Studi: Pelajaran Tak Bisa Ubah Sikap Siswa ke Lingkungan

ADVERTISEMENT

Studi: Pelajaran Tak Bisa Ubah Sikap Siswa ke Lingkungan

Zefanya Septiani - detikEdu
Jumat, 11 Agu 2023 09:00 WIB
Ilustrasi sekolah alam
Studi terbaru mengungkap, pelajaran di kelas, kendati di alam langsung, ternyata tidak bisa mengubah sikap siswa terhadap lingkungan. Foto: Getty Images/iStockphoto/Suwanb
Jakarta -

Kondisi lingkungan yang semakin buruk setiap harinya menjadi keprihatinan bagi banyak pihak. Hal ini menyebabkan beberapa sekolah menerapkan pembelajaran konservasi untuk meningkatkan kepedulian anak pada lingkungan.

Namun, penelitian baru dari Milner Center of Evolution di University of Bath mengungkapkan, meningkatnya pemahaman tentang masalah konservasi di sekolah tidak serta merta membuat siswa bersikap lebih baik terkait isu lingkungan.

Berdasarkan temuan yang dipublikasikan di Oryx ini, peneliti menyarankan kegiatan pendidikan konservasi harus dievaluasi dengan hati-hati. Pasalnya, jika tidak berhati-hati, tujuan dari pendidikan lingkungan tidak akan tercapai.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Anak-anak Jarang Interaksi dengan Alam

Meningkatnya urbanisasi dan kemajuan teknologi menurunkan tingkat keterpaparan anak-anak pada alam. Berangkat dari kondisi tersebut, para pegiat konservasi getol mempromosikan kegiatan pendidikan lingkungan pada anak-anak. Harapannya, pemahaman mereka terkait masalah lingkungan jadi lebih baik, seperti yang dikutip dari laman Science Daily.

Para peneliti dari University of Bath kemudian bekerja sama dengan Yayasan Keanekaragaman Hayati Maio (FM), organisasi nirlaba konservasi lingkungan di Maio, Cape Verde, dekat pantai barat Afrika. Lewat penelitian, mereka coba menilai dampak pendidikan lingkungan terhadap anak-anak sekolah di pulau tersebut.

ADVERTISEMENT

Kepulauan Cape Verde adalah pusat evolusi bagi banyak satwa liar, termasuk paus, kura-kura, hiu, dan burung pantai. Namun, praktik yang tidak berkelanjutan seperti perburuan penyu, perjalanan off-road melalui kawasan lindung, dan pembuangan sampah skala besar mengancam satwa liar setempat dalam bahaya.

"Ada kebutuhan nyata untuk menghubungkan kembali masyarakat dengan alam, terutama di tempat-tempat yang kaya keanekaragaman hayati, seperti Maio," ucap Romy Rice, mahasiswa PhD di Milner Center for Evolution di University of Bath, penulis pertama studi.

"Sangat penting untuk meningkatkan kesadaran tentang bagaimana aktivitas manusia tertentu dapat membahayakan satwa liar yang menakjubkan di depan pintu manusia," tambahnya.

Praktik Kelas di Alam

Para peneliti menyelidiki pengaruh kegiatan kelas satu kali terhadap pengetahuan anak-anak terkait masalah lingkungan setempat, sikap lingkungan, dan aspirasi masa depan. Kegiatan setengah hari itu dilaksanakan di 10 kelas, yang terdiri dari anak usia 9-10 tahun (kelas 4 SD) di delapan sekolah. Totalnya sekitar 140 anak.

Kelas lingkungan ini difokuskan pada habitat lahan basah luas di pulau yang menjadi rumah bagi berbagai satwa liar. Kawasan ini termasuk rumah bagi populasi penangkaran terbesar burung pantai cerek yang secara genetik unik di pulau itu.

"Mendidik anak sekolah tentang konservasi juga meningkatkan kesadaran lingkungan di antara orang tua mereka, sehingga bisa menjadi alat yang ampuh untuk mempengaruhi pengetahuan dan sikap positif terhadap lingkungan lintas generasi," ucap Rice.

Para peneliti berbicara dengan anak-anak terkait berbagai spesies yang ditemukan secara lokal, masalah lingkungan yang mengancam satwa liar, dan menggunakan aktivitas permainan untuk menunjukkan ekosistem yang kompleks di daerah tersebut.

Harapannya, praktik ini dapat membantu anak-anak untuk memahami bagaimana semua bagian di alam yang berbeda dapat berhubung. Tim peneliti kemudian menilai pengetahuan konservasi dan sikap terhadap sains dan lingkungan sebelum dan setelah kegiatan.

Pengetahuan Lingkungan Tidak Ubah Sikap Siswa

Sayangnya, para peneliti menemukan bahwa meskipun kegiatan tersebut berhasil meningkatkan pengetahuan dan kesadaran anak-anak tentang masalah lingkungan, sikap mereka terhadap hewan dan satwa liar lainnya tidak berubah.

"Kami terkejut bahwa meskipun kegiatan tersebut meningkatkan pengetahuan anak-anak, tetapi tidak serta merta mengubah sikap mereka terhadap alam. Dalam beberapa kasus malah menurunkan minat mereka terhadap sains," papar Rice.

"Studi ini menunjukkan pentingnya mengevaluasi kegiatan. Kita tidak boleh berasumsi bahwa meningkatkan pengetahuan akan membantu menyelesaikan masalah lingkungan," tambahnya.

Sebaliknya, saat melakukan kelas di alam, Rice berpendapat bahwa tiap pihak pegiat harus merencanakan dan menilai kegiatan dengan hati-hati. Dengan begitu, kegiatan dapat mencapai tujuan yang diinginkan.

"Proyek ini luar biasa untuk melihat bagaimana anak-anak belajar dan bagaimana kita dapat meningkatkan pembelajaran mereka, terutama ketika menyangkut pemahaman mereka tentang keanekaragaman hayati pulau kami dan penghargaan terhadap satwa liar lokal," ucap Herval Silva, Asisten Pembangunan Berkelanjutan di FMB.

"Saat ini, anak-anak ini adalah masa depan konservasi. Jadi, semakin kita memahami bagaimana mereka merasa terhadap lingkungan, semakin baik kita dapat mengembangkan cara-cara untuk melindunginya," tambahnya.




(twu/twu)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads