Pembina Pramuka SMP 170 Jakarta, Willy Sohlehudin memberikan materi yang cukup berbeda pada para siswanya. Bukan tali menali, tapi bahasa isyarat.
Willy bercerita jika dirinya mengenalkan Sistem Isyarat Bahasa Indonesia (SIBI). Jenis bahasa isyarat ini digunakan di sekolah formal, terutama di sekolah luar biasa (SLB).
"Jadi di Indonesia ini ada 2. Bisindo (Bahasa Isyarat Indonesia) dan SIBI," ujar Willy kepada detikEdu pada Upacara Hari Pramuka ke 64 dan Pembukaan Kemah Pramuka Berkebutuhan Khusus Tingkat Nasional di Bumi Perkemahan dan Graha Wisata (Buperta) Cibubur, Jakarta Timur, Kamis (17/8/2025).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Meski bukan berasal dari sekolah inklusi, Willy ingin para siswa yang tidak berkebutuhan khusus lebih peduli dengan teman-teman tuli. Berangkat dari niat tersebut, ia coba mengenalkan bahasa isyarat pada siswa.
Kenalkan Huruf Braille
Tak hanya bahasa isyarat, Willy juga mengenalkan huruf braille. Huruf braille adalah sistem penulisan yang digunakan oleh orang dengan gangguan penglihatan.
Siswa yang tergabung dalam ekskul Pramuka ini diajarkan menulis serta membaca huruf braille.
"Cara menulis braille dengan alatnya, namanya stylus dan reglet itu. Dan mereka saya suruh baca, jadi diraba, dibaca," paparnya.
"Supaya mereka tau, ini loh, teman-teman kamu yang berkebutuhan khusus. Kalau kamu mem-bully atau merendahkan atau mendiskreditkan dia, dia sebenarnya juga nggak mau seperti ini. Tapi dari sini kamu belajar. Jadi saya ingin menimbulkan empati untuk adik-adik ini," imbuhnya
Willy bersyukur akan acara Pramuka Berkebutuhan Khusus Tingkat Nasional kali ini. Ia berharap akan ada lebih banyak acara untuk penyandang isabilitas.
"Harapan saya juga di tingkat kwarcab, kwartir cabang ya, di tingkat kwarda, itu ada kegiatan untuk teman-teman saudara-saudara kita yang berkebutuhan khusus,"ucapnya.
"Lebih diperbanyaklah kegiatan untuk teman-teman berkebutuhan khusus," pungkasnya.
(nir/twu)