Perhimpunan Pendidikan dan Guru (P2G) berharap agar pemerintah mempertimbangkan pembelajaran tatap muka (PTM) 100 persen dibuka secara bertahap. Argumen ini didasari tren penurunan kasus COVID-19.
"Mengamati kondisi terbaru, P2G mendorong pemerintah pertimbangkan memulai sekolah PTM 100% bertahap. Tentu berdasarkan kajian epidemiologis dan data mutakhir," ujar Koordinator Nasional P2G, Satriwan Salim, dalam keterangan tertulis pada Kamis (17/03/2022).
Oleh sebab itu, P2G mengusulkan agar pemerintah memetakan perkembangan kasus COVID-19 setidaknya sampai awal April. Pemetaan ini juga termasuk secara global, mengingat munculnya varian baru Deltacron (Delta-Omicron) dan ada pelonggaran terkait perjalanan wisata.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Syarat PTM 100% Dibuka Bertahap
Pihak P2G menegaskan, mereka mendukung sekolah membuka PTM 100 persen jika positivity rate sudah sesuai standar WHO yakni 5%. Selain itu, tingkat perawatan pasien COVID-19 di rumah sakit dan fatality rate juga sebaiknya di bawah 5 persen. Intinya, P2G menghendaki pembukaan PTM 100 persen harus mengacu dengan kajian epidemiologis.
"Poin P2G, dasar memulai PTM 100 persen harus tetap mengacu pada data dan kajian epidemiologis mutakhir. Prinsip kehati-hatian," lanjut Kepala Bidang Advokasi P2G, Iman Zanatul Haeri dalam keterangan yang sama.
Syarat selanjutnya menurut Iman adalah, sekolah yang bisa PTM 100 persen adalah yang daerahnya sudah berstatus PPKM level 1. Sebaliknya, sekolah di PPKM level 2 sebaiknya masih PTM 50 persen.
Meski begitu, P2G sejak Januari lalu juga menemukan pelanggaran protokol kesehatan (prokes) atas SKB 4 Menteri di sekolah-sekolah yang menyelenggarakan PTM 100 persen. Pelanggaran yang kerap dilakukan adalah siswa dan guru yang tidak mengenakan masker, tidak ada jaga jarak satu meter di kelas, kantin beroperasi, tidak ada pemeriksaan suhu, siswa nongkrong sepulang sekolah, dan lain sebagainya.
Mereka menemukan kasus pelanggaran ini berdasarkan informasi jaringan P2G di Aceh, Batam, Medan, Pandeglang, Bogor, Garut, Blitar, Situbondo, Bima, Berau, dan banyak lagi.
Untuk itu jika PTM 100 persen nanti sudah dimulai, P2G meminta agar sekolah, guru, maupun orang tua dan siswa konsisten menerapkan adaptasi kebiasaan baru. Apabila tidak, maka sekolah bisa jadi akan terus melakukan pembelajaran jarak jauh (PJJ). Tentunya hal ini tidak diinginkan oleh orang tua dan guru.
Di samping itu, ada urgensi ketika PTM 100 persen nanti dimulai. Urgensi ini adalah upaya membangun ikatan atau bonding antara siswa dan guru serta siswa dan siswa. Menurut Koordinator Nasional P2G, Satriwan Salim, solidaritas kelompok utamanya bagi siswa baru belum terbentuk lantaran minus interaksi sosial secara langsung. Padahal, dia tegaskan hal ini penting dalam konteks relasi pedagogik untuk sebuah proses pembelajaran.
"Ikatan emosional guru-siswa, siswa-siswa tidak terbangun selama ini, bahkan masih ada siswa dan guru atau siswa dengan siswa yang belum kenal satu sama lain, kan ironis," pungkas Satriwan.
(nah/lus)