Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) dan Perbukuan, Kemendikbudristek, Anindito Aditomo mengatakan jika pelaksanaan AN tidak harus memiliki persiapan khusus. Menurutnya persiapan teknis yang harus dilakukan oleh proktor, pengawas, dan dinas pendidikan. Bukan oleh guru dan murid yang berlomba-lomba untuk meningkatkan skornya.
"Tidak ada keperluan sama sekali untuk menyiapkan diri supaya skornya bagus," ujar Anindhito dalam keterangan yang diterima detikEdu, Selasa (24/8/2021).
Semua informasi terkait AKM dapat diakses melalui laman laman https://pusmenjar.kemdikbud.go.id. Dalam laman ini dapat diakses hingga 18 juta akses unik.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Melalui laman tersebut, siswa, guru orang tua bisa mencoba soal-soal AKM baik literasi maupun numerasi. Ada lebih dari 500 soal yang disediakan untuk publik. Selain itu juga ada buku saku, tanya jawab, video pembelajaran, dan video mengenai protokol kesehatan.
"Semua informasi ada di laman Pusmenjar sehingga siswa tidak perlu ikut bimbel. Kalau sekadar ingin melihat contoh soal dan mengalami atau mencoba sendiri, di laman ini sudah kita sediakan secara gratis. Ini mengurangi sumber daya tambahan untuk mempersiapkan AN," ujar Anindhito.
Jika dilihat dari sudut pandang guru dan kepala sekolah, AN justru dapat mengurangi beban administrative karena AN dapat mengintegrasikan berbagai program pendataan yang sebelum ini kurang terintegrasi dan cenderung bersifat administratif.
Sebelum pelaksanaan AN, guru dan kepsek harus mengisi berbagai boring pendataan dari pihak yang berbeda-beda. Misalnya borang evaluasi diri dari LPMP, borang UN dari Balitbang, dan borang akreditasi dari BAN S/M.
"Dengan AN ketiga borang ini terintegrasi. Baik sekolah, guru, tidak perlu mengisi tiga kali. Hanya perlu mengisi satu kali saja yaitu kuesioner AN. Harapannya ini menjadi pengurangan beban administratif sehingga guru dan kepala sekolah punya lebih banyak waktu untuk fokus kepada pembelajaran," kata Anindhito.
"Kami sangat menyadari keberhasilan pelaksanaan AN untuk memantik perubahan itu tergantung pada cara mengkomunikasikan hasilnya juga. Kalau ada pelabelan-pelabelan negatif, orang tentu akan defensif dan tidak akan mau melakukan refleksi maupun perbaikan diri," ujar Anindhito.
Sementara itu, Mendikbudristek Nadiem Makarim mendengar laporan bahwa ada satuan pendidikan yang meminta muridnya membeli laptop untuk latihan Asesmen Kompetensi Minimum (AKM) yang merupakan salah satu bagian dari AN. Ia berpendapat laptop belum diperlukan karena AN digunakan untuk melihat tren evaluasi pembelajaran dalam kurun waktu tertentu.
"Untuk meningkatkan AKM dalam hal literasi, peserta pelaksanaan AN sebaiknya membaca buku, koran, majalah sebanyak-banyaknya. Sedangkan untuk meningkatkan kompetensi numerasi, tidak ada jalan pintas selain meningkatkan kemampuan berpikir kritis murid-murid secara sistematis. itu semua butuh proses dan memang tidak dapat dibimbelkan," ujar Nadiem.
(atj/nwy)