SMA Taruna Nusantara setiap tahunnya menjadi salah satu primadona bagi sebagian besar siswa. Sekolah yang berlokasi di Magelang ini merupakan sekolah yang mengharuskan siswa tinggal di asrama selama masa pendidikan.
Banyak orang menyebut sekolah ini memiliki basis pendidikan semi-militer. Padahal sebenarnya, SMA Taruna Nusantara sama seperti sekolah lainnya. Kurikulum yang diterapkan adalah kurikulum dari pemerintah.
SMA Tarnus: Digagas Mantan Menteri Pertahanan dan Keamanan
Dikutip dari laman resmi SMA Taruna Nusantara (20/7), sekolah yang juga kerap disebut Tarnus atau TN ini awalnya merupakan ide dari mantan Menteri Pertahanan dan Keamanan Jenderal TNI L.B. Moerdani.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pada 20 Mei 1985 di Pendopo Agung Taman Siswa, Yogyakarta, Jenderal TNI L.B. Moerdani mempunyai visi untuk membangun sekolah yang mendidik manusia-manusia terbaik dari seluruh Indonesia dan menghasilkan lulusan yang dapat melanjutkan cita-cita para Proklamator.
Ide Moerdani kemudian direalisasikan melalui nota kesepahaman antara ABRI dan Taman Siswa. Perguruan Taman Siswa dipilih karena merupakan organisasi kependidikan pertama di Indonesia.
Dalam nota kesepahaman itu, pihak-pihak terlibat menyepakati pembuatan suatu lembaga bernama Lembaga Perguruan Taman Taruna Nusantara (LPTTN). Dalam perjalanannya, SMA Taruna Nusantara akhirnya bisa berdiri. SMA TN diresmikan Panglima Angkatan Bersenjata (Pangab) saat itu, Jenderal Try Sutrisno pada 14 Juli 1990.
Selama 6 tahun pertama, Taruna Nusantara hanya menerima laki-laki sebagai siswanya dengan jumlah sekitar 245 orang. Barulah mulai tahun 1996, LPTTN membuat kebijakan baru dengan menerima angkatan putri pertama sebanyak 70 orang.
Beasiswa Penuh untuk Siswa
Tahun-tahun awal LPTTN berdiri, sekolah ini menawarkan beasiswa penuh kepada pelajar yang diterima dengan dukungan dana dari TNI yang mempunyai latar belakang politik dan keuangan yang kuat. Para Tenaga Pengajar (pamong) juga mendapat gaji di atas rata-rata serta fasillitas lainnya.
Aturan seperti ini kemudian berubah sejak krisis ekonomi dan perubahan politik di tahun 1997. Sejak itu, LPTTN mengalami kesulitan keuangan sehingga pada tahun 2001 menghentikan kebijakan beasiswa penuh ini.
Saat ini, kebijakan beasiswa tetap bisa diterapkan di SMA Taruna Nusantara bagi pelajar terpilih yang mempunyai kesulitan keuangan. Bedanya, beasiswa ini diberikan baik oleh individual, perusahaan, maupun pemerintah daerah.
(dvs/twu)