTA adalah mengkolaborasi bahasa Indonesia dengan mata pelajaran lain seperti Biologi dan Geografi. Mereka juga menyiapkan program kunjungan ke Indonesia untuk melakukan praktik langsung berbahasa Indonesia.
"Kami mengajak anak-anak untuk berkunjung ke Indonesia tidak hanya untuk praktik langsung berbahasa Indonesia, namun juga untuk mempelajari hal-hal yang berkaitan dengan mata pelajaran seperti biologi dan geografi tersebut," jelas Silvy.
Terakhir, kekurangan guru bahasa Indonesia menurut Ketua BBI Australian Capital Territory (ACT), Amrih Widodo adalah hal yang harus diselesaikan segera. Karena, masalah ini dinilai sudah cukup mengkhawatirkan dari level pendidikan dasar sampai menengah dan perguruan tinggi.
Akan Ditangani Kemendikbudristek-KBRI Canberra
Mendengar semua masukan dari para pejuang bahasa Indonesia di Australia, Kepala Badan Bahasa Prof Endang Aminudin Aziz, MA, PhD setuju bila penyusunan bahan ajar bahasa Indonesia di Australia perlu disesuaikan. Terlebih dengan konteks dan kebutuhan siswa masa kini.
"Kemendikbudristek siap memfasilitasi guru-guru untuk menulis buku yang sesuai dengan konteks masing-masing negara. Setiap buku yang diterbitkan akan menjadi milik kementerian dan dapat digunakan secara luas," tegas Aminudin.
Terkait persoalan ketersediaan guru bahasa Indonesia di Australia, Dubes Siswo Pramono menjelaskan akan diselesaikan lewat jalur diplomasi. Hal ini agar cepat atau lambat, kebutuhan guru bahasa Indonesia bisa terpenuhi.
Senada dengan itu, Atdikbud KBRI Canberra, Mukhamad Najib, juga menyampaikan kiranya permasalahan dalam pengembangan dan pembelajaran bahasa Indonesia di Australia dapat segera diatasi.
"Kantor Atdikbud KBRI Canberra terus berkomitmen untuk memfasilitasi dan menjembatani komunikasi antara pemerintah Indonesia dengan BBI/BBBI dan asosiasi-asosiasi kebahasaan di Australia," tegas Nakjib.
Sebagai informasi, saat ini terdapat 5 Balai Bahasa dan Budaya Indonesia di Australia, yaitu BBI-Australian Capital Territory, BBI-Perth, BBBI Victoria & Tasmania, BBBI-Queensland, dan BBBI-New South Wales. Kelimanya bertugas untuk memberikan pendidikan bahasa dan budaya Indonesia serta memajukan hubungan antara masyarakat Australia dan Indonesia.
(det/faz)