Studi: 54% Pelajar yang Mau dan Sedang Belajar di LN Cemas akan Keuangan, Apa Alasannya?

ADVERTISEMENT

Studi: 54% Pelajar yang Mau dan Sedang Belajar di LN Cemas akan Keuangan, Apa Alasannya?

Nikita Rosa - detikEdu
Kamis, 24 Okt 2024 18:00 WIB
piggy bank With Graduation Cap on black glass floor,Money saving concept.
Ilustrasi Biaya Kuliah. (Foto: Getty Images/iStockphoto/nirat)
Jakarta -

Survei terbaru dari Wise, perusahaan teknologi global, menemukan jika banyak pelajar Indonesia belum siap menghadapi tantangan keuangan saat menempuh studi di luar negeri. Bagaimana penjelasannya?

Survei yang dilakukan Wise bersama dengan konsultan pendidikanNaresy International Education Consultant (NIEC) Indonesia ini melibatkan lebih dari 200 pelajar Indonesia. Baik yang sedang atau masih merencanakan studi di luar negeri.

Mulai dari kurangnya persiapan keuangan sampai biaya tak terduga, ini tantangan yang dihadapi para pelajar.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kurangnya Persiapan Keuangan

Survei ini mengungkapkan adanya ketimpangan dalam kesiapan keuangan pelajar. Sebanyak 55% responden yang berencana kuliah di luar negeri masih meminta bantuan atau sepenuhnya bergantung kepada orang lain, seperti orang tua atau wali, dalam mengelola keuangan mereka.

Bagi banyak pelajar, studi di luar negeri akan menjadi pengalaman pertama mereka dalam mengelola uang secara mandiri.

ADVERTISEMENT

Selain itu, 25% responden mengaku sering menemukan perbedaan antara anggaran yang direncanakan dan pengeluaran sebenarnya. Perbedaan ini jauh lebih tinggi di kalangan pelajar yang sudah di luar negeri.

Pengelolaan Keuangan di Luar Negeri Lebih Sulit

Studi juga menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan antara ekspektasi para pelajar dan kenyataan dalam mengelola anggaran ketika studi di luar negeri. Di kalangan pelajar yang masih merencanakan studi di luar negeri, hanya 29% yang merasa mengatur anggaran di luar negeri adalah hal yang sulit.

Angka ini kemudian melonjak menjadi 53% di kalangan pelajar yang sedang studi di luar negeri. Mereka mengakui jika mengelola pengeluaran harian merupakan tantangan utama, diikuti oleh menabung, menangani biaya tak terduga, serta membayar sewa serta utilitas.

Biaya Tersembunyi dalam Transaksi Internasional

Studi menemukan jika 57% responden masih menggunakan layanan tradisional seperti bank lokal untuk mengirim dan menerima uang dari luar negeri, yang dikenakan biaya transaksi yang lebih tinggi. Kenyataannya, transaksi internasional akan memakan waktu dan biaya yang tidak sedikit.

Transfer ini biasanya memakan waktu 3-5 hari untuk sampai. Selain itu, akan ada biaya tambahan dalam transaksi internasional, seperti mark-up pada kurs.




(nir/nwy)

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads