Digital Leadership yang Tak Akan Tergantikan Pasca Era COVIDigital

ADVERTISEMENT

Digital Leadership yang Tak Akan Tergantikan Pasca Era COVIDigital

Sponsored - detikEdu
Jumat, 22 Okt 2021 10:19 WIB
Digital Leadership yang Tak Akan Tergantikan Pasca Era COVIDigital
Foto: Dok. UK Petra
Jakarta -

60 tahun menjejak karya dalam bidang pendidikan di Indonesia menjadikan Universitas Kristen Petra Surabaya (UK Petra) tiada henti membuat inovasi demi menjawab setiap tantangan di zamannya. Termasuk zaman sekarang yang mempercepat perubahan ke arah digitalisasi berkat pandemi COVID-19.

Percepatan ini tentunya mengukuhkan semua negara di dunia untuk memasuki era yang dapat disebut dengan COVIDigital. COVIDigital adalah sebuah era di mana umat manusia harus hidup berdampingan dengan COVID-19 dengan mempergunakan teknologi dan platform digital.

Di era COVIDigial, dunia membutuhkan digital leaders yang tidak hanya mampu beradaptasi, namun membuat terobosan yang belum pernah terpikirkan sebelumnya. Digital leadership bukan hanya berbicara tentang hal teknis kepemimpinan dengan kemampuan menggunakan teknologi. Akan tetapi digital leadership juga berbicara tentang metode memimpin sebuah organisasi dengan efektif dan mencapai kinerja secara maksimal. Seorang pemimpin harus memiliki daya tahan dan menguasai berbagai hal ke depan yang akan muncul di tengah pesatnya kemajuan teknologi.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Digital leadership adalah kepemimpinan di era digital, yang kini menjadi COVIDigital dengan tuntutan kompetensi adaptasi terhadap berbagai disruptors, serta menguasai dan mampu mengoptimalisasikan teknologi digital. Disruptor yang seperti COVID-19 akan terus bermunculan dan para digital leaders atau disrupted leaders akan menjadi yang terdepan dalam memberikan arah di tengah perubahan yang cepat dan kompleks tersebut. Sekalipun banyak hal yang harus berubah, digital leadership tetap berfokus pada seorang pemimpin yang mentransformasi para pengikutnya menjadi pribadi-pribadi yang lebih baik untuk menjalankan panggilan hidupnya.

Untuk itu, Rektor UK Petra, Prof. Djwantoro Hardjito, Ph.D menggaungkan pentingnya calon pemimpin atau para mahasiswa memiliki kompetensi digital leadership, saat kampus yang berlokasi di Surabaya ini mencapai usia ke-60 tahun (22 September lalu). Memiliki keahlian digital leadership memampukan setiap pemimpin dalam membawa organisasi menuju kinerja primanya, serta membuat keseimbangan antara kehidupan keluarga dan kerja profesional. Di masa yang akan datang, seorang pemimpin tidak hanya dituntut untuk beradaptasi dalam dunia digital semata, melainkan harus mampu melakukan inovasi dalam mengelola pekerjaannya.

ADVERTISEMENT

Karakter 3R dalam Digital Leadership

Digital leadership yang dikonsep UK Petra saat milad kemarin, menurut Dekan Fakultas Bisnis dan Ekonomi, Dr. Ricky, S.E., M.R.E., memiliki karakter 3R yakni reflect, reset, dan redefine. Karakter 3R muncul melihat riset dunia tentang aktivitas harian sosial media yang mencapai dua miliar pengguna. Seorang pemimpin yang memiliki keahlian digital leadership akan membuat dirinya tidak mudah ditelan arus informasi digital. Ia dapat memilah informasi-informasi yang dibutuhkan oleh dirinya dan organisasinya.

R yang pertama dalam digital leadership adalah reflect. Seorang pemimpin di era digital ini mampu memiliki pemahaman tentang dirinya sendiri. Dia mampu memiliki sifat jujur terhadap dirinya sendiri di hadapan Sang Pencipta untuk memahami jalan hidupnya.

Dia diizinkan Sang Pencipta hadir untuk memenuhi sebuah tujuan mulia yang sudah disematkan kepadanya. Calon pemimpin yakni para mahasiswa perlu dilatih untuk bisa merefleksikan diri sendiri. Sayangnya, seringkali para mahasiswa justru kesulitan menjawab cita-citanya sendiri.

Future digital leaders harus didampingi untuk memahami panggilan hidupnya sedemikian hingga pengelolaan hidupnya menjadi bermakna. Ketika ia sudah mengenal dirinya sendiri maka ia tidak membutuhkan 'panggung' saat menjalankan pekerjaannya. Konflik-konflik dalam bekerja seringkali muncul karena ada orang yang baru mau bekerja saat ia diberi 'panggung'. Saat tidak ada 'panggung' ia tidak bertanggungjawab terhadap pekerjaannya.

Calling-driven digital leaders masa depan sanggup bekerja dengan atau tanpa pengawasan, termasuk untuk bekerja dari rumah karena harus beradaptasi dengan COVID-19. Kemandirian bekerja ini tentunya dibarengi dengan kemampuannya untuk memperlakukan orang lain, baik secara daring maupun luring.

Digital Leadership yang Tak Akan Tergantikan Pasca Era COVIDigitalFoto: Dok. UK Petra

R yang kedua dalam digital leadership adalah reset atau menata ulang. Pemimpin tidak boleh puas dengan kompetensi yang dimilikinya sekarang. Kepuasan sesaat sangat berbahaya karena ini bisa membuat pemimpin menjadi abai dengan kondisi sekitarnya yang harus diakui bisa melompat jauh berkat teknologi. Ketika pemimpin memiliki karakter reset maka ia akan selalu waspada dengan munculnya teknologi baru. Ia juga mudah beradaptasi dengan teknologi baru ini dan bisa menggunakannya dengan cepat dan tepat sesuai kebutuhan diri dan organisasi yang dipimpinnya.

R yang terakhir yakni redefine. Mendefinisikan sebuah profesi yang dikerjakan secara sungguh-sungguh demi mencapai kesempurnaan sedemikian, hingga publik sampai mengidentikan pekerjaan tersebut dengan diri dari profesional tersebut.

Hal ini muncul karena pekerjaan tersebut dikerjakan dengan motivasi yang tinggi. Bukan sebuah motivasi sekedar menyelesaikan pekerjaan karena menjadi tugas dan tanggung jawabnya. Motivasi bekerja yang digerakkan dari dalam hati mampu menggerakkan seseorang untuk menyelesaikan pekerjaan tersebut, sekalipun jam kerja telah usai. Motivasi bekerja dari dalam hati mampu menggerakkan seseorang untuk terus mencari solusi ketika menghadapi sebuah hambatan dalam bekerja.

Memiliki karakter 3R dalam digital leadership akan membuat seorang pemimpin tidak akan tertinggal di era digital ini. Konsep kepemimpinan perlu dilatih semenjak muda. Kurikulum di UK Petra sendiri menyematkan mata kuliah digital leadership pada semua jurusannya.

Ini merupakan kurikulum wajib bagi mahasiswa untuk meningkatkan kompetensinya. Sekalipun zaman sudah berganti namun kehadiran seorang pemimpin tidak akan tergantikan dengan teknologi. Pemimpin di era ini perlu memiliki konsep sebagai seorang pemimpin yang melayani. Pemimpin yang melayani akan memberikan berkah kepada para anggotanya sehingga mereka dengan rela mengikuti pemimpin tersebut.

Karakter 3R Memunculkan Kesehatan Organisasi

Saat ini, kata wellness atau sehat menjadi sebuah kata yang akrab di telinga kita sejak pandemi COVID-19. Seseorang dikatakan mencapai wellness ketika hidupnya sehat jasmani dan rohani, yakni merasa optimis dengan hidup dan antusias untuk membuat perubahan positif bagi sekitarnya.

Bekerja dari rumah membuat pembagian waktu bekerja dan waktu untuk anggota keluarga acapkali menjadi tidak seimbang. Pembagian waktu yang seimbang di sini bukan saja pembagian yang proporsional antara waktu untuk keluarga dan pekerjaan, namun juga pembagian waktu untuk diri sendiri. Digital leaders yang mencapai wellness memiliki waktu untuk dirinya sendiri, merenung di hadapan Sang Pencipta untuk terus-menerus mengingat kasih dan panggilan-Nya.

Bekerja dari rumah, lebih tepatnya bekerja di depan komputer dapat memicu seseorang untuk terus bekerja dan mengabaikan anggota keluarga yang ada di rumah. Ketidakharmonisan dalam hubungan anggota keluarga dapat timbul gegara seorang anggota keluarganya terpicu untuk terus bekerja tiada henti.

Seorang digital leaders harus cermat dan decisive untuk menguasai waktu penggunaan berbagai digital tools yang dipergunakannya. Mengetahui kapan berhenti mempergunakan gadgets sangat penting agar komunikasi langsung dengan keluarga tidak terabaikan.

Seorang pemimpin yang bisa berpikir jernih akan membuat ia mampu berpikir jernih pula pada organisasi yang dipimpinnya. Pemimpin yang sehat/wellness dalam jasmani dan batinnya, menggerakkan perusahaan menuju perusahaan yang wellness.

Sebuah perusahaan yang sehat memberikan berkah kepada para karyawannya, masyarakat sekitar dan ujungnya adalah barokah kepada negara. Jika hal ini dikerjakan secara bersama-sama, niscaya di tahun 2045 mendatang yang merupakan 100 tahun Indonesia emas, Indonesia mampu melampaui hasil riset berbagai Lembaga ekonomi di dunia. Indonesia tidak hanya menempati empat besar ekonomi dunia, namun juga dihuni oleh para digital leaders yang hidupnya sehat, produktif dan filantropi.

Sebagai bagian dari bangsa Indonesia, UK Petra mengembangkan berbagai initiative demi mempersiapkan digital leaders yang paripurna tersebut. ELTC (Excellence in Learning and Teaching Center) atau pusat keunggulan belajar dan mengajar didirikan demi memfasilitasi berbagai kegiatan belajar-mengajar yang adaptif dan inspiratif. Kedua, Petra DigIns atau Petra Digital Institute dibentuk dengan tujuan pengembangan konten-konten pembelajaran yang memampukan Petranesians dan masyarakat untuk belajar kapan dan di mana saja.

(Content Promotion/UK Petra)

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads