Jakarta - Siapa yang nggak kenal dengan latto-latto? Permainan yang sedang tren itu juga pernah digandrungi anak-anak di Amerika Serikat, Inggris, dan Eropa pada 1970-an.
Picture Story
Menilik Pro-Kontra Lato-lato yang Viral Itu

Sejumlah anak bermain permainan tradisional latto-latto di kawasan Tanjung Priok, Jakarta Utara. Tapi tahu nggak sih, Latto-latto sudah ada sejak dulu. Masuk ke Indonesia juga pada tahun 1970-an karena pernah diganderungi oleh anak-anak di Amerika Serikat dan Eropa pada tahun yang sama. Permainan itu dulu bernama clackers atau klik klaks dan masuk ke Indonesia yang diberinama nok-nok.
Fenomena ini masih menjadi tren dikalangan anak-anak jaman sekarang. Bahkan, suaranya yang khas tak.. tak.. tak... itu cukup membuat pengang telinga.
Memang saat ini fenomena tren latto-latto menuai pro dan kontra di masyarakat. Di satu sisi, mainan latto-latto ini disambut baik karena dianggap membuat anak-anak teralihkan dari 'kecanduan' gadget.
Tetapi kini latto-latto sedang disorot serius karena telah membuat anak-anak terluka. Bahkan, ada pecahan latto-latto itu yang melukai mata seorang anak kecil. Dan kini akhirnya dilarang.
Bahkan, ada juga seorang bocah perempuan yang berusia 5 tahun di Sukabumi mengalami luka sobek pada bagian bibirnya setelah terkena latto-latto. Tak sedikit juga yang mengalami benjol di dahi ataupun kepalanya.
Bahkan seorang bocah di Kubu Raya, Kalimantan Barat, terluka di bagian mata setelah terkena serpihan pecahan bola latto-latto. Bocah itu kini harus menjalani operasi mata lantaran terluka di bola matanya.
Dari penjualan, latto-latto laku keras dikalangan pedagang. Bahkan, beberapa PKL mengaku bisa menjual 100 hingga 200 latto-latto per hari dengan harga berkisar Rp 10 ribu-Rp 15 ribu.
Disisi lain, tren bermain lato-lato tampaknya mengganggu ketenangan umum bahkan sampai membahayakan fisik. Oleh karena itu, Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kemenkes RI dr Siti Nadia Tarmizi, menghimbau masyarakat khususnya orang tua agar selalu berhati-hati dalam menjaga anaknya saat bermain latto-latto.
Menurut Anastasia Sari Dewi, seorang psikolog klinis dan founder pusat konsultasi Anastasia and Associate, mainan latto-latto bisa mengganggu ketenangan umum dan membahayakan fisik. Selain itu berisiko memicu terabaikannya fokus pada kegiatan penting seperti belajar dan bekerja jika dimainkan dalam porsi terlalu banyak.
Meski ada untung dan ruginya di mata masyarakat, semua balik lagi kepada individunya masing-masing menyikapi kehadiran kembali permainan Latto-latto ini. Gimana detikers?