Universitas Indonesia (UI) pamerkan bus listrik dalam pameran inovasi perguruan tinggi pada puncak peringatan Hari Kebangkitan Teknologi Nasional (Hakteknas) ke-27. Acara tersebut diadakan oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia (Kemendikbud RI) pada Rabu lalu (10/8).
Kendaraan yang diberi nama Bus Listrik Merah Putih UI itu merupakan bus yang bangun platform sasis-nya, sistem penggerak, sistem rem, sistem kendali, inverter, dasbor, serta sistem pendinginnya dirancang mandiri oleh para ahli UI dan dibangun oleh perusahaan dalam negeri, yaitu PT Mobil Anak Bangsa (MAB), PT NSAD, PT Pindad, dan PT AICOOL.
Bus itu disebut sebagai bus listrik dengan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) tertinggi di Indonesia. Panjangnya 12 meter, lebar 2,5 meter, dan tinggi 3,7 meter dengan bobot maksimal 16 ton. Bus listrik tersebut dapat menampung berat penumpang hingga 13 ton dengan kecepatan maksimal 120 km/jam.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Mesinnya adalah PMSM atau permanent magnet synchronous motor dengan daya 130 kW hingga 240 kW, serta torsi 680 Nm sampai 2500 Nm. Sedangkan transmisinya menggunakan transmisi AMT 4 percepatan.
Dikutip dari laman Fakultas Teknik UI, dengan kekuatan baterai 315,85 kWh, Bus Listrik UI mampu menempuh jarak 250 km dengan hanya membutuhkan pengisian daya baterai selama 1,5-2 jam.
Bus Listrik UI akan diujicobakan pada lintasan Transjakarta selama tiga bulan, yaitu dari 1 Agustus hingga akhir Oktober 2022 dengan rute Dukuh Atas 2-Ragunan (Koridor 6). Uji coba ini sekaligus menjadi uji coba bus listrik lokal pertama yang mengaspal di jalur Transjakarta.
Dikutip dari laman resmi kampus pada Jumat (12/8/2022), rancangan teknologi bus listrik UI muncul dari ide periset yang berasal dari Fakultas Teknik UI. Langkah ini sebagai bentuk komitmen UI dan para pelaku industri untuk menjadikan lingkungan lebih hijau dan rindang.
Nadiem Anwar Makarim, B.A., M.B.A., selaku Mendikbudristek mengapresiasi seluruh hasil cipta dan karya inovasi anak bangsa yang mendukung kemajuan pendidikan melalui pemanfaatan teknologi.
Sesuai Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 71 Tahun 1995, Hakteknas yang diperingati setiap 10 Agustus merupakan bentuk penghargaan dan apresiasi atas keberhasilan putra-putri Indonesia dalam memanfaatkan, menguasai, dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta untuk memberi dorongan kepada mereka agar terus membangkitkan daya inovasi dan kreasi guna kesejahteraan dan kemajuan bangsa Indonesia.
Nadiem menjelaskan, ada tiga kata yang erat kaitannya dengan teknologi, yaitu keberanian, kolaborasi, dan kerja nyata. Keberanian artinya berani mencoba dan mengambil risiko untuk melahirkan inovasi yang berdampak positif bagi masyarakat.
Menurutnya, di dalam dunia teknologi, jika tidak berani mengambil risiko, kita tidak akan pernah mencapai dampak yang diinginkan. Kedua, kolaborasi, karena dibalik semua pekerjaan Kemendikbudristek, ada organisasi dan individu lain yang ikut berkontribusi.
Selanjutnya, kerja nyata. Di dunia teknologi seseorang tidak bisa memamerkan hasil usaha tanpa data. Teknologi harus berdaya guna untuk disebut berhasil.
"Untuk mencapai kesuksesan dalam pemanfaatan teknologi, strateginya adalah bagaimana kita mencocokkan jagoan di kampus dengan perusahaan yang memiliki project. Peran pemerintah yang paling efektif dalam hal ini adalah mengalokasikan anggaran untuk membuka kreativitas dan power setiap institusi, teknologi, dan engineer di seluruh Indonesia," kata Nadiem.
Selain Nadiem, Plt. Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi, Riset, dan Teknologi, Prof. Ir. Nizam, M.Sc., DIC, Ph.D., IPU, Asean Eng., mengatakan, selama pandemi, masyarakat akhirnya menyadari dan merasakan teknologi menjadi enabler karena memungkinkan seseorang untuk melakukan sesuatu yang tadinya tidak terbayang.
Teknologi juga menjadi empower karena memberdayakan seseorang. Selain itu, teknologi menjadi transformer karena mentransformasikan peserta didik, guru, dan dosen untuk menuju masa depan yang lebih baik.
Menurut Nizam, pemanfaatan teknologi harus diiringi dengan keinginan menjadi bagian dari pencipta teknologi.
"Selama pandemi, saya melihat energi dari teman-teman di kampus, baik di universitas maupun politeknik, itu luar biasa. Energi kreatif dan kolaboratif ini dimanfaatkan untuk mewujudkan teknologi yang tepat guna," ujar Nizam.
Nizam berharap kolaborasi yang dijalin antar-institusi dapat menghasilkan inovasi yang berlipat-lipat daripada yang dihasilkan jika dilakukan sendiri
(pal/pal)