Jakarta - Lukisan potret mumi dari sekitar 2.000 tahun lalu mengabadikan rupa orang-orang peradaban Mesir abad 1-4 M setelah jatuh ke tangan Yunani dan Romawi.
Foto detikEdu
17 Rupa Sosok di Balik Mumi Mesir 2.000 Tahun Lalu

Mumi Mesir Kuno berubah setelah jatuh ke tangan Yunani sekitar abad 2-1 sebelum Masehi (SM) dan Romawi pada abad 1-4 M. Sosok wajah di sarkofagus khas Mesir diganti dengan lukisan. Foto: Lukisan potret mumi pria dengan teknik encaustic (campuran pigmen warna dan lilin panas) pada linen. (Wikimedia Commons)
Lukisan mumi menjadi bentuk penghormatan atas almarhum. Foto: Lukisan potret mumi prajurit muda dari pertengahan awal abad ke-2 M di Fayum, Mesir, mengenakan wreath emas, tunik putih, jubah militer biru di bahu kiri, dan tali pedang yang disilangkan. (Carole Raddato)
Lukisan mumi Mesir disebut juga sebagai lukisan potret Fayum (Fayum portrait) karena banyak ditemukan di makam-makam Mesir Fayum, kawasan pertanian dengan oasis. Foto: Lukisan potret mumi perempuan paruh baya dari sekitar tahun 150 M di Fayum, Mesir, dengan medium tempera encaustic pada kayu. (Osama Shukir Muhammad Amin FRCP)
Al-Fayum dahulu dihuni keturunan Mesir hingga Yunani pascapenaklukan peradaban Mesir Kuno, dikutip dariΒ laman Google Arts & Culture.Β Foto: Wikimedia Commons
Lukisan potret Fayum kebanyakan dibuat di atas kayu lime tipis impor ukuran 43 cm x 23 cm, dikutip dari BBC Culture. Jenis kayu impor seperti lime diperkirakan ilmuwan juga membedakan status ekonomi sosok yang dimumikan. Foto: Lukisan Fayum perempuan dengan medium kayu siprus dan lilin. (Koleksi Iris & B. Gerald Cantor Center for Visual Arts at Stanford University)
Lukisan potret mumi semula ditemukan arkeolog Inggris WM Flinders Petrie pada 1887. Lukisan ini berada dalam nekropolis di Kota Romawi Hawara, dekat Fayum. Foto: Lukisan potret mumi pria dengan jubah biru dari abad ke-1 M. (Pushkin State Museum of Fine Arts/Google Art Project)
Lukisan Fayum lalu ditemukan sepanjang 2 tahun kemudian di pemakaman abad 1-2 M, saat imperialisme Romawi di Mesir berlangsung. Foto: Lukisan potret mumi perempuan dengan diadem emas, dari sekitar tahun 60 M di Fayum, Mesir, ditemukan 1887. (Osama Shukir Muhammad Amin FRCP)
Arkeolog Jerman von Kaufmann juga menemukan lukisan mumi Aline, kedua anaknya, dan orang-orang Mesir zaman imperialisme lain di makam Tomb of Aline.Β Foto: Lukisan potret mumi Lady Aline dari Hawara, Mesir, sekitar tahun 24 M, di masa pemerintahan Kaisar Romawi Tiberius (14-37 M). Lukisan dibuat langsung di kanvas yang dibalut kain mumi. (Carole Raddato)
Lukisan mumi orang yang berasal dari kelompok elite Romawi dibuat seniman dengan hasil berkualitas tinggi. Seperti Aline, sosok perempuan dan laki-laki peradaban Mesir saat itu dilukiskan lengkap dengan perhiasan dan hiasan kepala yang menandakan status ekonomi dan sosial. Foto: Lukisan potret mumi perempuan tahun 100-110 M, medium enkaustik pada kayu, emas, dan linen. (Museum J Paul Getty)
Penanggalan lukisan mumi Mesir yang ditemukan terbantu dengan rupa gaya rambut yang dilukis. Sebab, gaya rambut masa itu diatur kaisar dan permaisuri dari keluarga kerajaan imperialis di ibu kota. Gaya rambut ini berproses menyebar ke daerah lain, dan baru sampai sekitar 30 tahun kemudian di Fayum.Β Foto: Lukisan potret mumi perempuan dari tahun 120-150 M di zaman Mesir Romawi, medium encaustic di atas kayu sycamore. (Carole Raddato)
Karena terpengaruh budaya Yunani dan Romawi, lukisan potret mumi Mesir abad 1-4 M lebih mirip sisa fresko (lukisan dinding) di kota kuno Pompeii, Italia. Rupanya dibuat mirip dengan wajah aslinya. Foto: Lukisan potret mumi Fayum di Museum Pushkin, Moskow dari sekitar abad 1-4 M, dibuat dengan enkaustik tempera. (Wikimedia Commons)
Namun, usia almarhum saat meninggal belum tentu sama dengan usia sosok di lukisan. Sebab, lukisan mumi juga lazim dibuat sebelum pemiliknya meninggal, sekitar usia 15-25 tahun, lalu dipajang di kamar tamu sebelum dipakaikan ke sarkofagus atau ke balutan linen muminya langsung. Foto: Wikimedia Commons
Sementara itu, sosok mumi di sarkofagus khas Mesir kuno tidak berfokus pada kemiripan dengan wajah asli pemilik. Sarkofagus ini difokuskan untuk ritual penguburan. Foto: Kementerian Pariwisata dan Benda Kepurbakalaan Mesir
Kendati demikian, lukisan mumi Mesir abad 1-4 M juga diperuntukkan untuk dilihat dewa. Ciri khas mata besar muncul di abad ke-2 karena dipercayai sebagai gerbang jiwa, yang menatap ke dewa dan alam selanjutnya, dikutip dari Arthive. Foto: Foto: Lukisan potret mumi anak laki-laki dari paruh kedua abad ke-2 M. (Stanislaw Lorentz dkk, "The National Museum in Warsaw: Painting")
Lukisan mumi Mesir abad 1-4 M juga dibuat dengan teknik encaustic atau pencampuran pigmen warna dengan lilin panas khas Yunani. Tempera atau campuran pigmen warna dengan putih telur juga digunakan. Foto: Lukisan potret mumi perempuan Antinoopolis, Mesir sekitar tahun 130-161 M, encaustic pada panel kayu dengan stuko berlapis emas. (Nelson Atkins Media Services/Jamison Miller)
Uniknya, campuran antara budaya Yunani, Romawi, dan Mesir ini semula diabaikan arkeolog Inggris WM Flinders Petrie saat menemukannya di Hawara, Mesir. Foto: Lukisan potret mumi pria dari sekitar abad ke-1 M dengan Dewa Osiris dan Anubis. (Pushkin Museum, Moscow/Wikimedia Commons)
Menurut ahli ilmu Mesir Stephen Quirke dari Museum Petrie, lukisan potret Fayum setara dengan lukisan maestro Renaisans seperti Michelangelo dan Raphael, yang muncul 1.500 tahun kemudian. Abad Renaisans (14-17 M) sendiri dijuluki periode penuh pengetahuan dan seni. Foto: Lukisan potret mumi perempuan. (Carole Raddato)