Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menyoroti peran pengembangan riset dan inovasi dalam peningkatan dan kemajuan perekonomian. Terkait hal ini, kemajuan riset dan inovasi negara dapat tercermin melalui peringkat Global Innovation Index (GII).
Berdasarkan survei World Competitiveness Yearbook (WCY) 2021 yang dilakukan IMD World Competitiveness Center, daya saing Indonesia berada di peringkat ke-37 dari total 64 negara. Sementara, dalam peringkat GII tahun 2020, Indonesia berada di peringkat 85 dan tertinggal jauh dari negara ASEAN lainnya, seperti Singapura, Malaysia, Vietnam, dan Thailand.
"Dalam IMD World Competitiveness Center, daya saing menjadi salah satu faktor utama dalam menentukan tingkat inovasi. Hal ini menjadi tantangan bagi perguruan tinggi bagaimana bisa meningkatkan kontribusi untuk meningkatkan daya saing," ujar Airlangga dalam keterangannya, Selasa (24/8/2021).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Di acara Workshop Senat Fakultas Teknik UGM bertema 'Arah Kebijakan Tri Dharma Perguruan Tinggi' hari ini, Airlangga menyebut pemerintah telah melakukan berbagai upaya untuk menjadikan Indonesia negara berbasis riset dan inovasi. Menurutnya, implementasi Triple Helix yang merupakan kolaborasi antara peneliti baik dari perguruan tinggi, Lembaga Pemerintah Non Kementerian (LPNK), dan Lembaga Penelitian dan Pengembangan (litbang) di satu sisi, pemerintah serta industri di sisi ketiga penting untuk dilakukan.
Pemerintah melalui UU Cipta Kerja juga telah memberi peluang bagi dunia usaha dan stakeholder untuk memperbaiki tata kelola dan kemudahan berusaha. Dengan demikian, para wirausaha, pengusaha atau investor akan lebih mudah melakukan investasi atau memulai bisnis. Selain itu, pemerintah telah memberikan dukungan dan fasilitas terhadap riset dan inovasi, melalui penugasan khusus kepada BUMN maupun BUMS, serta membuka peluang bagi perguruan tinggi untuk berkolaborasi.
"Riset dan inovasi dari perguruan tinggi tentu diharapkan menjadi jalan keluar terhadap berbagai persoalan di sektor pembangunan pada pandemi saat ini," kata Airlangga.
Soal riset dan inovasi, Airlangga mengatakan saat ini Bioteknologi menjadi ilmu yang semakin penting untuk dikuasai sejak pandemi. Mengingat ilmu ini merupakan bidang yang memanfaatkan atau merekayasa organisme untuk kebutuhan manusia.
"Ke depan, Bioteknologi akan memainkan peranan penting untuk menciptakan solusi atas masalah yang berhubungan dengan organisme, menciptakan obat atas suatu penyakit, atau bahkan mencegah terjadinya pandemi baru, sehingga kebutuhan SDM yang menguasai ilmu ini akan semakin tinggi," katanya.
Sementara terkait pengembangan lainnya, Airlangga menjelaskan Indonesia juga telah melakukan riset vaksin melalui Vaksin Merah Putih. Adapun pengembangan Vaksin Merah Putih dilakukan oleh berbagai lembaga dan perguruan tinggi, yakni Eijkman, LIPI, Universitas Indonesia, Institut Teknologi Bandung, Universitas Airlangga, dan Universitas Gadjah Mada.
"Saya berharap agar Tri Dharma Perguruan Tinggi, yang merupakan pilar dasar pola pikir bagi dosen dan mahasiswa, tetap menjadi cita-cita bersama, sehingga perguruan tinggi dapat memberikan yang terbaik untuk negeri ini," pungkasnya.
Sebagai informasi, dalam acara workshop turut hadir Wakil Rektor Bidang Pendidikan Pengajaran dan Kemahasiswaan UGM Djagal Wiseso Marseno, Wakil Rektor Bidang Kerja Sama dan Alumni UGM Paripurna, WKU Bidang Pekerjaan Umum Perumahan Rakyat dan Infrastruktur Kadin Indonesia Insannul Kamil, Ketua Umum PII Heru Dewanto, Sekda Provinsi DIY Raden Kadarmata, Asisten II Bidang Perekonomian dan Kesejahteraan Rakyat Sekda Papua Muhammad Mus'sad.
(mul/ega)