Aula Barat dan Timur ITB Diajukan Jadi Cagar Budaya Nasional, Ini Sederet Alasannya

ADVERTISEMENT

Aula Barat dan Timur ITB Diajukan Jadi Cagar Budaya Nasional, Ini Sederet Alasannya

Novia Aisyah - detikEdu
Sabtu, 27 Sep 2025 07:00 WIB
Kampus ITB
Kampus ITB. Foto: Istimewa
Jakarta -

Gedung aula barat dan aula timur Institut Teknologi Bandung (ITB) saat ini tengah dalam proses diusulkan sebagai Cagar Budaya Peringkat Nasional. Tim Ahli Cagar Budaya Nasional dan instansi terkait telah melakukan ekskursi ke kedua gedung tersebut pada Rabu (24/9/2025).

Usulan ke tingkat nasional ini disebut untuk memperkuat status kedua gedung sebagai warisan arsitektur dan sejarah penting untuk pendidikan tinggi di Indonesia. Sebelumnya, gedung aula barat dan aula timur ITB itu telah ditetapkan sebagai Cagar Budaya Peringkat Kota Bandung dan Provinsi Jawa Barat.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Latar Belakang Diusulkan Jadi Cagar Budaya Nasional

Ada beberapa alasan untuk menjadikan kedua gedung tersebut diusulkan sebagai cagar budaya peringkat nasional, sebagaimana dikutip dari laman resmi ITB, yaitu:

  • Nilai sejarah: Bagian dari kampus teknik pertama masa Hindia Belanda.
  • Nilai arsitektur: Kombinasi desain modern Eropa dan tradisi lokal, desain atap yang adaptif dengan iklim tropis, sistem ventilasi silang, dan elemen estetika lokal.
  • Fungsi terus-menerus: Kedua gedung masih digunakan untuk kegiatan akademik, aktivitas institusi ITB, seminar, hingga konferensi.
  • Nilai budaya dan identitas Kota Bandung serta Indonesia: Landmark kampus, bagian dari warisan budaya kota.

ADVERTISEMENT

Sejarah Aula Barat dan Timur ITB

Gedung aula barat dan aula timur ITB adalah karya Henri Maclaine Pont. Ia banyak melakukan riset dan mendalami arsitektur tradisional.

Pont memiliki perhatian terhadap iklim, material, hingga cara membangun, serta kondisi sosial dan budaya masyarakat. Hal inilah yang menginspirasinya untuk dapat merancang bangunan yang unik, fungsional, serta bernuansa lokal.

Aula barat dan timur ITB dahulu merupakan Technische Hoogeschool (THS). Tempat ini adalah fasilitas utama perkuliahan yang paling awal dibangun.

Rancangan arsitektur bangunan itu dibuat oleh Pont di Utrecht, Belanda pada 1918 dan pembangunannya berlangsung selama setahun. Ia merancang aula barat dan timur dengan konsep east meets west, sebagai sintesis arsitektur modern (barat/Belanda) dengan arsitektur yang berakar di Hindia Belanda (pribumi/lokal nusantara) (Chandra et al., 2018).

Pont membuat rancangan keseluruhan lahan yang akan dipakai sebagai kampus THS. Ia meletakkan sejumlah bangunan berdasarkan konsep sumbu utara-selatan yang berorientasi ke arah Gunung Tangkuban Parahu.

Langgam gedung aula barat dan timur ITB dikenal dengan istilah arsitektur Indo Eropa (Indo-Europeesche) atau Indis Tropis (Tropische Indisch).




(nah/nwk)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads