Pertukaran Mahasiswa Merdeka (PMM) Angkatan 3 yang dihelat tahun ini menjadi PMM perdana yang dapat diikuti mahasiswa vokasi D3 dan D4. Politeknik Batam, Kepulauan Riau, menyiapkan pembelajaran berbasis proyek bagi mahasiswa 'tamu' di kampusnya.
"Kami kembangkan project-based learning yang berpusat pada mahasiswa. Kita berikan pengalaman itu pada tamu kita, mahasiswa inboud yang datang ke Polibatam, kalau nggak salah, 135 mahasiswa tahun ini," ucap Direktur Polibatam Uuf Brajawidagda, ST MT PhD pada detikEdu, Kamis (15/6/2023).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Mahasiswa dari perguruan tinggi lain bisa mingle, berbaur bersama mahasiswa kita, mengerjakan project. Sebagian project itu dari industri, sehingga mahasiswa akan terpapar presentasi dengan orang lain--orang Jepang, kalau misal dari mitra perusahaan Jepang, atau Belanda. Jadi lucu itu, pengalaman yang menarik," imbuhnya.
Proyek Belajar Lintas Disiplin dengan Real Case
Uuf menuturkan, pembangunan skill mahasiswa pertukaran PMM bisa didapat saat bekerja sama mengerjakan proyek.
"Misalnya menyelesaikan AGV, automatic guided vehicle, yang sedang dirancang industri. Kita lg kerjakan beberapa, ada dari Shimano, Sumitomo. Proses belajaranya dituntun untuk menyelesaikan project itu. Kalau mahasiswa butuh pengetahuan tentang mekanika, dia akan belajar sesuai konteks untuk AGV," jelasnya.
Yang menarik, sambung Uuf, dalam proses pembelajaran tersebut, mahasiswa bersangkutan harus berinteraksi dan tidak bisa kerja sendiri. Sebab, roda mesti bertemu dengan pengendali, lalu pengendali dengan sensor, sehingga menjadi satu AGV. Lebih lanjut, unit itu sendiri juga dapat terhubung dengan sistem info terpusat, artificial intelligence (AI), dan lainnya.
"Jadi di project itu dia akan bekerja bersama mahasiswa dari berbagai background. Mahasiswa mesin dengan mahasiswa elektro, mahasiswa elektronika. Juga mahasiswa accounting, untuk mengetahui 'itu feasible ngga sih?'. Prosesnya di kami seperti itu," tutur Uuf.
Ia menambahkan, klien di Polibatam juga datang secara reguler. Peluang ini bisa dimanfaatkan mahasiswa dengan meningkatkan kecakapan bahasanya, di samping mengasah kecakapan lain sesuai standar industri.
"Banyak case dengan Sumitomo itu, presiden direkturnya juga datang. Karena presdirnya orang Jepang, nggak bisa bahasa Indonesia, otomatis bahasa penengahnya bahasa Inggris, presentasinya bahasa Inggris. Otomatis mahasiswa juga mesti upgrade kemampuan bahasa Inggrisnya," kata Uuf.
"Dan yang terpenting lagi, kita akan terpapar dengan jadwal nyata, kemudian standar industri. Itu betul-betul mengasah soft skill mahasiswa. Itu di batam. Tamu-tamu (mahasiswa pertukaran) kami akan mendapati hal-hal lucu seperti itu," tambahnya.
Makin Cepat Adaptasi, Makin Banyak Waktu Explore
![]() |
Agar masa pertukaran satu semester bisa bermanfaat maksimal, Uuf menyarankan mahasiswa pertukaran PMM mempercepat masa adaptasi.
"Learning curve itu tergantung proses adaptasi, makin cepat adaptasi jadi lebih banyak waktu belajar, lebih banyak waktu explore," ucapnya.
Uuf menambahkan, mahasiswa pertukaran yang akan menjalani PMM 3 di kampusnya akan ditemani buddies dari mahasiswa Polibatam. Untuk mempercepat adaptasi dan pengenalan budaya setempat, mahasiswa pertukaran juga akan belajar konteks, budaya, masyarakat, hingga do and donts di Batam.
"Kami berulang kali terima mahasiswa inbound. Pengenalan budaya dan konteks Batam kita paparkan. Banyak mahasiswa dari Singapura yang ingin kenal budaya Melayu lebih jauh, kita programkan. Secara reguler juga ada pengenalan pertemanan. Mahasiswa kami juga terlibat di situ, ada buddies, jadi mahasiswa PMM enggak akan sendiri, karena akan ada buddies yang menemaninya," tuturnya.
Uuf berharap, mahasiswa bisa menikmati belajar sambil menyelami ilmu, kebudayaan, dan pertemanan di perguruan tinggi penerimanya.
"Pada dasarnya, pertukaran mahasiswa dari satu tempat ke tempat lain itu mengekspos mahasiswa ke dunia baru, memberikan mahasiswa kesempatan mengenal banyak hal baru, belajar berkomunikasi, problem solving, dan aktivitas belajarnya sendiri. Tentu akan mengenal kolega, mahasiswa dari tempat lain. Seperti taglinenya, bertukar sementara, bermakna selamanya," jelas Uuf.
"Sehingga jauh lebih bermakna bagi mereka, lekat. Pertemanan itu penting. Semoga ini jadi program yang baik untuk tambah pertemanan, terekspos dunia, dan mendekatkan diri pada kontribusi terhadap bangsa," pungkasnya.
(twu/nwy)