Membebaskan Narapidana dari Buta Aksara

ADVERTISEMENT

Picture Story

Membebaskan Narapidana dari Buta Aksara

Antara Foto/Adiwinata Solihin - detikEdu
Rabu, 22 Mei 2024 21:00 WIB

Gorontalo - Lapas Kelas IIA Kota Gorontalo, membuka kelas belajar membaca, menulis dan berhitung. Les ini diikuti oleh 30 peserta narapidana.

Warga binaan pemasyarakatan (WBP) membaca buku di Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Kelas IIA, Kota Gorontalo, Gorontalo.
Mencerdaskan kehidupan bangsa, inilah bunyi salah salah satu kalimat dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 yang menjadi komitmen Lembaga Pemasyarakata (Lapas) Kelas IIA Kota Gorontalo, Provinsi Gorontalo, bagi warga binaannya.
Warga binaan pemasyarakatan (WBP) membaca buku di Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Kelas IIA, Kota Gorontalo, Gorontalo.
Sebagai lembaga yang melakukan pembinaan kepada narapidana dan tahanan, Lapas Gorontalo membuka kelas belajar membaca, menulis dan berhitung yang diikuti oleh 30 peserta narapidana.
Warga binaan pemasyarakatan (WBP) membaca buku di Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Kelas IIA, Kota Gorontalo, Gorontalo.
Jadwal belajar membaca dan berhitung tersebut dimulai pada hari Senin hingga Kamis pukul 10.00 dan selesai pada pukul 11.00 atau berlangsung selama satu jam.
Warga binaan pemasyarakatan (WBP) membaca buku di Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Kelas IIA, Kota Gorontalo, Gorontalo.
Setiap peserta diberikan pengetahuan awal tentang mengenal huruf hingga angka dan dilakukan secara berulang agar warga binaan mampu mengetahui isi bacaan, bukan hanya menghafal.
Warga binaan pemasyarakatan (WBP) membaca buku di Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Kelas IIA, Kota Gorontalo, Gorontalo.
Kepala Seksi Bimbingan Narapidana dan Anak Didik Lapas Gorontalo Kasdin Lato mengatakan melalui program itu, pihaknya ingin meningkatkan kualitas intelektual warga binaan selama menjalani masa pembinaan.
Warga binaan pemasyarakatan (WBP) membaca buku di Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Kelas IIA, Kota Gorontalo, Gorontalo.
Pada program yang telah dimulai sekitar tahun 2005 ini, peserta warga binaan dibagi menjadi dua kelompok, yaitu kelompok yang memulai dari awal atau yang belum sama sekali bisa membaca dan berhitung, dan kelompok dua yaitu yang sudah mulai bisa membaca.
Warga binaan pemasyarakatan (WBP) membaca buku di Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Kelas IIA, Kota Gorontalo, Gorontalo.
Tenaga pengajar pun merupakan warga binaan yang dipilih oleh petugas Lapas atau yang mengajukan diri secara sukarela. Bahkan tak sedikit dari peserta narapidana tersebut meminta diajarkan membaca oleh petugas Lapas.
Warga binaan pemasyarakatan (WBP) membaca buku di Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Kelas IIA, Kota Gorontalo, Gorontalo.
Dalam jangka waktu tiga bulan, para peserta diharapkan sudah dapat mengenal huruf dan angka, sehingga mereka dapat naik kelas menuju kelompok dua yakni belajar membaca.
Warga binaan pemasyarakatan (WBP) membaca buku di Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Kelas IIA, Kota Gorontalo, Gorontalo.
Semua program belajar mengajar ini merupakan upaya Lapas Gorontalo untuk membebaskan narapidana dari buta aksara sehingga setelah selesai menjalankan masa tahanannya, mereka menjadi warga yang lebih cerdas.
Membebaskan Narapidana dari Buta Aksara
Membebaskan Narapidana dari Buta Aksara
Membebaskan Narapidana dari Buta Aksara
Membebaskan Narapidana dari Buta Aksara
Membebaskan Narapidana dari Buta Aksara
Membebaskan Narapidana dari Buta Aksara
Membebaskan Narapidana dari Buta Aksara
Membebaskan Narapidana dari Buta Aksara
Membebaskan Narapidana dari Buta Aksara
Hide Ads