Peta Jalan Pendidikan Indonesia 2025-2045 menekankan pada peningkatan angka partisipasi kasar (APK) sekolah dan kualitas, yang tercermin dalam skor PISA. Acuan skor PISA Indonesia diharapkan mengejar atau menyamai Korea Selatan (Korsel).
"Dengan Peta Jalan ini kita maksudkan sebagai panduan ke depan, 20 tahun atau 25 tahun itu untuk menunjukkan bahwa arah pembangunan pendidikan ke depan itu sebaiknya seperti apa. Jadi yang harus kita beri titik tekan itu adalah pada peningkatan partisipasi, dan yang kedua adalah peningkatan kualitas," kata Deputi Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (PMK) Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas, Amich Alhumami.
Hal itu disampaikan Amich kepada wartawan di Perpustakaan Nasional (Perpusnas) RI, Jl Medan Merdeka Selatan, Jakarta Pusat, Kamis (10/7/2025).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Peningkatan partisipasi ini penting untuk semua jenjang dan karena itu kita memulai wajib belajar 13 tahun, ditambah 1 tahun prasekolah. Jadi mulai dari PAUD yang setidaknya 1 tahun prasekolah sampai dengan SMA, Madrasah Aliyah, atau SMK. Karena APK untuk jenjang menengah itu masih relatif tertinggal, baru 87,4% saja. Dan juga masih ada masalah penyelesaian pendidikan. Jadi anak-anak usia sekolah yang kelas 1 SMA, Madrasah Aliyah, SMK itu tidak semua bisa tamat dan mendapatkan ijazah. Maka dengan wajib belajar 13 tahun kita harapkan itu akan semakin meningkatkan jumlah penduduk Indonesia yang setidaknya tamat sekolah menengah," imbuhnya.
Kondisi sekarang, papar Amich, dari 275 juta penduduk Indonesia, 59% lulusan SMP ke bawah. Dengan Peta Jalan Pendidikan yang baru, angka ini akan ditekan hingga mendekati 50%. APK pendidikan tinggi juga akan ditingkatkan.
"Sekarang APK pendidikan tinggi baru 32% saja. Jadi untuk ukuran negara yang harus makin tingkat produktifnya makin tinggi dan makin kompetitif itu harus ditopang oleh lapisan penduduk yang setidaknya tamat sekolah menengah dan diperkuat dalam jumlah yang sangat besar untuk penduduk lulusan perguruan tinggi yang sekaligus menguasai ilmu pengetahuan teknologi dan inovasi," jelasnya.
Dari sisi kualitas, hasil pembelajaran siswa yang bisa dijadikan ukuran secara internasional adalah Skor PISA (Programme for International Student Assessment). Skor PISA di Indonesia, diakui masih jauh tertinggal untuk rata-rata negara maju anggota Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD).
"Kita kemampuan literasi, kemampuan matematika, kemampuan sains itu juga masih harus terus-menerus diupayakan untuk makin meningkat karena kita di Asia Tenggara di antara yang tertinggal. Sementara kalau sebagai benchmark kita bisa menuju ke Korea Selatan misalnya, paling maju itu, dan apalagi Singapura," jelasnya.
"Kalau kita mungkin tidak melihat ukuran negara ya, tapi dari sisi pencapaian akademik siswa yang menempuh pendidikan di sistem persekolahan. Nah dua isu itu dijadikan sebagai agenda besar untuk supaya 20-25 tahun ke depan dalam Peta Jalan itu sudah ditentukan target-target spesifik ya naik berapa persen APK dan kualitas pendidikan harus makin membaik secara peringkat di PISA nilai skornya juga makin tinggi, itu bagian dari yang dicakup dalam Peta Jalan," tandas dia.
Skor PISA Indonesia
Dari arsip detikEdu, angka-angka skor PISA sendiri dimaksudkan untuk mencerminkan kemampuan literasi dan numerasi siswa Indonesia. Skor PISA 2022 Indonesia yang dirilis Oktober 2024 lalu, menunjukkan 18 persen siswa yang mencapai level 2 matematika. Sedangkan rata-rata negara OECD mencapai 9 persen yang mencapai level 4 dan 5. Di Singapura, pemuncak ranking PISA 2024, sekitar 41 persen siswanya mencapai level 5 dan 6.
Skor PISA 2022 global turun sepanjang pandemi, termasuk skor siswa RI. Namun, skor PISA Indonesia telah sejak tahun 2000 termasuk yang kelompok rendah dibandingkan negara-negara partisipan asesmen.
PISA RI 2022 juga tidak masuk mencapai target Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2024. Skor PISA 2022 Indonesia sendiri turun menjadi 359 dari 371 pada 2018, sebagaimana diumumkan pada Desember 2023 lalu. Sedangkan RPJMN 2024 menargetkan skor membaca 392.
Skor matematika juga turun menjadi 366 dari 379, sementara RPJMN 2024 menargetkan 388. Skor sains pun turun dari 396 menjadi 383, dengan target RPJMN 2024 sebesar 402.
(nwk/pal)