Guru Besar UIN Nilai Santri Perlu Fondasi Kuat Sebelum Belajar Ke Tiongkok

ADVERTISEMENT

Guru Besar UIN Nilai Santri Perlu Fondasi Kuat Sebelum Belajar Ke Tiongkok

Mega Putra Ratya - detikEdu
Kamis, 31 Agu 2023 23:52 WIB
Forum Sinologi Indonesia
Foto: Istimewa

Ia menambahkan bahwa UFWD ini dikoordinasikan pada level pimpinan puncak oleh sebuah kelompok bernama "Kelompok Kecil Pemimpin Front Persatuan" yang dibentuk oleh Presiden Xi Jinping.

Johanes menjelaskan bahwa peran UFWD menjadi semakin penting seiring dengan keyakinan Xi Jinping bahwa orang-orang Tionghoa perantauan memiliki peran penting dalam proyek peremajaan bangsa Tionghoa yang ia canangkan. Oleh karenanya, peran UFWD makin diperluas dan bahkan membawai Overseas Chinese Affairs Office (OCAO) yang sebelumnya ditugasi untuk mengatur urusan Tionghoa Perantauan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Kini UFWD diberi tugas untuk merangkul Tionghoa perantauan dan mendorong mereka untuk menyampaikan cerita tentang Tiongkok sesuai dengan yang dikehendaki PKT, mempromosikan pandangan PKT dan negara Tiongkok di wilayah masing-masing, menjalin hubungan dengan para politisi setempat, serta mempengaruhi kebijakan sehingga dapat mempromosikan kepentingan PKC.

Johanes mengatakan bahwa sepak terjang UFWD di berbagai negara, seperti Kanada, Selandia Baru, dan Australia, telah menjadi topik yang dipelajari dan didiskusikan oleh para pemerhati Tiongkok. Namun, ia menyampaikan, "UFWD telah hadir di Indonesia, dan pernah melakukan kunjungan pada sebuah komunitas bisnis di Indonesia."

ADVERTISEMENT

Ia mencontohkan kunjungan sebuah organisasi bernama Asosiasi Persahabatan Tionghoa Perantauan (Chinese Overseas Friendship Association) yang dipimpin oleh wakil ketuanya langsung kepada sebuah organisasi bisnis di Indonesia.

"Organisasi ini adalah organisasi yang sebenarnya terkait erat dengan UFWD mengingat sang wakil ketuanya juga merupakan salah satu wakil ketua UFWD," tuturnya.

Bukan hanya berkunjung, Johanes menuturkan bahwa mereka menyampaikan pertanyaan-pertanyaan yang memperlihatkan kharakteristik UFWD. Pertama, terdapat pernyataan yang menekankan hubungan emosi antara Tionghoa Indonesia, dengan RRT. Padahal, menurutnya, etnik Tionghoa adalah bangsa Indonesia karena sudah berakar kuat dalam masayarakat Indonesia.

"Keindonesiaan etnik Tionghoa sudah final," tuturnya.

Kedua, terdapat apresiasi dan dorongan kepada komunitas Tionghoa, khususnya komunitas bisnis, untuk menjadi jembatan bagi hubungan antara RRT dan Indonesia. Dan ketiga, terdapat dorongan agar Tionghoa di Indonesia membangun rasa percaya pada perkembangan ekonomi Tiongkok dan dunia di masa mendatang, melanjutkan kepedulian dan dukungan pada reformasi di Tiongkok, dan bekerja sama untuk mempromosikan modernisasi ala Tiongkok dan pembangunan sabuk dan jalan (Belt and Road).

Menurut Johanes, pernyataan-pernyataan di atas merupakan upaya untuk menarik sebuah kelompok di Indonesia untuk mengedepankan kepentingan Tiongkok. Menurut Johanes, kehadiran UFWD harus disikapi dengan hati hati oleh masyarakat Indonesia.

"Kelompok-kelompok di Indonesia harus waspada agar tidak dijadikan alat untuk mengedapankan kepentingan negara lain," tuturnya.

Ia memuji sikap beberapa kelompok bisnis entik Tionghoa, baik generasi senior maupun muda, yang menurutnya menujukan keengganan untuk diperalat oleh Tiongkok.

Seminar dibuka dengan kata pembuka dari Prof A Dahana, mantan guru besar Universitas Indonesia yang juga pendiri dari FSI. Dahana mengajak semua peserta untuk mendiskusikan Tiongkok dengan pikiran terbuka namun kritis.

"Mari berdiskusi bukan dengan pemikiran yang terlanjur diisi oleh kebencian, maupun pikiran yang terlanjur diisi dengan pemujaan berlebihan terhadap negara dan masyarakat Tiongkok," tuturnya.


(mpr/ega)

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads