Kronologi Meninggalnya Athaya Anggota PPI Belanda Saat Kunker Pejabat

ADVERTISEMENT

Kronologi Meninggalnya Athaya Anggota PPI Belanda Saat Kunker Pejabat

Devita Savitri - detikEdu
Selasa, 09 Sep 2025 12:50 WIB
Ilustrasi Mawar Duka Cita
Ilustrasi mawar duka cita. Kronologi meninggalnya Athaya, anggota PPI Groningen, Belanda, kala bertugas dampingi kunker pejabat di Austria. Foto: Getty Images/iStockphoto/Lyudmila Lucienne
Jakarta -

Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI) Belanda sampaikan berita duka usai salah satu anggota PPI Groningen, Belanda Muhammad Athaya Helmi Nasution meninggal dunia, Rabu (27/8/2025). Athaya panggilan akrabnya dikabarkan meninggal ketika menjalankan tugas memandu kunjungan kerja (kunker) pejabat di Wina, Austria.

"PPI Belanda menyampaikan duka cita mendalam atas wafatnya Muhammad Athaya Helmi Nasution, anggota PPI Groningen," tulis PPI Belanda dalam postingan media sosial Instagram resminya dikutip Selasa (9/9/2025).

Lantaran tragedi ini, PPI Belanda juga mengeluarkan pernyataan sikap untuk menolak keras pelibatan mahasiswa dalam kunker pejabat di luar negeri. Terlebih bila hal ini dilakukan tanpa perlindungan hukum dan mekanisme yang jelas.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Tragedi ini tidak boleh terulang. Kami menyerukan agar tragedi ini menjadi titik balik: hentikan praktik ini terhadap mahasiswa, tegakkan akuntabilitas, dan wujudkan perlindungan nyata bagi seluruh pelajar Indonesia di luar negeri," sambung PPI Belanda.

ADVERTISEMENT

Kronologi Meninggalnya Athaya

Ketua PPI Groningen, Belanda 2024/2025 Yosafat Beltsazar yang menandatangani surat pernyataan sikap Nomor: 038/PS/PPIBelanda/IX/2025, mengungkap kronologi meninggalnya Athaya. Athaya disebutkan meninggal dunia dalam masa pengabdiannya sebagai pelajar.

Diketahui, ia bertugas mendampingi sebuah kunjungan tertutup yang melibatkan pejabat publik, termasuk DPR, Otoritas Jasa Keuangan (OJK), dan Bank Indonesia. Kunjungan itu berlangsung pada 25-27 Agustus 2025 di Wina, Austria.

Menurut hasil autopsi forensik, Athaya kemungkinan besar mengalami heat stroke (sengatan panas) karena kurangnya cairan dan asupan nutrisi serta kelelahan. Berbagai hal tersebut mengakibatkan ketidaksimbangan elektrolit dan kadar gula darah turun di bawah kadar normal hingga berujung pada stroke.

Jam kerja Athaya diketahui tidak disampaikan dengan jelas, karena ia bertugas dari pagi hingga malam hari sebagai pemandu. Muhammad Athaya Helmi Nasution meninggal dunia pada Rabu, 27 Agustus 2025 lalu.

Pasca meninggal, tidak ada permintaan maaf atau pertanggungjawaban dan transparansi dari pihak event organizer (EO) maupun koordinator Liaison Officer (LO) kepada keluarga Athaya yang datang ke Wina untuk mengurus jenazah.

"Lebih lanjut, alih-alih mengunjungi tempat penginapan saat Almarhum menghembuskan nafas terakhir, acara kunjungan kerja terus bergulir di mana pihak EO justru terus sibuk mengurus persiapan acara makan-makan pejabat publik di restoran," ungkap Yosafat.

Untuk itu, PPI Belanda menuntut upaya pihak EO, koordinator LO, maupun pejabat publik yang hadir agar menemui keluarga. Pihak keluarga juga menyampaikan adanya indikasi penutupan keterangan kegiatan terkait tentang apa dan siapa yang dipandu Athaya di Wina dari pihak EO.

Kementerian Luar Negeri Angkat Bicara

Tragedi yang menimpa Athaya telah diterima Kementerian Luar Negeri (Kemlu). Direktur Jenderal Perlindungan Warga Negara Indonesia dan Badan Hukum Indonesia Kemlu, Yudha Nugraha, membenarkan kejadian Athaya.

Menurutnya, mahasiswa yang tengah menempuh pendidikan di Universitas Hanze, Groningen, Belanda itu tengah bertugas mendampingi delegasi Indonesia yang melakukan rangkaian pertemuan dengan otoritas Austria. Pihak EO yang melibatkan mahasiswa disebut berasal dari Indonesia.

"Yang bersangkutan sedang bertugas mendampingi Delegasi RI dalam rangkaian pertemuan dengan otoritas Austria. Sedangkan penugasan panitia yang berasal dari kalangan mahasiswa, keseluruhannya dikelola langsung oleh pihak EO dari Indonesia," kata Yudha dikutip dari detiknews.

Berdasarkan informasi dari KBRI Wina, Athaya meninggal karena dugaan kejang (suspected seizure). KBRI Wina juga disebut Yudha sudah memberikan bantuan kekonsuleran dan memenuhi permintaan keluarga agar jenazah Athaya dipulangkan ke Tanah Air.

"KBRI Wina juga telah memberikan bantuan kekonsuleran berupa pengurusan dokumen, koordinasi dengan otoritas setempat dan sekaligus pemulasaraan jenazah bersama dengan Komunitas Islam Indonesia di Wina. Sesuai permintaan keluarga, jenazah Almarhum telah dipulangkan ke Tanah Air pada tanggal 4 September 2025," tandasnya.




(det/nwk)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads