Universitas Brawijaya (UB) melalui program studi teknik mesin teliti alternatif sumber energi listrik baru terbarukan bernama thorium. Langkah ini dilakukan dalam rangka mencapai target nasional Net Zero Emission di tahun 2060 dengan program transisi energi.
Thorium termasuk bahan bakar nuklir alternatif selain uranium yang dikenal dengan nama nuklir hijau. Bahan ini diklaim lebih aman karena memiliki tingkat radioaktif yang lebih rendah dibandingkan uranium.
Kelebihan Thorium
Guru Besar Teknik Mesin UB, Prof Ing Wardana menjelaskan pihaknya melakukan penelitian tentang thorium dan hidrogen. Selama prosesnya, produksi hidrogen sebagai bahan bakar dinilai lebih ekonomis sehingga layak untuk dikembangkan secara komersial.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sedangkan thorium disebutnya memiliki densitas (kerapatan/kepadatan) energi yang tinggi sehingga cocok digunakan untuk program transisi energi. Terlebih biayanya juga lebih ekonomis namun pasokan energi listrik ikut terjamin.
"Thorium memiliki densitas energi yang tinggi sehingga sangat cocok untuk mempercepat program transisi energi dengan biaya yang bisa diterima (acceptable). Adanya pasokan listrik yang terjamin dengan harga ekonomis akan memacu investasi dan tumbuhnya industri, meningkatkan GDP dan mengerek pertumbuhan ekonomi," ungkapnya dikutip dari detikinet, Kamis (21/12/2023).
Di kesempatan yang sama, Direktur Operasi PT Thorcon Bob S Effendi juga menjelaskan thorium bisa menjadi alternatif penghasil listrik yang memenuhi tiga prinsip dasar penyedia energi. Yaitu, ketersediaannya di mana saja, kapan saja, dan biayanya yang murah.
"Thorium bisa menjadi alternatif untuk menghasilkan listrik yang affordable serta memenuhi prinsip bisa di mana saja, kapan saja dan emisi karbon yang rendah," tuturnya.
Kesalahpahaman Kata Nuklir
Sayangnya, Dirut Pertamina Geothermal Energy (PGE) Ali Mundakir menjelaskan masih ada persepsi kurang baik tentang thorium. Terlebih ada kata nuklir yang terasosiasi dengan thorium.
Menurutnya hal ini perlu diluruskan agar thorium bisa menjadi sumber penghasil listrik masa depan. Terlebih melalui thorium akan ada dorongan peningkatan industri yang berimbas pada pertumbuhan ekonomi Indonesia.
"Adalah keniscayaan bahwa thorium akan segera menjadi salah satu sumber energi listrik bahkan menjadi masa depan penyediaan energi listrik dalam mendorong peningkatan industri dan tumbuhnya perekonomian Indonesia," ujarnya.
Untuk itu, Kepala Departemen Teknik Mesin UB, Dr Purnami ST MT menjelaskan bila pihaknya siap mendukung pemanfaatan thorium. Mereka akan juga menangkap peluang yang ada di berbagai sisi.
"Sebagai kampus yang unggul, tentu saja Teknik Mesin UB sangat kompeten untuk memberikan kontribusi. Bahkan diskusi tentang masa depan Thorium dan Hidrogen akan terus dilakukan berkelanjutan," tutupnya.
(det/nah)