Bermodal Bahasa Indonesia Mas Boy Raih Beragam Beasiswa di Eropa, Ini Kisahnya!

ADVERTISEMENT

Bermodal Bahasa Indonesia Mas Boy Raih Beragam Beasiswa di Eropa, Ini Kisahnya!

Novia Aisyah - detikEdu
Rabu, 12 Feb 2025 08:30 WIB
Mas Boy, pengajar BIPA di KBRI Berlin yang raih beragam beasiswa di Eropa bermodal bahasa Indonesia.
Mas Boy, pengajar BIPA di KBRI Berlin yang raih beragam beasiswa di Eropa bermodal bahasa Indonesia. Foto: Dok. pribadi Boy Tri Rizky
Jakarta -

Sebagai penutur bahasa Indonesia, kita patut berbangga. Meski bahasa Indonesia tergolong bahasa yang masih muda (diperkenalkan pada 28 Oktober 1928 saat Sumpah Pemuda), bahasa ini memiliki banyak potensi.

Setidaknya itulah yang dirasakan oleh Boy Tri Rizky, pengajar bahasa Indonesia di Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Berlin sekaligus periset bahasa Indonesia di Jerman.

Bahasa Indonesia membawa Mas Boy, sapaannya, hingga ke sejumlah negara Eropa.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Boy menjadi pengajar bahasa Indonesia untuk penutur asing (BIPA) sejak ia masih kuliah jenjang sarjana.

Bagaimana Bahasa Indonesia Membawa Boy hingga ke Eropa?

Mas Boy merupakan alumnus Universitas Negeri Jakarta (UNJ) angkatan masuk 2016 yang lulus pada 2020 lalu. Ia mengambil jurusan Pendidikan Bahasa Jerman. Saat kuliah inilah ia berpikir, kenapa dirinya mengambil kuliah bahasa Jerman.

ADVERTISEMENT

"Dan apa sih yang saya bisa kasih untuk negara saya ke depannya?" ujarnya mengungkap alasan pertama kali terjun sebagai pengajar BIPA.

"Ketika saya kuliah bahasa Jerman, apa yang bisa saya lakukan untuk masyarakat, untuk Indonesia, buat negara saya? Oh ada enggak sih, pembelajaran bahasa Indonesia buat orang asing, terutama buat orang Jerman? Ternyata pas saya cari tahu, ternyata ada. Namanya BIPA ini," cerita Mas Boy kepada detikEdu, Selasa (11/2/2025).

Dari sanalah Mas Boy mempelajari soal BIPA hingga suatu saat ia mengikuti pemilihan mahasiswa berprestasi (mawapres). Saat itu ia diwajibkan membuat karya tulis ilmiah (KTI).

Mas Boy saat itu menulis tentang bahasa Indonesia untuk orang Jerman. Dekannya merasa tertarik dengan penelitian ini.

Singkat cerita, KTI Mas Boy didanai oleh fakultas untuk melakukan riset. Dari sanalah ia dibiayai juga untuk ikut pelatihan BIPA hingga konferensi internasional BIPA.

Bikin Kelas Privat Bahasa Indonesia untuk Orang Jerman

Setelah lulus dari UNJ, Mas Boy mencoba membuat kelas privat bahasa Indonesia untuk orang Jerman dan cukup banyak yang berminat.

Sampai kemudian pada 2021 ada seleksi pengajar BIPA oleh Kemdikbud. Mas Boy tertarik dan lulus. Pada tahun yang sama ia ditugaskan untuk menjadi pengajar bahasa Indonesia oleh KBRI di Denmark.

Sayangnya saat itu masih pandemi COVID-19. Sehingga, Mas Boy mengajar secara daring di Indonesia, sedangkan para muridnya di Denmark.

Pada akhir 2021 ia berhasil memperoleh beasiswa LPDP.

Murid Mas Boy Lebih Beken, Jadi Ia Sekolah Lagi

Mas Boy mendapatkan beasiswa LPDP di Intercultural German Studies, University of Goettingen, Jerman dengan advokasi untuk internasionalisasi bahasa Indonesia di luar negeri. Ia yakin potensi bahasa Indonesia sebenarnya besar sekali.

"Saya juga bilang pada saat wawancara saya ingin terus berkontribusi melalui bahasa. Saya ingin mengangkat harkat dan martabat bangsa Indonesia melalui bahasa," sebut Mas Boy.

Ia menilai, peminat bahasa Indonesia di luar negeri terbilang banyak.

Sewaktu melamar LPDP, Mas Boy memang sudah ditugaskan di KBRI Kopenhagen. Ia mengaku merasa minder karena murid-muridnya terdiri dari calon diplomat, profesor, peneliti, dan sebagainya.

"Dan alasan saya pengin lanjut S2 adalah saya merasa minder gitu, karena saya sebagai guru bahasa Indonesia, tetapi murid-murid saya punya pendidikan yang lebih tinggi dari saya. Dan murid-murid saya juga kaget ternyata saya masih lulusan S1," tuturnya.

"Ketika saya belum punya pendidikan yang bagus atau meyakinkan, bagaimana saya meyakinkan orang lain?" ungkapnya lagi.

Saat kuliah S2, ia melakukan riset mengenai perbedaan bahasa Indonesia dan Jerman hingga perbedaan budaya keduanya.

"Di tahun kedua, itu saya mendapat beasiswa dari Erasmus untuk magang di University of Vienna, Austria. Itu saya magang sebagai dosen budaya Indonesia," ungkapnya.

Mas Boy mengajar di University of Vienna mulai dari budaya Indonesia, komunitas budaya, di Indonesia seperti apa, kuliner indonesia, bahkan tarian Indonesia.

"Saya kurang lebih sekitar satu semester di sana. Untuk semester di sini kurang lebih empat bulan," ujarnya.

"Dan alhamdulillah saat saya di Universitas Vienna itu saya dapat beasiswa setelah itu dari DAAD untuk kursus musim panas di Estonia. Untuk kursus musim panasnya itu tentang multilingualisme," lanjutnya.

Mas Boy mendapatkan beasiswa kursus musim panas di University of Tartu, Estonia. Di sana ia juga belajar tentang bilingualisme.

Saat di Estonia inilah ia mempresentasikan tentang risetnya soal multilingualisme di Indonesia, juga berdiskusi dengan profesor di sana tentang bilingualisme di Indonesia.

Kembali Ditugaskan oleh KBRI

Setelah lulus S2 di Jerman, Mas Boy sempat kembali ke Indonesia. Namun, ia diminta untuk kembali ke Jerman dan mengajar BIPA di KBRI di sana.

Mas Boy mulai kembali mengajar BIPA di KBRI Berlin pada Mei 2024.

"Alhamdulillah bahasa Indonesia ini membawa saya sampai ke Eropa, sampai saya ke Austria, membawa saya sampai ke Estonia," ucap Mas Boy.

"Dan mungkin ada orang yang berpikir, 'Buat apa belajar bahasa Indonesia?', padahal bahasa Indonesia ini kalau mereka tekuni, bahasa Indonesia ini berpotensi banget," kata Mas Boy.

"Di luar negeri ada banyak orang yang saat ini sudah belajar bahasa Indonesia dan saat ini bahasa Indonesia menjadi salah satu bahasa resmi di UNESCO," ujarnya bangga.




(nah/nwk)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads