Tanoto Foundation dan UNESCO Dorong Anak Muda Buat Kebijakan Publik

ADVERTISEMENT

Tanoto Foundation dan UNESCO Dorong Anak Muda Buat Kebijakan Publik

Devita Savitri - detikEdu
Rabu, 15 Nov 2023 12:30 WIB
Tanoto Foundation dan UNESCO Dorong Anak Muda Buat Kebijakan Publik
Foto: Devita Savitri/detikcom
Jakarta - Tanoto Foundation, bekerja sama dengan UNESCO gelar Youth as Researcher-Tanoto Student Research Awards (YAR-TSRA) sebuah program untuk kembangkan potensi dan bakat anak muda Indonesia dalam penyusunan kebijakan dan pembangunan. Tak sembarangan, peserta harus memberikan pemikiran berbasis data dan bukti yang terjadi di lapangan.

Program ini diikuti oleh 115 peserta dari 6 universitas mitra. Keenamnya yaitu IPB University, Institut Teknologi Bandung, Universitas Diponegoro, Universitas Brawijaya, Universitas Hasanuddin, dan Universitas Indonesia.

Seluruh peserta bisa memilih 6 topik utama yang disediakan yakni climate action, inclusive education, digital transformation, healthcare, dan civic participation.

Program Pemuda Peneliti Pertama UNESCO di Indonesia

Inge Kusuma, Country Head Tanoto Foundation Indonesia menjelaskan UNESCO pada dasarnya sudah memiliki program Youth as Researcher secara global. Namun, belum hadir di Indonesia.

"Ini program pertama di Indonesia, sebetulnya Youth as Researcher di global sudah banyak, sudah 2-3 tahun mencari mitra hingga akhirnya bertemu kami dan baru dibawa ke Indonesia tahun ini berkolaborasi dengan program Student Research Awards," ujarnya kepada detikEdu, Selasa (14/11/2023) di Pos Bloc, Jl Pos No.2, Pasar Baru, Jakarta Pusat.

Diketahui program ini telah dimulai dari bulan Agustus hingga November 2023. Seluruh peserta difasilitasi pembangunan kapasitasnya dalam riset sosial untuk mengatasi tantangan sosial-ekonomi di Indonesia.

Peserta melalui berbagai kelas daring, praktik penelitian sosial secara berkelompok dan Youth Philosophy Seminar secara luring di Jakarta, Malang, dan Makassar.

Selama prosesnya sekitar 500-600 mahasiswa dari 6 universitas mitra mendaftar. Hingga akhirnya dipilih 115 peserta terbaik untuk mengembangkan ide yang mereka miliki.

"Jadi selama prosesnya mereka dibawa ke UI dan kampus mitra lain, belajar bagaimana mendiagnosa masalah sosial, belajar tentang analisisnya dan memberi solusi masalah sosial ini menjadi kebijakan positif," tambah Inge.

Inge menjelaskan bila peserta rata-rata merupakan mahasiswa yang berada di tingkat 5, 6, dan 7. Karena bersama dengan universitas mitra, seluruh proses yang penelitian yang dilakukan akan dikonversi menjadi kredit atau SKS di perkuliahan.

Dengan melihat antusiasme seluruh peserta dan hasil projek mahasiswa mudah diimplementasi ke publik dan pemerintah, Inge menyatakan program ini harus diteruskan hingga tahun-tahun berikutnya.

UNESCO Terkesan dengan Inovasi Pemuda Indonesia

Di kesempatan yang sama, Maki Katsuno-Hayashikawa, Direktur UNESCO Jakarta menjelaskan pihaknya sangat bangga bisa berkolaborasi dengan Tanoto Foundation untuk program keberlanjutan generasi muda ini. Ia menyebutkan generasi muda adalah prioritas usia dalam semua program UNESCO.

"Seluruh hasil dari program UNESCO bisa dikembangkan hingga ke ranah politik hingga nasional. Suara dan ide yang digaungkan anak muda sangat penting untuk masa depan," ungkapnya.

Maki dengan sangat terkesan mengaku bila ide-ide anak muda Indonesia sangat kreatif tapi sekaligus tetap berpikir secara kritis. Terutama dalam menghadapi masalah-masalah di sekitar mereka seperti iklim, pendidikan dan kesehatan.

Michael Susanto, Head of Leadership Development and Scholarship Tanoto Foundation menambahkan ia percaya anak-anak muda memiliki peran penting dalam pembangunan. Di akhir peserta akan mendapat award yang sebenarnya menurut Michael sebuah pembelajaran yang mereka dapat selama program berlangsung.

"Pengalaman belajar ini adalah warna-warna bagi kehidupan anak muda. Kami juga tidak menutup kemungkinan lebih jauh, untuk itu kami mengundang stakeholder untuk datang," jelasnya.

Stakeholder di sini adalah mitra pemerintah dan nonpemerintah serta pakar dari berbagai isu yang diangkat peserta YAR-TRSA. Stakeholder berperan penting agar ide atau isu yang diangkat peserta bisa didengar hingga membuat kebijakan.

"Contohnya ada riset mengenai penyakit ginjal yang tidak tersorot pemerintah. Kehadiran stakeholder mereka akan mendengar dan akhirnya tahu hingga bisa membawa suara anak muda ini ke pemerintahan atau ke Kementerian Kesehatan," tutupnya.


(nah/nah)

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads