Sumba Barat - Anak-anak di Sumba banyak yang belum mendapatkan pendidikan yang layak. Asti Kulla tergerak membuat perubahan lewat komunitas English Goes to Kampung.
Foto Edu
Sosok Asti Kulla, Perempuan Inspiratif dari Sumba

Roswita Asti Kulla (kiri) saat estafet obor peduli bumi yang digagas Asuransi Astra di Pantai Karewe, Mananga, Sumba Barat, Nusa Tenggara Timur, Sabtu (10/12/2022). Kisah inspiratif datang dari Pulau Sumba, Nusa Tenggara Timur. Asti sapaan akrabnya, perempuan kelahiran Kabupaten Sumba Barat yang tergerak untuk membangun pendidikan di kampung halamannya yang selama ini jauh dari kata layak.
Asti sempat mengadu nasib ke Pulau Jawa untuk dapat mengenyam pendidikan tinggi. Berkat kegigihannya, Asti berhasil kuliah di Fakultas Bahasa Inggris Universitas Kejuruan Malang dan tamat pada 2014. Keprihatinan akan pendidikan anak-anak di kampung halamannya membuat Asti tergerak. Tak hanya soal pendidikan, ia juga menaruh perhatiannya pada sosial ekonomi dan lingkungan.
Dengan kepercayaan diri bahwa pulau Sumba menjadi daya tarik wisata dunia, ia ingin agar anak-anak di daerah tersebut mampu merebut hal itu sehingga mereka tidak terasing di daerahnya sendiri. Asti memulainya dengan menjadi guru honorer di sebuah sekolah. Kecintaannya mengajar ini juga mengubah rencananya melanjutkan S2. Ia bahkan membuka kelas mengajar gratis bagi anak-anak pesisir.
Asti tidak hanya mengajari materi bahasa Inggris tapi juga mengajari mereka soal merubah mindset, mental, dan lain-lain. Mereka juga membersihkan pantai dari sampah plastik dan sebagainya. Hal itu dilakukan dari tahun 2015 hingga tahun 2017.
Asti membagikan kegiatannya di media sosial hingga membuat banyak orang tergerak untuk membuat hal mulia serupa. Sejak saat itu ia membuat komunitas relawan dan mendirikan bangunan sekolah di tanah yang dipinjamkan warga setempat.
Dengan platform English Goes to Kampung (EGK), Asti hendak mengatakan, selamat datang di dunia global. Sekaligus, dia ingin membuka pikiran mereka, dengan moto penggerak think globally, act locally.
Komunitas EGK yang Asti dirikan ini menjadi wujud pemberian diri dan sukarela, jelas tanpa gaji. Mereka yang terlibat dalam karya ini pun diajak mengevaluasi proses. Asti juga mengajari mereka untuk regenerasi. Baginya ini juga menjadi kesempatan untuk saling peka dan peduli satu sama lain. Kini EGK merupakan kelas yang cakupannya luas, yaitu desa-desa di tiga kabupaten yang berbeda.