Bukan Sekolah Mahal, Ini Kunci Anak Berprestasi Menurut Wamen Stella

ADVERTISEMENT

Bukan Sekolah Mahal, Ini Kunci Anak Berprestasi Menurut Wamen Stella

Kathleen Alicia Bong - detikEdu
Jumat, 25 Jul 2025 13:05 WIB
Wamendiktisaintek Stella Christie
Foto: Ari Saputra/detikcom
Jakarta -

Wakil Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Wamendiktisaintek) Stella Christie menegaskan bahwa anak-anak Indonesia memiliki potensi luar biasa sejak lahir. Namun, agar potensi itu berkembang menjadi prestasi nyata, peran orang tua sangat krusial, terutama dalam cara mereka berkomunikasi dan memberi ruang eksplorasi bagi anak.

"Berbicara dengan anak, mendengarkan pertanyaan anak, dan menjawab pertanyaan anak itu adalah suatu cara yang luar biasa efektif untuk membangun kognitif kemampuan anak untuk berprestasi," ujar Stella kepada detikEdu beberapa waktu lalu.

Obrolan Sehari-hari, Modal Anak Jadi Hebat

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Stella, yang merupakan ahli di bidang cognitive science, menyebutkan jumlah kosa kata anak usia 5 tahun sangat memengaruhi kemampuan akademiknya hingga SMA. Hal ini berarti, diskusi ringan seperti saat makan atau bermain bukan sekadar aktivitas bonding, melainkan bisa menjadi investasi jangka panjang untuk anak.

"Lagi makan bisa aja kita ngobrol (dengan anak) kan. Misalnya, 'Nak, mau jeruk nggak?' Tadinya anak yang tidak tahu jeruk itu apa, anaknya bisa bilang nggak suka atau nanya, 'ini buah apa?', lalu kita jawab, 'oh ini mirip jeruk rasanya, tapi lebih asam.' Itu semuanya bisa membentuk pengetahuan (anak)," jelasnya.

ADVERTISEMENT

Orang Tua: Sumber Stimulasi dan Kepercayaan Diri

Lebih dari sekadar memberi fasilitas atau memilih sekolah terbaik, yang dibutuhkan anak justru kepercayaan bahwa ia bisa belajar apa pun.

Orang tua sering merasa bahwa kemampuan anak harus diasah sejak dini untuk bisa menghasilkan generasi berprestasi. Namun, Stella menekankan pentingnya memberi ruang eksplorasi dan dukungan emosional, bukan membatasi pilihan anak sejak dini.

"Jangan dari kita menentukan pilihan untuk anak kita, tetapi kita memberikan dorongan dan kepercayaan diri agar mereka bisa membuat pilihan mereka sendiri. Dunia selalu berubah, jadi nggak mungkin kita lihat jurusan di perguruan tinggi sekarang dan kita suruh mereka dari kecil sudah harus belajar jurusan teknik elektro misalnya," ujarnya.

Menurut Stella, pembelajaran yang paling berharga di usia dini bukanlah soal konten teknis, melainkan kemampuan untuk belajar itu sendiri-learning to learn. Dan ini terbentuk dari rasa ingin tahu yang terus diasah lewat percakapan, diskusi, dan interaksi harian bersama orang tua.

Stella juga mengingatkan, orang tua tak perlu 'mencekoki' anak dengan konten rumit seperti "fisika untuk bayi". Sebab, konten tersebut belum tentu relevan dengan jalur masa depan anak. Yang lebih penting adalah menumbuhkan rasa ingin tahu dan kebiasaan bertanya-karena di situlah tumbuh fondasi belajar seumur hidup.

"Kita waktu kecil itu jangan mencekoki konten, tapi membangun kemampuan belajar untuk belajar. Caranya tipsnya mudah saja, banyak berbicara dengan anak," tuturnya.

Nutrisi + Stimulasi = Kombinasi Emas

Perkembangan otak anak berlangsung sangat pesat di usia 0-3 tahun. Karena itu, kombinasi antara seimbang dan stimulasi optimal sangat krusial. Stella menegaskan bahwa nutrisi sangat penting untuk perkembangan kognitif anak. saja tidak cukup.

"Saya melakukan riset bahwa gizi ini sangat meningkatkan atau berpengaruh terhadap juga kondisi kognitif kita. Ini dimulai sejak kecil karena otak sebenarnya berkembang sangat cepat sekali di 0 sampai 3 tahun. Jadi gizi-gizi yang diasuk sejak dikandungan itu sudah mempengaruhi pertentangan otaknya," ucapnya.

Namun, ia mengingatkan agar masyarakat tak keliru menganggap bahwa memberi makanan bergizi saja sudah cukup. Gizi dan stimulasi harus hadir bersamaan agar anak bisa tumbuh optimal.

"Tapi bukan gizi semata ya, jadi jangan dipikir karena sudah dikasih makanan yang bagus begitu, lalu tidak perlu bicara sama anaknya, tidak," tegasnya.

Stella juga menekankan bahwa nutrisi tak harus mahal atau rumit. Kuncinya terletak pada keseimbangan dan konsistensi. Sejalan dengan itu, Morinaga percaya bahwa setiap anak Indonesia memiliki potensi yang berbeda dan luar biasa. Dengan kombinasi nutrisi seimbang dan stimulasi yang tepat, orang tua bisa mendukung tumbuh kembang anak secara menyeluruh-untuk menciptakan generasi sehat, cerdas, dan siap bersinar.

Melalui pilar Potensi, Atensi, dan Nutrisi, Morinaga menyediakan dukungan menyeluruh bagi orang tua. Tak hanya menyediakan susu pertumbuhan dengan kandungan lengkap seperti AA DHA, alfa lactalbumin, fosfolipid, omega 3, magnesium, zinc, kalsium, zat besi, hingga probiotik Triple Bifi. Morinaga juga menghadirkan tools Morinaga Multiple Intellegence Play Plan untuk mengidentifikasi potensi profesi masa depan si Kecil berbasis AI pertama dari Morinaga.

Pada fitur Morinaga Multiple Intellegence Play Plan, Bunda bisa memeriksa apakah berat dan tinggi badan anak sesuai dengan standar usianya untuk menilai kecukupan gizi serta perkembangan otak. Fitur ini menjadi wujud nyata atensi orang tua agar stimulasi yang diberikan selaras dengan tahapan usia anak.

Dengan pemenuhan gizi yang cukup, seperti protein berkualitas, lemak esensial, mineral penting, dan probiotik, anak akan lebih siap secara fisik dan mental untuk menjelajah, bertanya, belajar, dan mengembangkan potensi multitalentanya.

Pertumbuhan anak akan semakin maksimal jika dilengkapi dengan segelas susu Morinaga Platinum dua hingga tiga kali sehari sebagai bagian dari dukungan nutrisi harian yang kaya dan konsisten.




(ega/ega)

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads