Seorang lulusan SMA di AS dengan nilai hampir sempurna ditolak belasan kampus tapi diterima kerja di Google. Ini kisahnya.)
Lulus SMA dengan nilai hampir sempurna merupakan modal besar untuk diterima banyak kampus. Namun, hal ini tidak terjadi pada seorang remaja di California, Amerika Serikat, yang ditolak 16 kampus meski nilainya memuaskan.
Remaja itu adalah Stanley Zhong, yang lulus dari Sekolah Palo Alto di California dengan IPK hampir sempurna 4,42 (weighted). Ia juga mendapatkan skor SAT 1590 dari 2.000, sebuah ujian yang mengukur keterampilan siswa sebagai syarat masuk perguruan tinggi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dengan bekal nilai tinggi tersebut, remaja Amerika Serikat biasanya akan mudah diterima di kampus-kampus top seperti Harvard atau MIT. Namun sayangnya, Stanley merasakan sebaliknya karena hanya diterima oleh dua kampus dari 18 kampus yang ia lamar.
Kampus-kampus Top yang Menolak
Kejadian yang menimpa Stanley terjadi pada 2023, setelah dirinya lulus dan mendaftar kuliah. Ia yang saat itu berusia 17 tahun harus mengalami kekecewaan karena ditolak belasan kampus.
Kampus-kampus yang menolaknya antara lain MIT, Stanford, UC Berkeley, Cornell University, UCLA, UC Davis, Cal Poly San Luis Obispo, Caltech, Carnegie Mellon, University of Illinois, University of Michigan, hingga University of Washington.
Dua kampus yang menerima yaitu di Universitas Texas di Austin dan Universitas Maryland. Padahal, selain nilai tinggi, Stanley termasuk siswa berprestasi. Ia pernah menjadi finalis dalam berbagai kontes pemrograman komputer global dan mendirikan perusahaan rintisan tanda tangan elektronik gratis bernama RabbitSign.
"Tidak ada yang bisa mengatakan mereka yakin diterima di Stanford, Berkeley, atau MIT, tetapi saya melamar ke beberapa universitas negeri di mana saya pikir saya memiliki peluang lebih baik," kata Stanley kepada CBS, dikutip Minggu (14/12/2025).
Diterima Google
Pada akhirnya, Stanley tak hanya mendaftar kuliah, tetapi juga melamar kerja. Ia melamar posisi insinyur perangkat lunak atau software engineer di Google.
"Saya memutuskan untuk juga mencari pekerjaan penuh waktu untuk melihat apa yang terjadi. Saya pikir, paling buruk pun, saya akan mendapatkan pengalaman wawancara dan melihat seperti apa prosesnya, dan mungkin saya akan beruntung," ungkapnya.
Hasilnya, ia berhasil diterima di Google sebagai software engineer, sebuah pekerjaan yang umumnya dilakukan oleh lulusan sarjana. Kesempatan ini bisa ia peroleh karena sejumlah posisi kerja Google dapat dilamar dengan bukti pengalaman praktis setara kualifikasi akademik.
Dugaan Diskriminasi Kampus
Orang tua Stanley tidak diam begitu saja ketika anaknya tidak diterima belasan kampus. Ia menelusuri dan mendatangi dinas pendidikan terkait.
Mereka menduga, sang anak mendapat diskriminasi pada proses seleksi masuk kampus lantaran seorang keturunan Asia. Laporan New York Post menyebut, mahasiswa keturunan Asia-Amerika telah lama dirugikan dalam hal kebijakan afirmasi.
"Saya memang mendengar bahwa orang Asia tampaknya menghadapi standar yang lebih tinggi dalam hal penerimaan perguruan tinggi, tetapi saya pikir mungkin itu hanya mitos urban," kata Nan Zhong, ayah Stanley kepada The New York Post.
Pada akhirnya, keluarga Stanley mengajukan gugatan terhadap kampus-kampus yang menolak tanpa alasan pasti. Sebab, di California, larangan diskriminasi telah ada dalam undang-undang penerimaan mahasiswa.
Gugatan tersebut dilayangkan terhadap sistem Universitas California dan Universitas Washington. Mereka menuding sekolah-sekolah tersebut terlibat dalam praktik penerimaan diskriminatif secara rasial yang merugikan pelamar keturunan Asia-Amerika berkualitas.
"Hasil penerimaan Stanley sangat kontras dengan tawaran pekerjaan penuh waktu yang diterimanya dari Google untuk posisi yang membutuhkan gelar PhD atau pengalaman praktis yang setara," klaim gugatan tersebut.
Sementara itu, Victor Balta dari Universitas Washington menanggapi gugatan tersebut kepada The New York Post, bahwa pihaknya mengatakan adanya keterbatasan kapasitas kampus.
"Universitas Washington mendukung proses penerimaan mahasiswanya, dan kami telah lama menyadari bahwa kapasitas kami terbatas dan kami tidak dapat menerima beberapa pelamar yang sangat berbakat dan mampu. Kami sedang meninjau gugatan tersebut," katanya.
(faz/twu)











































