Pada kesempatan tersebut, Nadiem menjadi salah satu pembicara di hadapan menteri dan delegasi dari 180 negara pada Sesi Panel 1 bersama Direktur Global Pendidikan Bank Dunia Jaime Saavedra, Menteri Pendidikan dan Pemuda Jamaika Fayval Williams, dan Direktur Assessment and Qualification Alliance (AQA) Colin Hughes.
Terobosan Program Merdeka Belajar
Nadiem mengatakan, Merdeka Belajar hadir karena kesadaran akan situasi pembelajaran yang masih butuh banyak peningkatan dan diperparah pandemi COVID-19.
Langkah ini, sambungnya, diharapkan bisa meningkatkan kualitas sistem pendidikan dan menjadikan proses belajar sebagai pengalaman yang menyenangkan bagi pelajar di Indonesia.
Nadiem menjelaskan beberapa terobosan besar yang digerakkan melalui Merdeka Belajar, yaitu:
Asesmen Nasional
Pertama, mengganti ujian berbasis mata pelajaran dengan Asesmen Nasional (AN) yang lebih menekankan pada proses pengembangan kemampuan literasi dan numerasi serta kemampuan berpikir kritis peserta didik. Di samping itu, AN juga menggarisbawahi komitmen satuan pendidikan untuk menjadi lingkungan belajar yang bebas dari perundungan, intoleransi, dan kekerasan seksual.
Kurikulum tak memaksa
Kedua, menghadirkan kurikulum yang dapat diimplementasikan secara sukarela.
Ia menjelaskan, Kurikulum Merdeka mengurangi konten pembelajaran sebanyak 30-40%. Tujuannya yakni menekankan pada pembelajaran yang mendalam, mengalokasikan 20% untuk pembelajaran berbasis projek, serta memberikan keleluasaan bagi guru mengatur kecepatan proses pembelajaran sesuai kebutuhan dan kemampuan peserta didik.
Penerimaan mahasiswa baru
Transformasi ketiga berkenaan dengan jalur penerimaan mahasiswa baru di jenjang perguruan tinggi. Perubahan diterapkan sejak tes masuk sehingga lebih holistik.
"Kami menghapus tes berbasis mata pelajaran untuk penerimaan mahasiswa dan mengaitkannya dengan pembelajaran di jenjang sekolah," kata Nadiem.
Kompetensi guru
Nadiem menambahkan, terobosan yang diciptakan dari Merdeka Belajar adalah meningkatnya kompetensi guru dari pendidikan pra-guru hingga kepala sekolah dengan program Guru Penggerak.
"Para Guru Penggerak adalah para guru yang mampu dan berani mengambil risiko, melakukan inovasi, dan memahami filosofi mendasar dari pendidikan," ujar Mendikbudristek.
Kompetensi literasi dan numerasi
Menteri Nadiem mengatakan, Kemendikbudristek berkomitmen meningkatkan kompetensi literasi dan numerasi peserta didik melalui intervensi spesifik dan tepat sasaran.
Janji tersebut, sambungnya, diupayakan dengan dua langkah utama. Pertama, melalui program Kampus Mengajar yang saat ini sudah mengirimkan lebih dari 90 ribu mahasiswa untuk menjadi rekan guru dalam meningkatkan kemampuan fondasi peserta didik di jenjang SD dan SMP.
Intervensi kedua dilakukan dengan mengirimkan 15 juta eksemplar buku bacaan ke PAUD dan SD dengan nilai literasi rendah berdasarkan hasil AN.
"Sungguh suatu kebahagiaan melihat sekolah-sekolah di daerah 3T saat ini sudah memiliki perpustakaan dan murid-muridnya bersemangat untuk membaca," jelas Mendikbudristek.
Pemanfaatan teknologi
Di samping pembenahan secara SDM, Nadiem mengatakan, teknologi digital dimanfaatkan dalam akselerasi transformasi sistem pendidikan.
Platform-platform yang dirancang Kemendikbudristek, antara lain meliputi Rapor Pendidikan, SIPLah, dan Merdeka Mengajar, dihadirkan untuk mendorong perubahan yang masif melalui peningkatan kualitas pengelolaan satuan pendidikan.
Mengakhiri paparannya, Nadiem menjelaskan implementasi Merdeka Belajar diharapkan terus melibatkan semua aspek dalam sistem pendidikan di seluruh jenjang, baik masyarakat maupun pemangku kepentingan lainnya.
Ia menambahkan, penerapan teknologi digital ke depannya diharapkan dapat mendukung dan membantu guru dalam meningkatkan kualitas pembelajaran.
"Memberikan keleluasaan kepada guru untuk berkarya dan menghadirkan kemerdekaan kepada peserta didik untuk belajar adalah kunci dari keberhasilan transformasi pendidikan," tutup Nadiem.
Simak Video 'Yang Perlu Diketahui soal Rapor Pendidikan Versi 2.0':
(twu/twu)