Ada yang unik dalam penyelenggaraan Ujian Akhir Semester (UAS) di Fakultas Seni Rupa dan Desain (FSRD) Institut Teknologi Bandung (ITB) baru-baru ini.
UAS lazimnya berupa ujian tertulis, penulisan karya ilmiah, atau penelitian. Sementara itu, UAS Prodi S1 Desain Komunikasi Visual (DKV) FSRD ITB ini mengusung konsep cosplay dan parade.
Cosplay adalah sebuah akronim dari kata bahasa Inggris costume and play yang berarti permainan kostum. Kendati identik dengan anime atau kartun dari Jepang, cosplay bermakna seseorang bisa menggunakan kostum dan menjadi siapapun.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Mahasiswa DKV ITB, Kayla Seraphine Setiadipura membagikan momen UAS-nya di Twitter @kayseraphine. Ia menjadi Akutagawa dari anime Bungo Stray Dogs.
Sementara itu, teman-temannya yang merupakan mahasiswa DKV ITB angkatan 2021 cosplay sebagai driver ojek online (ojol) sampai siswa Hogwarts dari serial Harry Potter.
Dosen DKV ITB, Dra Ifa Safira Mustikadara MSi ikut cosplay sebagai Maleficent dalam cerita Sleeping Beauty.
UAS Psikologi Komunikasi
Kayla menutukan, ia dan teman-temannya dari DKV ITB tersebut melakukan cosplay untuk UAS mata kuliah Psikologi Komunikasi. Tujuannya untuk mengetahui persepsi seseorang dalam berkomunikasi.
Awardee IISMA 2023 ke University College York, Irlandia ini menuturkan, mahasiswa FSRD ITB memang didukung untuk banyak melakukan cosplay oleh kakak tingkat mereka. Tak terkecuali, dosen mereka juga suka cosplay.
"In general anak FSRD emang di-encourage buat banyak cosplay sama kating (kakak tingkat), dan dari kitanya sendiri emang suka banget explore pakaian dan otomatis suka cosplay. Dan ini ga akademik kok, tapi untuk kali ini aja akademik jadinya, karena dosen-dosennya pun memang seneng cosplay, jadi katanya sekalian jd UAS aja," ujar Kayla pada detikEdu, Kamis (25/5/2023).
Tak hanya cosplay semata, sambungnya, UAS Psikologi Komunikasi kali mewajibkan para mahasiswa "parade" menyusuri ITB. Selama parade , mereka harus menyapa, berkenalan, hingga menanyakan kesan kepada mahasiswa atau warga lain di lingkungan ITB.
"Kita dikasih waktu buat nyapa stranger dan nanya gimana kesannya liat mahasiswa-mahasiswa pada cosplay dan kita catat tanggapan mereka begitu, trus kita foto bareng juga buat dokumentasi," tambahnya.
Bagi Kayla, pengalaman UAS dengan cosplay dan parade ini sangat menyenangkan karena memberikan hasil yang positif. Ia mengaku, tak sedikit yang mengomentari proses UAS tersebut lucu dan unik hingga disarankan untuk terus berlanjut.
"Aku seneng karena pada bilang lucu dan unik, dan bahkan mereka pada setuju buat terus dilakukan, karena buat yang liat juga kaya cuci mata atau refreshing gitu. Dan lucunya beberapa responden bilang mereka ga kaget karena tau bahwa ITB suka ada aja anak-anak (mahasiswa) anehnya," ujar Kayla.
Hasil UAS Psikologi Komunikasi
Setelah melakukan parade, mahasiswa menyerahkan sebuah laporan yang memuat foto cosplay, tanggapan orang yang diajak berkenalan beserta dokumentasinya, dan kesan pesan mahasiswa itu sendiri terhadap UAS dan mata kuliah Psikologi Komunikasi.
Menurut Kayla, hasil UAS kali ini sejalan dengan materi yang disampaikan selama perkuliahan. Terlebih ketika proses lapangan berlangsung. Ia menemukan fakta bahwa pakaian bisa membuat persepsi berbeda-beda.
"Mulai dari cara orang-orang melihat dari jauh, keliatan tatapan-tatapannya (ada yang keliatan aneh, ada yang keliatan penasaran atau senyum-senyum, ada yang foto-foto juga), sampe ketika ditanya ternyata responnya kebanyakan positif," ungkap Kayla.
Lebih jauh, berpakaian menurutnya menjadi komunikasi tidak langsung yang hadir di masyarakat saat ini.
Untuk mempersiapkan UAS Psikologi Komunikasi ini, Kayla dan teman-temannya mencari waktu di tengah padatnya jadwal UAS mata kuliah lainnya. Kendati demikian, ia tetap berupaya sebaik mungkin sehingga menampilkan karya yang bisa membuat orang lain senang.
(twu/twu)