UGM mengumumkan riset tentang persepsi publik atas perkembangan dunia kerja dan anak muda di era digital. Riset ini dilakukan Youth Studies Centre (Yousure) Fisipol UGM dan Indonesia Presidential Studies.
Dikutip dari situs resmi Universitas Gadjah Mada (UGM), riset skala nasional ini dilakukan di 34 provinsi. Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret hingga April 2021.
Riset tersebut menemukan 53,2 persen responden setuju modal sosial dan ekonomi menentukan bagaimana kaum muda mendapat pekerjaan. Paparan modal ekonomi diungkapkan peneliti Indonesia Presidential Studies Nyarwi Ahmad.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kalau tidak ada modal ekonomi, tidak ada modal sosial, maka peluangnya itu (mendapatkan pekerjaan ideal) makin mengecil," ujar Nyarwi yang juga dosen Fisipol UGM.
Selain variabel ekonomi dan sosial, pengoperasian teknologi digital juga mempengaruhi kaum muda pekerjaan ideal. Variabel ini disetujui hingga yaitu 55,7 persen responden riset.
Dosen Departemen Sosiologi UGM Oki Rahardianto mengungkapkan hal lain berdasarkan riset tersebut. Menurutnya, mayoritas kaum muda di Indonesia beranggapan dunia kerja digital menciptakan kemungkinan menembus kesenjangan.
"Modal penting bagi generasi muda dalam konteks kebangkitan nasional ini adalah optimisme menghadapi masa depan, ini harus dijaga," kata Oki yang juga peneliti di YouSure.
Oki menambahkan, ada beberapa hal yang perlu dilakukan kaum muda demi menghadapi dunia kerja digital. Tips pertama dalah perlunya mengeksplorasi keahlian yang dibutuhkan di dunia digital.
Kedua, kaum muda dianjurkan untuk memperluas jaringan sosial. Jaringan sosial yang dimaksudkan tak hanya lingkup nasional, tapi juga global.
Tips ketiga, adalah partisipasi aktif dalam menjalin solidaritas sosial secara global. Melalui riset UGM ini, Oki mengharapkan masyarakat muda dapat turut serta membangun masyarakat dunia.
(row/row)