.webp)
Apa mimpimu saat masih kecil, atau saat muda? Apakah saat ini, kamu masih memendam mimpi-mimpi tersebut?
Soal manusia-manusia yang ingat-mengingatkan untuk memeluk mimpi dikisahkan di konser musikal Memeluk Mimpi-Mimpi: Merdeka Belajar, Merdeka Mencintai.
Konser ini dipersembahkan para siswa dan guru dari sekolah musik klasik tertua di Indonesia, SMKN 2 Kasihan, Bantul, yang dikenal sebagai Sekolah Menengah Musik (SMM) Yogyakarta. Di pagelaran ini, siswa bernyanyi opera, paduan suara, dan bermusik tentang mewujudkan mimpi-mimpi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Diceritakan Larasati (Sherina Munaf) menetap di Yogyakarta setelah mimpinya patah di Jakarta. Di tanah orang, ia bertemu teman lama, adik, dan teman-teman baru untuk menjawab satu pertanyaan: bagaimana memeluk kehidupan nyata sehari-hari maupun mimpi-mimpi di kepala?
Raka (Nyoman Paul) dikisahkan coba meniti kehidupan sebagai penyair dan merampungkan pendidikan tinggi. Agung (Danu Kusuma) memendam keinginan bermain biola untuk hidup, tetapi sehari-hari menjalankan kafe yang setengah hati.
Sedangkan Rena (Mawar de Jongh), adik Larasati, mencoba mencari jalan untuk meneruskan minatnya dalam mengelola bisnis. Tiap masalah--atau tantangan--tokoh utama saling ditabrakkan, dengan harapan saling menemukan jalan.
Pertunjukan ini merespons konsep-konsep tentang mimpi, pilihan bebas, dan cinta. Silih berganti, para siswa, musisi Tanah Air, dan para penari menuangkannya pada teater musikal, nomor-nomor klasik, nyanyian opera, lagu pop, dan tarian.
Sejumlah nomor yang dimainkan di antaranya Finlandia Op. 26 (1899) oleh Jean Sibelius dan Stride La Vampa/Coro di Gitani (1853) oleh Giuseppe Verdi. Adapun Manusia Kuat yang dipopulerkan oleh Tulus menutup konser musikal ini.
Mimpi-mimpi Siswa
 Drama Musikal Memeluk Mimpi-Mimpi oleh SMM Yogyakarta Foto: (Trisna Wulandari/detikcom) |
Bicara mimpi, menampilkan konser orkestra di Teater Jakarta, Taman Ismail Marzuki seperti harapan yang menjadi kenyataan bagi siswa SMM Yogyakarta. Begitu yang dirasakan Audy Mutiara Alexandria dan Alexius Ravel Bagas, siswa kelas 3.
Bagas sendiri bercerita ingin menjadi musisi yang bermain orkestra di luar negeri. Menjadi kebanggaan ibu dan ayah, yang juga musisi adalah harapannya.
"Pengennya London Philharmonic Orchestra. Rencananya, besok tuh mau daftarin kuliah dulu di Yogyakarta, baru besok S2-nya mau ngambil di luar negeri. Beasiswa," tutur Bagas pada detikEdu ditulis Jumat (26/4/2024).
Sedangkan Audy bermimpi menjadi pemain orkestra sekaligus guru musik. Seperti Bagas, Audy pun mendaftar kuliah di Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta tahun ini.
"Karena kalau semua orang jadi pemain musik, gurunya siapa?" kata Audy tertawa.
Konser musikal ini digelar Kemendikbudristek bekerja sama dengan komunitas budaya Titimangsa dalam rangka menyambut Hari Pendidikan Nasional. Kepala SMM Yogyakarta Turino mengatakan pendidikan para siswa sejak awal disesuaikan dengan kebutuhan industri musik.
 Kepala SMM Yogyakarta Turino Foto: (Trisna Wulandari/detikcom) |
"Misalnya membaca notasi balok secepat standar industri, memainkan nomor-nomor standar, sejak awal dididik siap untuk itu. Sehingga saat kemudian ada permintaan, kita hanya tinggal menyesuaikan konsep yang mau dibuat seperti apa, lalu tinggal sesuaikan saja," tuturnya.
Pada pertunjukan ini, kolaborasi siswa dengan musisi nasional baginya memungkinkan belajar sebagai profesional di bidangnya.
"Ketentuan waktu, ketepatannya, dan belajar sedikit bersabar untuk menanti agar semuanya berjalan baik, misalnya menanti script, musik, agar bisa memainkannya dengan benar," tuturnya.
(twu/nwk)
