6 Miskonsepsi Belajar, Standar Nilai Angka hingga Menghafal

ADVERTISEMENT

6 Miskonsepsi Belajar, Standar Nilai Angka hingga Menghafal

Trisna Wulandari - detikEdu
Kamis, 16 Mar 2023 21:00 WIB
Ilustrasi Dampak Masuk Sekolah Terlalu Pagi
Bentuk-bentuk miskonsepsi belajar di sekolah, pernah merasakannya? Foto: iStock
Jakarta -

Salah konsep dalam belajar di sekolah tidak jarang dijumpai. Salah satu yang paling jamak yaitu belajar hanya untuk ujian. Hayo, siapa detikers yang menerapkannya di sekolah?

Pelatih Guru Belajar dan anggota Tim Kurikulum Yayasan Guru Belajar Amalia Jiandra menuturkan, pada dasarnya, siswa butuh kemerdekaan dalam belajar agar mencapai tujuan pendidikan.

Merdeka Belajar adalah belajar yang diatur sendiri oleh pelajar. Pelajar menentukan tujuan, cara, dan penilaian belajarnya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dari sudut pandang pengajar, Merdeka Belajar berarti belajar yang melibatkan murid dalam penentuan tujuan, memberi pilihan cara, dan melakukan refleksi pada proses dan hasil belajar.

Namun, sambung Amalia, sejumlah miskonsepsi belajar di sekolah masih ditemui di berbagai daerah baik pedesaan maupun perkotaan, dan perlu diperbaiki.

ADVERTISEMENT

Apa saja miskonsepsi tersebut? Simak penjelasannya seperti dirinci Amalia yang dirangkum detikEdu, Kamis (16/3/2023):

6 Miskonsepsi Belajar di Sekolah

1. Sekolah hanya untuk ujian

Miskonsepsi sekolah hanya untuk ujian menyebabkan anak jadi cenderung tidak belajar jika tidak ada ujian. Padahal, tujuan utama pendidikan yaitu mendorong siswa menjadi mau belajar sepanjang hayat.


2. Kendali belajar berada pada pengajar

Dengan guru atau pengajar memegang kendali belajar, anak-anak merasa pasif dan tidak dilibatkan dalam praktik pembelajaran, sehingga tidak tertarik untuk menyelaminya lebih jauh. Harapannya, anak-anak justru aktif belajar sehingga terpicu mencari tahu sendiri dan bernalar kritis.


3. Guru menganggap murid punya kebutuhan dan minat belajar yang sama

Anggapan bahwa siswa punya kebutuhan dan minat belajar yang sama membuat sebagian anak yang tidak sama kebutuhan dan minatnya jadi merasa gagal belajar. Padahal, pembelajaran yang baik yaitu memungkinkan murid mendapat kebutuhan belajar yang sesuai baginya.

4. Belajar hanya dengan menghafal

Menghafal pelajaran semata berakibat pada penyempitan cara belajar. Akibatnya, kecakapan siswa untuk bernalar jadi menurun dan siswa jadi tidak memiliki kompetensi. Sementara itu, belajar seharusnya mendorong siswa mandiri terhadap cara belajar sesuai kebutuhannya masing-masing, sehingga memiliki kompetensi.

5. Keberhasilan belajar ditandai dengan nilai angka terstandar

Pengukuran keberhasilan belajar hanya dengan nilai angka terstandar berakibat pada siswa yang akhirnya jadi tidak siap menghadapi tantangan-tantangan kontekstual di dunia kerja.

Padahal, belajar diharapkan memicu lahirnya karya dan aksi atau penerapan hasil belajar di kehidupan sehari-hari dengan baik.

6. Penilaian belajar sepenuhnya wewenang pengajar

Penilaian belajar yang sepenuhnya berada di tangan pengajar membuat rasa takut salah timbul pada siswa. Sementara itu, yang diharapkan dari penilaian belajar yaitu muncul kemampuan siswa merefleksi hasil pembelajarannya dan berkembang dari sana agar semakin baik.

5 Konsep Tujuan Pendidikan dan Miskonsepsinya

Berikut konsep tujuan pendidikan dan miskonsepsinya yang perlu dihindari:

  1. Siap hidup, bukan siap sekolah
  2. Kompetensi, bukan nilai angka
  3. Ujian bermakna, bukan ujian standar
  4. Menalar, bukan menghafal
  5. Kemandirian, bukan kepatuhan

Amalia menggarisbawahi, Merdeka Belajar bukanlah 'belajar terserah anaknya'. Ia menekankan, tetap ada kompetensi yang dipegang oleh guru agar siswa berkembang sesuai jenjang pendidikannya.

"Nah, yang menjadi kebebasan (di Merdeka Belajar) adalah (merdeka dalam) menyesuaikan minatnya, menyesuaikan dengan lingkungannya, sarana-prasarananya," jelasnya.

"Kuncinya diatur oleh pelajar. Tetap ada koridor atas kompetensi yang perlu dimiliki murid pada pelajaran tertentu. Tetapi tetap, belajarnya melibatkan murid dalam menentukan tujuan belajarnya, memberikan pilihan cara, dan melakukan refleksi atas proses dan hasil belajar," pungkasnya.




(twu/faz)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads