Kenaikan uang kuliah tunggal (UKT) di sejumlah PTN tengah jadi perbincangan panas di masyarakat. Gelombang protes datang dari kalangan mahasiswa yang menuntut supaya rektorat dan pemerintah kembali meninjau aturan UKT.
Sekretaris Direktorat Jenderal Diktiristek, Tjitjik Sri Tjahjandarie merespons. Tjitjik mengatakan pendidikan tinggi adalah tertiary education atau bukan wajib belajar. Sehingga, tak seluruh lulusan SLTA dan SMK wajib masuk perguruan tinggi karena sifatnya pilihan. Oleh sebab itu, pendanaan pemerintah tidak difokuskan untuk pendidikan tinggi.
Selain itu, Tjitjik menyebut biaya kuliah harus dipenuhi mahasiswa agar penyelenggaraan pendidikan memenuhi standar mutu. Dia mengatakan pendidikan tinggi di Indonesia belum bisa gratis seperti di negara lain karena bantuan operasional perguruan tinggi negeri (BOPTN) belum bisa menutup seluruh kebutuhan operasional.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
UKT merupakan salah satu sumber pendapatan sekaligus penggerak untuk memenuhi kebutuhan operasional kampus. Sejumlah universitas favorit di Indonesia mencatatkan pendapatan yang besar pada 2023. Pendapatan itu sebagian besar dari UKT.
Dikutip dari CNBC, CNBC Indonesia Research telah menelusuri laporan keuangan lima kampus ternama di Indonesia guna mengetahui seberapa besar pendapatan mereka, terutama dari layanan pendidikan yang bersumber dari UKT.
Lima perguruan tinggi yang dimaksud adalah UI, ITB, UGM, Unair, dan ITS. Seperti ini universitas dengan pendapatan tertinggi, pendapatan dari APBN tertinggi, dan pendapatan operasional tertinggi.
Pendapatan Lima Kampus Ternama 2023
1. Universitas Indonesia (UI)
- Total pendapatan: Rp 3,323,939,000,000
- Pendapatan DIPA/APBN/BPPTN: Rp 449,943,000,000
- Pendapatan operasional/penyelenggaraan pendidikan: Rp 2,565,913,000,000
- Persentase operasional/total pendapatan: 77.19%
2. Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS)
- Total pendapatan: Rp 947,840,876,201
- Pendapatan DIPA/APBN/BPPTN: Rp 368,621,256,228
- Pendapatan operasional/penyelenggaraan pendidikan: Rp 579,219,619,973
- Persentase operasional/total pendapatan: 61.11%
3. Universitas Airlangga (Unair)
- Total pendapatan: Rp 1,803,935,499,035
- Pendapatan DIPA/APBN/BPPTN: Rp 241,935,643,778
- Pendapatan operasional/penyelenggaraan pendidikan: Rp 946,151,525,449
- Persentase operasional/total pendapatan: 52.45%
4. Universitas Gadjah Mada (UGM)
- Total pendapatan: Rp 2,993,022,772,691
- Pendapatan DIPA/APBN/BPPTN: Rp 210,261,993,960
- Pendapatan operasional/penyelenggaraan pendidikan: Rp 1,274,807,614,949
- Persentase operasional/total pendapatan: 42.59%
5. Institut Teknologi Bandung (ITB)
- Total pendapatan: Rp 2,006,395,239,690
- Pendapatan DIPA/APBN/BPPTN: Rp 464,557,125,409
- Pendapatan operasional/penyelenggaraan pendidikan: Rp 656,320,583,766
- Persentase operasional/total pendapatan: 32.71%
Merujuk data di atas, maka ITB adalah kampus dengan ketergantungan terendah dari biaya layanan operasional pendidikan yang sebagian besar sumbernya dari UKT. ITB memiliki persentase 32,71%.
Universitas Indonesia sebaliknya, menjadi kampus yang paling mengandalkan UKT sebagai sumber pendapatan yaitu 77,19%.
Universitas Indonesia menjadi kampus dengan total pendapatan tertinggi pada 2023 dengan total pendapatan Rp3.323.939.000.000. Meski begitu, UI amat mengandalkan layanan yang sumbernya dari UKT sebagai pendapatan.
Pendapatan tersebut terdiri atas Rp449.943.000.000 dari DIPA/APBN/BPPTN dan Rp2.565.913.000.000 dari pendapatan operasional. Besarnya pendapatan operasional tersebut menjadikan kontribusi pendapatan operasional UI dibandingkan total pendapatan yang terbesar dibanding universitas lainnya, yakni mencapai 77,19%.
Nilai pendapatan operasional yang besar mengindikasikan UI banyak bergantung dengan UKT sebagai sumber pendapatan.
Berdasarkan data Keputusan Rektor UI Nomor 792/SK/R/UI/2024 yang ditandatangani Rektor, Ari Kuncoro pada 7 Mei 2024, terdapat 9 jurusan UI dengan UKT mencapai Rp 20 juta, salah satunya pendidikan dokter, teknik bioproses, dan beberapa yang lainnya.
Tahun ini UI menetapkan lima kelompok UKT untuk mahasiswa S1 dan vokasi dari semua jalur penerimaan. Meski demikian, UKT di UI menyesuaikan biaya kuliah berdasarkan kemampuan ekonomi keluarga mahasiswa. Besaran UKT ditentukan dari pendapatan, jumlah tanggungan, dan aset keluarga.
ITB Jadi Kampus dengan Pendapatan DIPA/APBN/BPPTN Tertinggi
Dari kelima kampus yang ditelusuri, ITB menjadi yang tertinggi dalam segi pendapatan dari DIPA/APBN/BPPTN, dengan total pendapatan Rp464.557.125.409. Angka tersebut menunjukkan dukungan pemerintah yang besar terhadap ITB dalam mengembangkan pendidikan dan penelitian teknologi di Indonesia.
Selain pendapatan dari APBN, ITB juga memperoleh pendapatan operasional Rp1.312.641.167.532. Ini menjadikan total pendapatannya mencapai Rp2.006.395.239.690 berdasarkan laporan keuangan 2023.
Persentase nilai pendapatan operasional ITB adalah yang terendah, dengan hanya 32,71%. Namun, di sisi lain pendapatan operasional/penyelenggaraan pendidikan ITB tak terlalu besar. Ini memperlihatkan ITB mampu memperoleh pendapatan dari sumber lainnya.
Pendapatan penelitian, pengabdian, kerja sama pendidikan, dan kemitraan lainnya memberi kontribusi terbesar terhadap pendapatan ITB dengan nilai Rp 666.127.979.762. ITB juga memperoleh sumber pendapatan lain seperti dari sumbangan beasiswa Rp 69.990.853.427 dan hasil investasi portofolio Rp 88.130.366.999
Pendapatan yang tinggi dari berbagai universitas memperlihatkan pentingnya pendidikan tinggi dalam meningkatkan pendidikan Indonesia. Semakin tinggi pendapatan, universitas semakin punya banyak ruang untuk meningkatkan kualitas pendidikannya, baik dari segi fasilitas atau tenaga kerja.
Namun, dengan dukungan kuat dari pemerintah dan keterampilan mengembangkan pendapatan melalui operasional, universitas diharap mampu terus berinovasi dan meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia.
(nah/nwk)