Sukadiono remaja harus mengurungkan cita-citanya sebagai insinyur dari Institut Teknologi Bandung (ITB). Siapa sangka, bertahun-tahun kemudian, ia malah diangkat sebagai guru besar kedokteran di Universitas Muhammadiyah (UM) Surabaya.
Sukadiono lahir diNjuwetKedunglosari, Tembelang, Jombang, Jawa Timur pada 18 Desember 1968. Masa mudaSuko, panggilan akrabnya, tumbuh ditempa tiga "lapangan": lapangan bola, lapangan dakwah, dan lapangan ilmu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ayah Suko yang merupakan mantan pemain bola mewariskan kecintaan pada olahraga. Dari para guru dan tokoh kampung, Suko belajar bahwa ilmu dan adab berjalan seiring.
Cita-cita masa remajanya jelas, menjadi insinyur dari Institut Teknologi Bandung (ITB). Namun, takdir menawarkannya persimpangan.
Atas arahan ayah, haluan itu berbelok ke Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga (Unair). Dari pilihan yang semula tampak berbeda arah itulah sebuah perjalanan besar dimulai.
Aktif dalam Perkuliahan dan Organisasi
Saat berkuliah, Suko tidak hanya belajar anatomi dan fisiologi. Dia mengasah kepemimpinan di berbagai organisasi kepemudaan dan menghidupkan organisasi Remaja Masjid Jenderal Sudirman. Bahkan ia diamanahi sebagai Ketua Takmir Masjid Jenderal Sudirman Darmawangsa, Surabaya, tugas yang menguji konsistensi ibadah, kepekaan sosial, dan kemampuan merawat komunitas.
Gelar Sarjana Kedokteran dan Profesi Dokter tidak membuatnya berhenti. Suko melanjutkan Magister Manajemen di Universitas Narotama, Surabaya untuk membekali diri dengan sudut pandang manajerial. Kemudian pada 2012, ia mendapat gelar Doktor Ilmu Keolahragaan dari Universitas Negeri Surabaya.
Cinta pada Fisiologi
Menurut Suko, fisiologi olahraga menjadi "rumah ilmiah" baginya mengkaji tubuh, daya tahan, dan performa manusia. Bidang ini merupakan persatuan dari kepeduliannya pada atlet dan ekosistem olahraga kampus.
Sukadiono juga menerima amanah dari klinik ke rumah sakit dan dari fakultas ke rektorat. Karier profesionalSuko dimulai di Poliklinik Universitas Putra Bangsa Surabaya, bersamaan dengan kepercayaan mengelola Klinik CitaHusada KedungAsem.
Tahun 2001, Suko diamanahi menjadi Direktur Akademi Keperawatan dan Akademi Analis Kesehatan UM Surabaya. Setahun berselang, dia dipercaya memimpin Rumah Sakit Muhammadiyah Surabaya; level tanggung jawab yang menuntut ketegasan, empati, dan kemampuan menata layanan kesehatan.
Suko kemudian menjabat sebagai Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan periode 2005-2012. Setelahnya, pada 2012-2024, Sukadiono bertugas sebagai Rektor UM Surabaya selama tiga periode.
Dukungan Sukadiono pada Para Atlet
Dukungan Suko pada atlet tidak berhenti di dokumen kebijakan. Ia turut hadir di pinggir lapangan latihan, mengantar ke turnamen, menyapa satu per satu, memberi motivasi, dan merayakan podium juara.
Pengukuhan sebagai Guru Besar Fisiologi Olahraga di UM Surabaya menandai puncak akademiknya. Namun, bagi Suko, puncak hanyalah tempat melihat lebih jauh, bukan berhenti.
"Guru besar bukan akhir, melainkan awal babak pengabdian yang lebih luas untuk ilmu pengetahuan, umat, dan Indonesia," ujarnya dalam laman UM Surabaya dikutip Minggu (24/8/2025).
Guru Besar di Tubuh Kemenko PMK
Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Pratikno menghadiri pengukuhan Sukadiono sebagai guru besar di UM Surabaya, Sabtu (23/8/2025). Dikutip dari laman resmi kementerian, Sukadiono juga menjabat sebagai Deputi Bidang Peningkatan Kualitas Kesehatan Kemenko PMK.
Pratikno mengatakan capaian akademik Sukadiono bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan, khususnya di bidang fisiologi olahraga. Penelitiannya penting untuk mendukung daya tahan dan performa atlet.
"Prestasi olahraga tidak hanya lahir dari kerja keras di lapangan, tetapi juga dari kekuatan ilmu pengetahuan. Keilmuan Sukadiono membuktikan bahwa sains dapat menjadi penopang penting bagi daya tahan dan performa atlet," ujar Pratikno.
Dalam orasi ilmiah berjudul Strategi Buffering Fisiologis Melalui Intervensi Sodium Bicarbonate untuk Daya Tahan dan Performa Atlet, Sukadiono sebelumnya menjelaskan bahwa olahraga merupakan aktivitas yang melibatkan orkestrasi rumit dari fisiologis dan biokimia di dalam tubuh. Ia mendapati, sodium bicarbonate sebagai strategi buffering fisiologis merupakan intervensi efektif untuk meningkatkan daya tahan dan performa atlet.
Acara pengukuhan Sukadiono sebagai guru besar UM Surabaya turut dihadiri sejumlah pejabat negara, kepala daerah, dan tokoh Muhammadiyah, antara lain Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah Abdul Mu'ti, Wakil Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah Fajar Riza Ul Haq, Wakil Menteri Perlindungan Pekerja Migran Indonesia Dzulfikar Ahmad Tawalla, Penasehat Khusus Presiden untuk Urusan Haji Muhadjir Effendy, Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi, Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Haedar Nashir, di samping anggota DPR RI dan DPRD Provinsi Jawa Timur, serta para warga UM Surabaya.
(nir/twu)