Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Makarim menjelaskan saat ini sudah banyak negara yang membuka sekolah tatap muka. Ternyata, hal ini dilakukan berdasarkan hasil riset di mana anak risiko COVID-19 pada anak tergolong rendah.
Sebaliknya, usia di atas tersebut atau usia para guru dan tenaga pendidik menjadi usia yang rentan terhadap COVID-19. Sehingga, para guru dan tenaga pendidik menjadi kelompok utama dalam pelaksanaan vaksinasi.
"Riset sudah membuktikan dari seluruh dunia, pendidik dan tenaga pendidik memiliki kerentanan tertinggi COVID-19, bukan murid-murid. Jadi kelompok usia 3-18 tahun ini memiliki tingkat mortalitas yang sangat rendah dibandingkan usia yang lain," ungkap dia dalam Pengumuman Keputusan Bersama tentang Panduan Penyelenggaraan Pembelajaran di Masa Pandemi COVID-19, Selasa (30/3/2021).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Selain memiliki risiko infeksi COVID-19 yang rendah, kata Nadiem berdasarkan data UNICEF dan WHO, anak di bawah usia 18 tahun juga berisiko rendah dalam menularkan virus corona terhadap sekitarnya. Maka dari itu, ada banyak negara-negara di dunia telah membuka sekolah tatap muka, walaupun memiliki kasus infeksi COVID-19 yang tinggi.
"Secara data di dunia anak memiliki kerentanan yang sangat rendah terhadap infeksi covid dibandingkan orang dewasa dan anak semakin kecil, menularkan infeksinya semakin kecil juga, semakin muda semakin kecil dibandingkan orang dewasa, ini data UNICEF dan WHO dan semuanya ini alasan di berbagai negara di mana kasus infeksinya tinggi tapi sekolah-sekolah sudah mulai melaksanakan tatap muka," jelas dia.
Sebelumnya, Nadiem menjelaskan bahwa ada banyak dampak negatif penutupan sekolah uka selama hampir satu tahun. Bahkan, dampak tersebut dapat beresiko permanen dan memengaruhi satu generasi, baik dari sisi pendidikan hingga ekonomi.
(pay/pal)