Kisah Perjuangan Anak Penjaga Warung Lolos UGM, Kini Dapat Kuliah Gratis

ADVERTISEMENT

Kisah Perjuangan Anak Penjaga Warung Lolos UGM, Kini Dapat Kuliah Gratis

Cicin Yulianti - detikEdu
Jumat, 13 Jun 2025 14:30 WIB
Febi bersama sang ibu
Febi bersama sang ibu. Foto: UGM
Jakarta -

Mengenyam pendidikan di Universitas Gadjah Mada (UGM) adalah impian bagi banyak anak muda. Termasuk yang dicita-citakan juga oleh Febiyanti Nur Mahmudah, gadis asal Sidoagung, Godean, Sleman, Yogyakarta.

Perempuan berusia 18 tahun tersebut harus bekerja lebih keras dari yang lainnya. Pasalnya ia harus belajar otodidak tanpa les untuk tembus di Seleksi Nasional Berdasarkan Prestasi (SNBP) 2025.

Perempuan yang akrab disapa Febi ini sangat ingin membanggakan sang ibu, yang selama empat tahun ini menjadi tulang punggung keluarga. Sejak ayanhnya meninggal, sang ibu Siti Sofariyatun harus bekerja sebagai penjaga warung kelontong untuk menghidupi empat anaknya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Menjaga Prestasi Akademik Jadi Kunci Lolos SNBP

Sejak masuk SMA, Febi berkomitmen untuk bersemangat belajar agar tembus kampus negeri. Meski hanya berbekal uang saku Rp 5.000 atau Rp 7.000 Febi tidak minder dan manja. Ia terus berusaha mempertahankan prestasinya masuk lima besar.

Di SMA, Febi masuk peringkat 7 siswa eligible SNBP. Selain itu, ia aktif ikut kegiatan organisasi misalnya OSIS, Peleton Inti, panitia teater, kegiatan sosial, hingga classmeeting.

ADVERTISEMENT

"Kebetulan saya memang suka belajar dan memasak. Walau uang saku saya hanya Rp 5.000 sampai Rp 7.000 per hari, saya selalu berusaha mengatur sebaik mungkin. Biasanya saya diantar ibu naik motor ke sekolah, pulangnya naik TransJogja," katanya dikutip dari laman UGM, Jumat (13/6/2025).

Saat menceritakan soal Febi, Siti Sofariyatun berkaca-kaca karena mengikuti anaknya yang sangat pandai. Saat SD pun Febi selalu masuk tiga besar di kelasnya.

Akhirnya Febi kini resmi menjadi mahasiswa baru di program studi Politik dan Pemerintahan di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UGM. Febi mengaku sudah punya ketertarikan terhadap politik sejak lama sehingga memilih jurusan itu.

"Ketertarikan saya pada isu-isu sosial dan politik sudah sejak lama muncul. Saya ingin punya peran di masyarakat dan ikut membuat perubahan lewat jalur kebijakan atau pendidikan," ujar Febi

Dapat Pembebasan UKT 100 Persen

Febi sangat bersyukur karena berhasil mendapatkan beasiswa full sehingga ia tak perlu membayar uang kuliah tunggal (UKT). Bukan tanpa sebab ia merasa demikian, pasalnya sang ibu masih punya pendapatan yang pas-pasan.

Dalam sehari ibunya digaji Rp 50.000 atau Rp 1,2 juta per bulan. Uang tersebut mau tidak mau harus mencukupi kebutuhan rumah dan hidup empat anak.

Selain itu, jarak warung dari rumahnya mencapai puluhan kilometer. Melihat perjuangan sang ibu, Febi merasa senang karena tidak membebani orang tuanya soal biaya kuliah.

"Saya cuma bisa mendoakan agar dia tetap semangat dan tidak menyerah. Saya tahu dunia kuliah tidak mudah, tapi saya percaya dia bisa," kata Siti.

Febi mengaku akan terus bersemangat dalam berkuliah. Ia akan membuktikan bahwa anak dari keluarga yang terbatas ekonominya bisa tetap meraih cita-cita.




(cyu/nwk)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads