Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbud Ristek), Nadiem Makarim mengungkapkan bahwa sekitar 80 persen orang tua siswa menginginkan pembelajaran tatap muka (PTM) terbatas bagi anak-anaknya.
Dari data tersebut, banyak pihak menyadari untuk segera mengurangi dampak permanen dari krisis pembelajaran akibat pandemi. Namun hingga saat ini baru 55 persen sekolah yang membuka PTM terbatas.
Mendikbud mengatakan untuk mendukung PTM Terbatas perlu peran orang tua sebagai garda terdepan dalam menjaga kesehatan dan pendidikan anak-anak.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Orang tua adalah garda depan (pemenuhan) kesehatan dan pendidikan bagi anak-anaknya. Mereka harus berperan aktif agar sekolah disiplin menjalankan protokol Kesehatan (prokes)," ucap Nadiem seperti dikutip detikEdu dari laman resmi Kemdikbud (18/10).
Aturan PTM wajib diikuti
Nadiem berpesan kepada semua elemen bahwa peraturan mengenai PTM sudah jelas. Jadi orang tua, guru, tenaga pendidik, dan masyarakat lain di sekolah tinggal mengikuti aturan yang berlaku untuk melakukan pembelajaran tatap muka.
"Semua peraturan dan SOP sudah jelas tinggal ikuti aja di SKB 4 menterinya. Tidak zaman lagi menutup sekolah, kecuali ada kemungkinan penularan. Tapi saat ini kemungkinan masih sangat kecil. Semua pengendalian dan kontrolnya ada di situ," kata Nadiem.
Mantan bos Go-Jek ini juga menjelaskan jika Kemendikbud Ristek dan Kemenkes telah bekerja sama dalam program sekolah tatap muka. Nantinya, Kemenkes akan melakukan riset terkait risiko pada sekolah tatap muka.
"Ada inisiatif dari Kemenkes untuk melakukan sampling dari sekolah-sekolah. Memang ada peningkatan resiko tapi harus pakai data. Kadang penularannya bukan dari PTM-nya tapi dari asrama yang ada di sekolah atau siswanya yang lagi kumpul-kumpul," ungkapnya.
Perlu adanya kolaborasi efektif >>>