Ada yang berbeda dengan digelarkan konser K-Pop SMTOWN Jakarta atau SMTOWN LivU SMCU Palace yang digelar di Gelora Bung Karno (GBK) pada 23 September 2023 lalu. Sang promotor Dyandra Global Edutainment menetapkan batik sebagai dresscode untuk penonton mendatangi konser tersebut.
Ribuan penggemar yang hadir pada konser tersebut dengan bangga mengenakan batik sebagai penggambaran identitas budaya Indonesia. Terkait hal ini pakar dan dosen Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Universitas Airlangga (Unair) Puji Karyanto SS M Hum angkat bicara.
Ia menyatakan bila fenomena ini adalah langkah yang baik bagi penggerak kreatif dalam mengglobalkan produk lokal. Dalam hal ini tentu saja adalah batik.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Proses pengglobalan budaya ini, menurut sosok yang akrab dipanggil Ki Puji tak lepas dari hadirnya fenomena globalisasi. Dahulu, masyarakat menganggap globalisasi membawa dampak negatif, kecenderungan ini disebut dengan Glokalisasi.
"Ini tidak lepas dari apa yang kita pahami dari Glokalisasi, yang mana orang-orang tadinya curiga dengan globalisasi yang dianggap sebagai ancaman dan musuh, yang dianggap sebagai phobia atau bahkan paranoid," ujarnya dikutip dari rilis di laman resmi Unair, Kamis (5/10/2023).
Namun kini, globalisasi mulai menunjukkan sisi positifnya dan ikut dirasakan masyarakat. Contohnya terlihat nyata dalam penggunaan batik dalam penyelenggaraan konser K-Pop SMTOWN Jakarta.
Diplomasi Budaya yang Berhasil
Ramainya muda-mudi menggunakan kain batik di konser K-Pop SMTOWN menurut Ki Puji adalah fenomena yang patut menjadi kabar menggembirakan. Karena semangat menggunakan batik nyatanya masih hadir di sosok remaja Indonesia.
Lebih jauh, fenomena ini bisa dianggap sebagai berkah. Karena diplomasi budaya Indonesia dalam hal ini adalah batik yang digaungkan ke negara lainnya sangat berhasil.
"Kita harus menerima secara gembira, harus merayakannya. Hal tersebut sebagai berkah bahwa diplomasi budaya kita berhasil seperti negara-negara lain," jelas beliau.
Meskipun beberapa waktu kebelakang banyak pemberitaan pengakuan produk budaya lokal oleh negara lain termasuk batik, Ki Puji mengaku Indonesia tidak perlu khawatir. Munculnya corak baru di budaya asing disebutnya sebagai suatu hal yang wajar dan menjadi tanda keberhasilan diplomasi budaya lokal.
"Ketika negara asing mengembangkan batik dengan versi mereka itu berarti keberhasilan diplomasi kita," tutupnya.
Jadi, apakah detikers menjadi salah satu yang menggunakan batik ke kosen SMTOWN Jakarta kemarin? Corak batik dari daerah mana yang kalian gunakan?
(det/faz)