Subak akan diperkenalkan di forum internasional 10th World Water Forum Bali 2024, 18-24 Mei 2024. Apa itu subak dan mengapa penting?
Subak adalah sistem pengelolaan air kanal dan bendungan, terdiri komponen hutan yang menjaga ketersediaan air, lanskap sawah berundak, sawah yang terhubung dengan sistem kanal, bendungan dan terowongan, desa, serta pura yang menandai sumber airnya atau jalur pengairannya dari pura turun ke lahan subak.
Air dari mata air dan kanal mengalir lewat pura dan keluar ke sawah berundak-undak. Jaringan pura air ini mengelola ekologi sawah di seluruh daerah aliran sungai, dikutip dari laman Organisasi Pendidikan, Ilmiah, dan Budaya PBB (UNESCO).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Keberadaan subak bantu irigasi sawah-sawah warga daerah padat penduduk di pulau vulkanik terjal seperti Bali. Dengan subak, warga Bali bisa jadi petani paling produktif di nusantara kendati penduduknya padat. Pada 2012, subak resmi ditetapkan sebagai warisan budaya dunia UNESCO.
Deputi Bidang Kebijakan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Mego Pinandito mengatakan para rekan dari mancanegara di 10th WWF Bali 2024 dapat melihat dan mendiskusikan langsung pengelolaan sumber daya air di subak Bali. Harapannya, subak dapat diterapkan di wilayah dengan kondisi serupa, baik di Indonesia maupun berbagai negara lain.
Cara tersebut, menurut Mugo jadi jadi salah satu langkah diplomasi ilmiah Indonesia.
"Meng-host World Water Forum di Indonesia, ini salah satunya kita ingin sharing, membagikan berbagai program yang sudah ada dan sukses di Indonesia sehingga mereka datang, hadir, melihat langsung, bagaimana misalnya subak dikelola dengan baik dan membuat sawah hijau," kata Mego dalam konferensi pers FMB9 Road to 10th Water Water Forum, Bali 2024: Riset dan Inovasi Solusi Krisis Air secara daring, Rabu (13/3/2024).
"Subak ini sesuatu yang sudah ada, dan sudah lebih mudah lagi diakses karena sudah menjadi warisan budaya dunia. Jadi hal-hal terkait dengan pengelolaan subak, bagaimana modelnya, dan sebagainya itu ada di dokumentasi di UNESCO. Jadi kita dengan mudah menawarkan nanti kepada negara-negara lain, 'lihat saja subak, sudah diakui di dunia, sehingga dokumen-dokumen seluruhnya ada di UNESCO," imbuhnya.
Subak, Warisan Budaya Dunia UNESCO
Subak merupakan sistem pengelolaan air kanal dan bendungan melalui pura yang sudah ada sejak abad ke-9 di Bali. Termasuk di dalam sistem seluas 19.500 hektare ini adalah pura air kerajaan dari abad ke-18, Pura Taman Ayun.
Sistem subak menggunakan konsep filosofis Bali Tri Hita Karana yang menyatukan dunia roh, dunia manusia, dan alam. Filosofi ini berkembang dari pertukaran budaya Bali dan India selama 2.000 tahun.
Dalam konsep ini, beras dipandang sebagai karunia dari tuhan, sementara sistem subak merupakan bagian dari budaya pura. Kelompok pengelola subak berfokus mengelola sumber daya air di pura air bersama-sama.
Ritual di pura air mengajak warga untuk berhubungan harmonis dengan lingkungannya. Dalam konsep ini, warga diingatkan akan ketergantungannya pada kekuatan alam yang menopang kehidupan.
Bali sendiri memiliki sekitar 1.200 kelompok air dan 50-400 petani pengelola pasokan air dari satu sumber air. Properti ini terdiri dari lima lokasi yang lanskapnya dipandang memiliki konotasi sakral.
Properti subak mencerminkan komponen alam, agama, dan budaya yang berkaitan dalam sistem subak tradisional. Dalam hal ini, sistem subak masih berfungsi penuh dan petani masih menanam padi tradisional Bali tanpa bantuan pupuk dan pestisida.
(twu/nwk)