Inspirasi Lewat Kartu Pos Motivasi Mas Dosen

ADVERTISEMENT

Inspirasi Lewat Kartu Pos Motivasi Mas Dosen

Pasti Liberti Mappapa - detikEdu
Kamis, 17 Agu 2023 19:00 WIB
Dosen ITB Imam Santoso
Foto: (Dok pribadi Imam Santoso)
Jakarta -

"Jelajahi dunia maka kamu akan menjadi orang yang berbeda" tulis Imam Santoso pada sebuah kartu pos bergambar keindahan aurora di Lapland, Finlandia pada 2015 lalu.

Imam, dosen Program Studi Teknik Metalurgi Fakultas Teknik Pertambangan dan Perminyakan Institut Teknologi Bandung (ITB) saat itu sedang studi S-3 di School of Chemical Technology, Aalto University, Finlandia.

Kartu yang dikirim dari Espoo, Finlandia itu ditujukan untuk seorang pelajar bernama Zainur Aini Arifah. Aini siswi Madrasah Aliyah (MA) Muhammadiyah I, sebuah sekolah swasta yang terletak di desa Andongsari, Jember, Jawa Timur.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

8 tahun berlalu setelah kartu pos bergambar "Cahaya Utara" itu dikirimkan. Dalam sebuah acara wisuda ITB April 2023 lalu, seorang gadis yang mengenakan toga lengkap menghampiri Imam seraya mengenalkan diri.

"Dia bilang 'Saya dulu anak SMA yang dapat kartu pos dari Mas Imam. Saya sudah wisuda ITB'. Karena memang ngga pernah ketemu jadi nggak kenal. Wah kaget saya. Deg...," ujar Imam pada detikEdu beberapa waktu lalu.

ADVERTISEMENT

Berawal dari Australia

Kebiasaan Imam mengirimkan kartu pos dengan kata-kata motivasi pada para pelajar agar mengejar pendidikan setinggi mungkin sudah dilakoninya saat kuliah S-2 di University of Queensland (UQ) Australia. Berbekal koin-koin uang receh yang dikumpulkan, ia lantas membeli sejumlah kartu pos bergambar kampus UQ.

"Saya pikir kira-kira uang recehan ini berdampak apa ya? Ketimbang saya belikan permen saya ambil kartu pos. Siapa tahu kartu ucapan kecil saya dari jauh bergambar foto kampus di Australia bisa menyemangati," katanya.

Saat itu, kartu-kartu pos tersebut dikirimkan buat anak-anak di kampung halamannya di Jember. "Belakangan saya dapat informasi anak yang saya kirimi kartu pos bergambar kampus UQ akhirnya juga berangkat ke UQ," ujar Imam.

Mendapat kesempatan studi S-3 di Finlandia pada 2014, Imam kembali melanjutkan misi bagi-bagi kartu pos. Lewat akun Facebook, ia mengumumkan akan mengirimkan 100 kartu pos dari Finlandia pada para pelajar SMA dan S1.

"Ada uang koin receh saya kumpulkan. Saya belikan lagi 100 kartu pos. Saya tulis satu per satu lalu tempelkan prangko berbentuk bendera Finlandia," katanya.

Imam mengaku tangannya lelah menuliskan kata-kata motivasi di ratusan kartu pos tersebut. Namun ia meyakini, hal sederhana yang dikerjakan dengan tulus suatu saat pasti akan memiliki dampak luar biasa.

Ternyata beberapa bulan lalu ia mendapat pesan melalui akun Instagram dari seorang mahasiswa S-2. Mahasiswa ini mengaku saat masih SMA mendapatkan kartu pos dari Finlandia yang dikirimkan Imam.

Kartu pos bertuliskan kata-kata penyemangat dan bergambar pemandangan indah Finlandia rupanya menerbangkan tinggi semangat mahasiswa itu meraih pendidikan setinggi mungkin.

"Alhamdulilah Pak Imam menjadi salah satu orang yang memotivasi saya untuk terus belajar dalam segala kekurangan. Saya menyelesaikan S-1 dengan beasiswa Bidikmisi dan sekarang menjalani S-2 di bidang biomedis untuk peminatan reproduksi berbantu bayi tabung," tulis mahasiswa itu.

Imam pun berkata,"Feeling saya benar. Sesuatu hal meskipun simpel tapi tulus yang kita berikan akan bisa punya dampak luar biasa."

Melihat dampak yang luar biasa itu, Imam pun bertekad akan menyempatkan diri mengirim kartu pos kalau memiliki kesempatan berada di luar negeri.

Saat melakukan penelitian di Helsinki sekitar Juni lalu, ia mengumumkan lewat akun IG. Kali ini pengumuman tersebut ditujukan bagi orang tua yang punya anak SD dan mau dikirimkan kartu pos dari Finlandia.

"Ratusan yang masuk dalam waktu satu jam dari Aceh sampai Papua," ujarnya.

Klik halaman selanjutnya... Berasal dari Keluarga Buta Huruf

Dosen ITB Imam SantosoDosen ITB Imam Santoso Foto: (Dok pribadi Imam Santoso)

Zaman telah beralih ke era digital, tapi Imam mengaku tetap setia memakai kartu pos untuk mengirimkan ucapan motivasi. Kartu pos yang dikirimkan pun masih memakai cara konvensional yakni dikirim melalui kantor pos memakai prangko.

Menurutnya kartu pos memiliki bentuk fisik yang jarang dijumpai di zaman digital. Selain itu, ada sisi sentimental di baliknya.

"Kartu pos ini saya tulis tangan, berarti harus meluangkan tenaga sekian jam untuk menulis ratusan lembar dan saya sungguh-sungguh melakukannya. Kalau ucapan lewat Whatsapp sudah sangat biasa," kata Imam.

Berasal dari Keluarga Buta Huruf

Imam berasal dari keluarga sederhana di Jember. Sang ayah tidak menuntaskan pendidikan tingkat dasar sehingga buta huruf. Ia pun ditinggal ibu saat masih balita.

Di bawah asuhan nenek yang sangat menekankan pentingnya pendidikan, Imam bersekolah di perguruan Muhammadiyah dari TK hingga SMP.

Saat masih duduk di bangku SMP pula motivasi kuliah di luar negeri muncul. Saat itu Imam menyaksikan keberhasilan BJ Habibie dan IPTN menerbangkan pesawat N250 karya anak bangsa.

"Kalau saya tidak sekolah tinggi nanti jadi lingkaran setan kemiskinan. Saya harus sekolah tinggi bagaimana pun caranya," ujarnya

Demi mewujudkan mimpi itu, ia memutuskan melanjutkan sekolah ke SMA Negeri agar bisa masuk perguruan tinggi negeri. Lulus SMA Imam ikut tes masuk fakultas kedokteran tapi gagal.

Ia mengaku sempat terpukul dan akhirnya ikut keluarga berjualan kaca. Setahun kemudian tepatnya 2003 ia berhasil masuk jurusan Teknik Metalurgi ITB. Berbekal beasiswa ia menjalani kuliah di Bandung.

"Secara finansial hampir mustahil keluarga membiayai saya masuk ITB. Namun, nenek saya percaya harus sekolah tinggi. Mereka support doa dan motivasi bahwa pendidikan itu penting," kisahnya.

Dukungan doa keluarga besar mampu memotivasi Imam memberikan yang terbaik. Ia pun sukses menjadi lulusan terbaik di angkatannya.


Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads