Jakarta - Sri Irianingsih dan Sri Rossyati dikenal sebagai ibu guru kembar. Kepedulian pada anak jalanan membuat mereka mendirikan Sekolah Darurat Kartini.
Picture Story
Kisah Guru Kembar 32 Tahun Cerdaskan Anak Terlantar

Kepedulian pada anak jalanan membuat Sri Irianingsih (72) dan Sri Rossyati (72) mendirikan sekolah untuk anak-anak marjinal di kawasan Jakarta Utara sejak tahun 1990. Keduanya dikenal sebagai ibu guru Kembar. Tidak terhitung berapa banyak murid yang merupakan anak jalanan yang sudah mereka hantarkan menjadi manusia yang lebih baik. Tidak terhitung pula harta benda yang sudah mereka keluarkan untuk mencerdaskan anak marjinal. Meski begitu, Ibu Guru Kembar tetap ikhlas dan senang mendidik anak-anak marjinal.
Melihat ada kesenjangan antara si kaya dan si miskin, Rossy dan Rian sapaan mereka, mendirikan Sekolah Darurat Kartini. Sekolah ini gratis bagi anak-anak jalanan dan anak-anak dari keluarga tidak mampu. Di sekolah ini siswa siswi tidak membayar alias gratis. Saat ini Ibu Guru Kembar memiliki 2 Sekolah Darurat Kartini yang berada di kawasana kumuh Lodan, Ancol dan Kelapa Gading.
Sebanyak 150 siswa siswi dari jenjang TK, SD dan SMP saat ini mendapatkan pendidikan di 2 sekolah yang dimiliki oleh Ibu Guru Kembar. Mereka ini berasal dari golongan marjinal, keluarga yang tidak mampu, pemulung dan merupakan anak jalanan.
Sejak awal mengabdikan diri di bidang pendidikan Rossy dan Rian menggunakan uang pribadi untuk membeli seragam, perangkat belajar, dan makanan. Rossy dan Rian bercerita setelah 32 tahun mendidik ada beberapa anak didiknya yang dulu anak jalanan kini telah sukses diberbagai bidang, ada yang menjadi Polisi, TNI dan Pegawai Negeri.
Saat ini, pasca pendemi anak-anak belajar di sekolah setiap Senin, Rabu dan Jumat. Usai belajar anak-anak diberikan makan makanan bergizi. Rossy, sang kakak, menikah dengan seorang dokter spesialis kandungan. Mereka dikarunia empat anak, dua anak orang perempuannya menjadi dokter spesialis kulit dan kandungan mengikuti jejak ayahnya. Sedangkan dua anak lelakinya memilih untuk menjadi teknisi dan ahli di bidang teknologi infomasi di Amerika dan Australia.
Rian, mendapat jodohnya dari kalangan TNI Angkatan Laut. Pasangan ini memiliki dua anak yang bekerja di Kemendiknas, dan seorang lagi mengabdikan diri sebagai dosen. Pada tahun 1990, suami Rian wafat. Rossy mengajaknya pindah ke Jakarta dan mendirikan Sekolah Darurat Kartini.
Sekolah Darurat Kartini pertama dibangun di kolong tol Ancol. Selama 32 tahun berdiri, sekolah tersebut pernah digusur lima kali.
Rian dan Rossy mengakui, mengajari anak-anak butuh usaha yang luar biasa. Membentuk karakter, kepribadian, dan kemampuan dasar. Setiap hari mereka anak-anak dihadapkan dengan kondisi sosial yang keras di ibu kota.
Pada tahun 2019 ibu guru kembar Rian dan Rossy dianugerahi Satyalencana Kebaktian Sosial. Satyalancana Kebaktian Sosial merupakan tanda kehormatan tertinggi yang diberikan pemerintah sebagai penghargaan kepada warga negara Indonesia atau seseorang yang telah berjasa dalam bidang perikemanusiaan pada umumnya.
Saat ini mereka merasa sudah memiliki banyak hal baik materi dan non materi, waktunya untuk menikmati hidup dan bersyukur dengan membantu anak-anak miskin agar bisa sekolah. Di usia yang sudah senja, ibu guru kembar hanya ingin terus mengajar dan berbagi. Sekolah dapat mengubah masa depan anak-anak marjinal menjadi lebih cerah dengan bekal ilmu.