Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) menjadi perguruan tinggi pertama di Indonesia yang menciptakan alat kesehatan berbasis teknologi. Adapun tujuh alat medis tersebut sudah mendapat izin dari Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes).
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin telah meluncurkan tujuh alat kesehatan ini pada Rabu (18/10/2023). Alat medis ini diproduksi dan dipasarkan oleh PT. Tekno Sains Medika yang merupakan anak perusahaan PT. ITS Tekno Sains dan dinilai mampu mempersingkat waktu dalam operasi, serta biaya yang lebih terjangkau.
Tujuh Alat Kesehatan Berbasis Teknologi ITS
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Alat pertama bernama AMO3D Molding untuk operasi otak, cetakan tengkorak buatan. Cetakan bagian cranial atau tengkorak yang dibuat berdasarkan data DICOM tengkorak pasien yang rusak, baik karena kecelakaan ataupun penyakit.
Cetakan ini menggunakan metode press molds yang memiliki 2 bagian. Satu sebagai penampung material dan satu sebagai penekan. Cetakan ini memberikan keakuratan dimensi dan bentuk dari produk yang dicetak, karena sebelumnya hasil cetak produk telah disimulasikan secara digital.
Material cetakan dapat disesuaikan dengan jenis material produk yang akan dicetak. Jenis cetakan dapat disesuaikan dengan kebutuhan user dan tentunya bertujuan untuk mempermudah operasional cetakan.
Kedua, ada PRO3D atau alat pelindung tubuh berbasis data 3D. Alat ini digunakan sebagai pelindung tubuh pasien setelah dilakukan tindakan medis seperti operasi. Alat ini dibuat berdasarkan data (ukuran dan bentuk) hasil scan 3D tubuh pasien atau berdasarkan data DICOM pasien.
Terkait kegunaan, alat pelindung yang dibuat berdasarkan ukuran dan bentuk dari tubuh pasien yang telah tersimpan dalam bentuk data 3D digital tersebut mampu meningkatkan akurasi dengan sangat tinggi. Alat pelindung menggunakan material yang aman digunakan berkontak langsung dengan kulit dan mudah untuk dibersihkan.
Alat pelindung menggunakan material yang disesuaikan dengan kebutuhan pasien serta rekomendasi dari tenaga ahli.
Ketiga, GUO3D atau alat acuan operasi cutting mandibula, ada tiga tahapan yang dilakukan saat penggunaan alkes ini. Tahap awal dilakukan proses scanning 3D pada pasien dengan menggunakan 3D Scanner pada kedua telinga (telinga normal dan telinga cacat) untuk mendapatkan bentuk dan ukuran telinga pasien, kedua mengubah desain pola 2D menjadi 3D, terakhir adalah cutting guide microtia, dicetak menggunakan 3D print berbahan PLA (Polylactid Acid), disteril menggunakan sterilisasi plasma low temperature.
Keempat, HUMA3D atau alat peraga medis untuk media pembelajaran operasi bibir sumbing dan operasi bedah caesar. Fungsi dan kegunaannya untuk simulasi persalinan normal, simulasi persalinan caesar, memotong selaput uterus saat persalinan caesar, simulasi memotong dan menjahit selaput uterus pasca persalinan caesar, simulasi menjahit bagian perut pasca persalinan caesar, serta simulasi memotong dan menjahit.
Kelima, TSM Bones atau alat peraga medis replika tulang untuk simulasi pemasangan implan. Penggunaan produk replika tulang dalam simulasi pemasangan implan menggunakan instrumen medis sesuai prosedur bedah.
Keenam, Raise Hand atau tangan dan jari prostetik, alat ini diperuntukkan untuk pasien amputasi jari yang bersisa 1 ruas jari guna membantu mereka dalam menggenggam atau meraih objek. Ketujuh, Surgical Instrument atau instrumen alat bedah umum untuk penanganan pertama, seperti gunting, forceps, clamp, dan lainnya.
Wakil Rektor Bidang Riset, Inovasi, Kerja Sama dan Kealumnian ITS Bambang Pramujati menjelaskan latar belakang pembuatan alat kesehatan ini karena ITS merupakan perguruan tinggi berbasis sains dan teknologi, sehingga ITS ingin ikut berkontribusi aktif memajukan sektor kesehatan.
"Tentunya ikut bertanggung jawab pengembangan dan teknologi, salah satunya bidang kesehatan. Banyak dosen yang selama ini risetnya mengarah ke alat kesehatan," kata Bambang dalam keterangan tertulis, Senin (23/10/2023).
Dosen Teknologi Kedokteran dan Kepala Lab Integrated Digital Design, Departemen Desain Produk Djoko Kuswanto merupakan sosok yang penting di balik lahirnya alat kesehatan ini.. Selain itu, ITS juga telah bekerja sama dengan RS Unair dan banyak rumah sakit di Indonesia hingga ke luar negeri.
Bambang menjelaskan ITS memang berusaha memanfaatkan teknologi 3D untuk refresh engineering. Mulai dari memindai kondisi pasien, proses bedah, proses menciptakan implan, membuat bahan pemotongan, hingga bisa dilakukan oleh kolega yang bekerja sama dengan RS Unair.
"Misal operasi mengganti tulang kepala, dibuka dilihat seperti apa, kemudian akan dicarikan tulang lunak yang bisa digunakan untuk mengganti. Dari teknologi yang ada dari hasil MRI akan bisa mengembangkan atau bisa melihat ukuran tulang, lalu membuat implan dengan bio material yang bisa digunakan untuk implan. Daun telinga, batok kepala, sumbing itu untuk 3D," tambahnya.
Bambang menegaskan jika alat kesehatan ini memiliki keuntungan bagi pasien dan tenaga medis. Benefit tersebut adalah biaya yang relatif terjangkau dan memangkas waktu tindakan operasi.
"Tujuannya supaya murah, kalau mahal tidak dicover BPJS. Tentunya menyingkat waktu operasi," ujarnya.
Selain itu, ITS juga tengah mengembangkan lima alat kesehatan yang sedang diuji di Balai Pengamanan Fasilitas Kesehatan (BPFK) dan sedang menunggu izin edar ke Kemenkes. Lima alkes tersebut adalah Air Purifier atau alat pembersih udara dalam ruangan, Co Film atau cairan untuk infection coating, Bone Cement atau material untuk implan cranial, Bed Mover atau alat bantu mobilisasi bed rumah sakit, dan Wound Dressing yakni plester untuk mempercepat penyembuhan luka dengan teknologi nano fiber.
![]() |
Bambang berharap alat kesehatan berbasis teknologi ini bisa memiliki peran pengembangan produk kesehatan dalam negeri. Agar departemen yang berkaitan dengan teknologi kesehatan bisa mengembangkan produk atau teknologi bermanfaat masyarakat di bidang kesehatan.
"ITS bisa punya potensi besar, bekerja sama dengan dokter. Pembeda fakultas kedokteran kita dengan lainnya adalah, kedokteran ITS didasari teknologi seperti teknologi AI dan digital printing. Kita arahnya kesana untuk kedokteran lebih ke teknologi," harapnya.
Dosen Teknologi Kedokteran dan Kepala Lab Integrated Digital Design, Departemen Desain Produk, Djoko Kuswanto mengatakan, alat kesehatan berbasis teknologi ini merupakan sebuah keinginan sederhana. Tujuannya agar masyarakat mengenal bidang Ilmu Teknik Biomedis secara nyata sesuai rantai pasok Indonesia.
Alat kesehatan berbasis teknologi ini berawal dari pemanfaatan Industri 4.0. Pasalnya, alkes ini dapat memberikan banyak manfaat bagi permasalahan kesehatan di negara berkembang yang terhambat oleh mahalnya perangkat keras, perangkat lunak, rantai pasokan, dan akses terhadap teknologi.
Fokus pengembangan penelitiannya adalah penerapan desain digital 3D terintegrasi, printer 3D dan fabrikasi digital yang efektif, serta berbiaya rendah dan mencakup area yang luas. Outcome-nya adalah penanganan kasus medis yang custom sesuai dengan kondisi pasien, dengan target mempercepat waktu operasi, mengurangi risiko, dan mendapatkan hasil yang terbaik.
"Prosesnya dimulai dengan reverse engineering berdasarkan data digital 3D-dicom dari peralatan radiologi (CT-Scan, MRI, MRA, CTA, dll) dan pemindai 3D kondisi pasien, perencanaan bedah praoperasi digital 3D, pencetakan implan, panduan pemotongan presisi tulang untuk dokter bedah, panduan pencetakan, percetakan, alat penunjang pasca operasi dan media pembelajaran manajemen bedah pada pendidikan kedokteran, memanfaatkan teknologi AR/VR berbasis database kasus medis nyata," ujar Kuswanto.
Djoko menyebut alat kesehatan buatan ITS ini merupakan yang pertama di Indonesia. Selain itu memiliki harga yang lebih murah dengan waktu operasi yang lebih cepat.
"Digital fabrikasi medis pertama kali (di Indonesia) yang diproduksi dan benar-benar-benar dipakai, ya di ITS ini. Harga jauh lebih terjangkau. Kita memang punya harga karena sudah resmi," kata Djoko.
ITS juga mendapatkan kesempatan dan berkolaborasi dengan banyak pihak. ITS berkomitmen dengan tim dokter dan jajaran manajemen RS Pendidikan Unair untuk membuat inovasi yang tepat guna dan langsung bisa dirasakan manfaatnya oleh masyarakat.
Penelitian ini dikembangkan bersama tim ahli bedah plastik rekonstruktif dan ahli bedah saraf trauma kepala dari RS Unair dan ditampung dalam kelompok riset Pusat Inovasi RS Unair dan kampus ITS. Banyak pula diterapkan dalam kasus medis kranioplasti, kraniomaksillofasial, craniosynostosis, mikrotia telinga, bedah mulut, ortopedi, dan rehabilitasi medik di beberapa rumah sakit di Indonesia.
Djoko menambahkan sudah ada setidaknya 12 rumah sakit yang telah menggunakan alat kesehatan berbasis teknologi buatan ITS. Serta menurutnya beberapa rumah sakit rutin memakai alkes tersebut.
"Ada 12 RS, RS Unair, RSU dr Soetomo, RSI Jemursari, UMM Malang, RSUD dr Soewandhie, RS PHC, RSUD dr Soegiri Lamongan, RSUD dr Soedono Madiun, RSU Pusat H Adam Malik Medan, Aceh, Jakarta, Denpasar dan Negara Armenia. Yang rutin pakai RS Unair, RSUD dr Soegiri Lamongan, RSUD dr Soewandhie dan RSU dr Soetomo," urainya.
Selain itu, ada alat kesehatan teknologi ITS yang mendapat banyak pesanan. Paling banyak GUO3D atau alat acuan operasi cutting microtia.
"Urutan pertama microtia, kedua cranioplasty nambal tengkorak, ketiga craniomaxillofacial operasi bedah plastik yang mengubah (wajah)," tutupnya.
(ads/ads)