Kemdikbudristekdikti terus melakukan sosialisasi terhadap implementasi Kurikulum Merdeka Belajar untuk satuan pendidikan di semua jenjang dari SD hingga SMA/SMK.
Kurikulum Merdeka Belajar adalah kebijakan pengembangan yang menjadi langkah untuk mentransformasi pendidikan demi terwujudnya Sumber Daya Manusia (SDM) Unggul Indonesia yang memiliki Profil Pelajar Pancasila.
Widyaiswara Ahli Madya Balai Besar Guru Penggerak (BBGP) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Dra. Puji Iryanti M.Sc.Ed., mengatakan bahwa dalam menyambut tahun ajaran baru, sekolah perlu menyiapkan Kurikulum Operasional Satuan Pendidikan (KOSP).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Persiapan untuk menyambut tahun ajaran baru memang sudah dilakukan bapak ibu di satuan pendidikan. Mudah-mudahan kurikulum operasional pada satuan pendidikan sudah ada minimal draftnya," ujarnya dalam Webinar Implementasi Kurikulum Merdeka dan Platform Merdeka Mengajar Jilid II, Kamis (14/7/2022).
"Menyusun kurikulum operasional di sekolah membutuhkan banyak hal dan kerja sama dengan baik," tambah Puji.
Sekolah Bebas Memilih Kurikulum
Puji menjelaskan bahwa sekarang Kemdikbudristek memberikan kebebasan memilih kepada sekolah untuk menggunakan kurikulum 2013 atau kurikulum merdeka belajar.
"Pemilihan ini sudah diinformasikan ke sekolah-sekolah. Sekarang ada sekolah yang memilih kurikulum merdeka yang dilakukan dengan tipe mandiri belajar, mandiri berubah, dan mandiri berbagi," terangnya.
Adapun untuk penjelasan ketiga jalur atau tipe ini adalah sebagai berikut.
1. Mandiri Belajar
Mandiri belajar adalah sekolah yang menerapkan kurikulum 2013 tapi mereka mempelajari prinsip-prinsip dari kurikulum merdeka untuk nanti bisa diterapkan.
2. Mandiri Berubah
Tipe ini memberikan keleluasaan bagi sekolah untuk menerapkan kurikulum merdeka dengan menggunakan perangkat ajar yang sudah disediakan pada satuan pendidikan.
3. Mandiri Berbagi
Sekolah bisa mengembangkan sendiri perangkat ajar dalam proses penerapan kurikulum merdeka. Tipe ini juga memberikan keleluasaan kepada satuan pendidikan dalam menerapkan kurikulum merdeka dengan mengembangkan sendiri perangkat ajar pada tiap satuan pendidikan.
Puji berpesan kepada guru di seluruh Indonesia untuk tidak melupakan prinsip-prinsip dari pengembangan kurikulum.
Misalnya terkait keharusan berpusat pada siswa dan kontekstual serta materi-materi esensial yang diterapkan dalam kurikulum di sekolah.
"Kita juga harus melihat perkembangan anak didik SD, karakternya seperti apa, minat bakat apa yang paling menonjol," tuturnya.
SD di Kota Yogyakarta Terapkan Kurikulum Merdeka Belajar
Senada dengan Puji, Kepala Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta, Budi Santosa Asrori, SE., M.Si., juga menyampaikan bahwa tahun ajaran baru bisa dimulai dengan implementasi kurikulum merdeka di setiap satuan pendidikan.
"Mulai dengan sesuatu yang baru pada tahun ajaran baru ini dengan implementasi kurikulum merdeka yang akan diterapkan satuan pendidikan yang ada di Tanah Air," ucapnya.
Dalam hal ini, Budi mengatakan bahwa satuan pendidikan tingkat SD di kota Yogyakarta akan melaksanakan penerapan kurikulum merdeka belajar.
"Sebagian besar (sekolah) di kota Yogyakarta akan melaksanakan penerapan kurikulum merdeka belajar," jelasnya.
41 Persen Sekolah Menggunakan Tipe Mandiri Berubah
Lebih lanjut Budi memaparkan bahwa menurut data yang dikumpulkan, sudah ada sekolah di kota Yogyakarta yang menerapkan sekolah penggerak.
"Di kota Jogja sekolah yang sudah menerapkan sekolah penggerak ada 8 dan semuanya SD Swasta," paparnya.
Adapun data lengkap penerapan kurikulum SD di kota Yogya yakni:
1. Sekolah Penggerak: 8 sekolah (semuanya SD Swasta)
2. Tipe Mandiri Belajar: 65 sekolah (SD Negeri 50 & SD Swasta 15)
3. Mandiri Berubah: 70 sekolah (SD Negeri 33 & SD Swasta 37)
4. Mandiri Berbagi: 6 sekolah (SD Negeri 3 & SD Swasta 3)
5. Kurikulum 2013: 20 sekolah (SD Negeri 6, SD Swasta 10, & MI 4)
"Kalau persentase paling banyak mandiri berubah dengan 41%, kemudian mandiri belajar 38%, kurikulum 2013 12%, PSP 5%, dan paling kecil mandiri berbagi dengan 4%," terang Budi.
Menurutnya, sekolah di kota Yogya tidak hanya melaksanakan penerapan kurikulum merdeka, tapi juga melaksanakan kegiatan literasi dan numerasi agar anak bisa terus berkembang.
"Kita berharap (sekolah di Yogya) sudah memenuhi standar atau bahkan di atas standar. Yogyakarta memiliki kekhasan tersendiri karena memiliki aset kearifan lokal. Saya berharap di tempat lain di seluruh Indonesia untuk tidak melupakan budaya lokal sebagai aset tak ternilai," pesannya.
Selain itu, Budi juga berharap KOSP bisa diadopsi semaksimal mungkin pada tahun ajaran baru ini.
"Mudah-mudahan kurikulum operasional satuan pendidikan bisa diadopsi maksimal hingga 100%. Semangat menyongsong ajaran baru, melaksanakan penerapan kurikulum merdeka, dan menciptakan karakter profil pemuda Pancasila," tutur Budi.
(faz/nwy)