Cerita Putra Petani Asal Samosir Kuliah Gratis di UGM, Ingin Putus Rantai Kemiskinan

ADVERTISEMENT

Cerita Putra Petani Asal Samosir Kuliah Gratis di UGM, Ingin Putus Rantai Kemiskinan

Devita Savitri - detikEdu
Kamis, 04 Jul 2024 18:00 WIB
(Johan dan Keluarga) Cerita Johan, mahasiswa asal Pulau Samosir yang wujudkan mimpi kuliah di UGM
(Johan dan Keluarga) Cerita Johan, mahasiswa asal Pulau Samosir yang wujudkan mimpi kuliah di UGM. Foto: dok. Universitas Gadjah Mada
Jakarta -

Mimpi adalah salah satu hal gratis yang bisa dimiliki semua orang, termasuk Johan Vylvius Rajaguguk, putra seorang petani dari Desa Nainggolan, Kabupaten Samosir, Sumatera Utara. Johan, panggilan akrabnya siap memulai perjalanan mewujudkan mimpi melalui pendidikan tinggi di Universitas Gadjah Mada (UGM).

Putra pasangan Sindak Manahara Rajaguguk dan Tiurma Lumban Raja ini berhasil diterima di program studi (prodi) Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomika dan Bisnis (FEB) UGM tanpa tes melalui jalur Seleksi Nasional Berdasarkan Prestasi (SNBP) 2024.

Tak hanya lolos seleksi, Johan juhan dinyatakan sebagai penerima uang kuliah tunggal pendidikan unggul bersubsidi 100 persen (UKT 0) dari UGM dan dinyatakan sebagai kandidat kuat penerima beasiswa Kartu Indonesia Pintar Kuliah (KIP-K) dari pemerintah. Sehingga ia akan berkuliah bebas dari biaya pendidikan dan mendapat subsidi biaya hidup dari pemerintah.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Ini mimpi Johan, saya senang mendengar itu. Kami orang tua ini hanya selalu berdoa untuk keberhasilannya," ucap Sindak Manahara dikutip dari rilis di laman resmi UGM, Kamis (4/7/2024).

Ingin Memutus Rantai Kemiskinan

Seperti yang disebut sang ayah, Johan memang sudah bermimpi besar untuk kuliah di UGM sejak bersekolah SD. Ia meyakini bila kuliah adalah langkah tepat untuk memangkas rantai kemiskinan di keluarganya.

ADVERTISEMENT

Karena itu Johan bertekad kuat dan dibuktikan melalui berbagai prestasi di setiap jenjang pendidikan. Sejak SD, SMP dan SMA ia selalu masuk dalam deretan peringkat atas sekolah.

Tidak hanya di bidang akademik, Johan juga berhasil mencatatkan prestasi di bidang non akademik. Seperti menjuarai Festival Lomba Seni Siswa Nasional (FLS2N) cabang Pantomim Tingkat Kecamatan Nainggolan (2017), Juara Harapan 2 Lomba Festival Kebudayaan Cabang Kriya Kabupaten Samosir (2023), dan Peraih Grade A pada Grand Final USU Student Olympiad (2023).

Tekad kuatnya di bidang pendidikan juga didukung kedua orang tuanya. Sindak dan sang istri terus mengusahakan semua anaknya bisa sekolah sampai perguruan tinggi bila memungkinkan meskipun keduanya bukan berasal dari keluarga berada.

Ia tak ingin bila anak-anaknya harus berhenti sekolah seperti yang dialaminya di masa lalu. Orang tua Johan ingin melihat anak-anak mereka bisa diwisuda di kampus terbaik dunia.

"Saya dan istri hanya lulusan SMP. Sudah cukup kami orang tua yang gagal, janganlah anak-anak seperti kami. Jadi bagaimanapun caranya kami dorong anak-anak bisa sekolah dengan baik hingga perguruan tinggi," kata Sindak.

Sempat Tidak Didukung Masuk UGM

Mengetahui mimpi anaknya yang sangat kuat, Sindak mengaku sempat memiliki kekhawatiran terutama dalam hal biaya. Menurutnya penghasilannya sebagai petani yang menggarap sawah warisan orang tua tak seberapa. Sementara sang istri membantu perekonomian keluarga dengan berjualan jus di rumah.

Kekhawatiran ini juga dirasakan Johan ketika proses pendaftaran SNBP dimulai. Ia dihinggapi rasa ketakutan tidak lolos bersaing dengan ribuan siswa lainnya di berbagai daerah Indonesia.

Oleh karena itu orang tuanya sempat tidak memberikan dukungan untuk melanjutkan kuliah di UGM. Sindak dan Tiurma berharap sang putra bisa melanjutkan pendidikan ke sekolah kedinasan yang tidak berbayar.

Namun, Johan tidak menyerah dan terus menyakinkan orang tuanya agar diperbolehkan mendaftar kuliah di UGM. Ia menjanjikan beasiswa, agar orang tuanya tidak terbebani dan hal ini benar-benar terwujud.

"Saya menjanjikan mencari beasiswa agar tidak membebani. Saat itu saya bilang ke Bapak dan Mamak. Pak, Mak tenang saja pasti akan ada jalan untuk Johan, nanti akan cari beasiswa," cerita Johan.

Ketika waktu pengumuman tiba, Johan memberikan kabar gembira sore hari sepulang dari acara kelulusan di sekolah.

"Mak, Pak biru!" kata Johan.

Sempat terdiam, keduanya baru paham ketika Johan memeluk dan memberi tahu. Sindak dan Tiurma terdiam, terharu, dan penuh syukur dengan pencapaian anak sulungnya.

"Saya tidak bisa lagi mengungkapkan dengan kata-kata kebahagiaan saat tahu Johan lulus diterima kuliah di FEB UGM. Gratis lagi, tanpa dipungut biaya sepeserpun," ungkap Sindak.

Keduanya berharap agar Johan bisa menjalani studi dengan baik dan setelah lulus mendapat pekerjaan yang dicita-citakan hingga bisa turut mengubah nasib keluarga.

Ingin Jadi Pengusaha Bisnis Fashion

Terkait cita-cita dan karier di masa depan, Johan ternyata sudah memikirkannya sejak hari ini. Hal itu tergambar dari pilihannya memilih FEB UGM.

Walaupun sempat bingung, pada akhirnya ia memutuskan mengambil prodi Ilmu Ekonomi agar cita-citanya mendirikan bisnis fashion bisa tercipta.

"Puji Tuhan bisa lolos jalur SNBP. Sebenarnya tidak menyangka bisa lolos lewat jalur prestasi ini karena melihat rata-rata sekolah saya tidak termasuk jajaran sekolah favorit," ungkapnya.

Keberhasilan ini membuatnya semakin yakin betapa besarnya kekuatan doa orang tua dan kuasa Tuhan dalam memberi jalan di kehidupan umatnya yang mau berusaha.

"Selama kita bersama Tuhan, yakinlah kesuksesan itu akan kita dapatkan atas kuasa Tuhan," tutup Johan.




(det/pal)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads