Mengenal Sekolah Arus Kualan, Sekolah Adat di Tengah Tanah Kalimantan

ADVERTISEMENT

Mengenal Sekolah Arus Kualan, Sekolah Adat di Tengah Tanah Kalimantan

Nikita Rosa - detikEdu
Kamis, 10 Agu 2023 14:00 WIB
Potret Sekolah Adat Arus Kualan
Potret Sekolah Adat Arus Kualan. (Foto: Sekolah Adat Arus Kualan)
Jakarta -

Sekolah Adat Arus Kualan berdiri kokoh di tengah tantangan lenyapnya hutan Kalimantan. Di sekolah adat itu, proses belajar dipadukan dengan upaya menjaga alam.

Berdiri sejak 2014, Sekolah Adat Arus Kualan adalah sistem pendidikan informal di provinsi Kalimantan Barat Indonesia, khususnya di daerah Simpang Hulu Kabupaten Ketapang. Aktivitas sekolah berjalan pada hari Jumat, Sabtu, dan Minggu.

Menggabungkan kurikulum dengan alam, siswa akan dibekali dengan kemampuan obat tradisional, memasak berbahan dasar bambu, identifikasi tumbuhan hutan, dan partisipasi dalam permainan adat. Siswa juga diajak berkunjung ke rumah sesepuh untuk belajar dari narasi mereka.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dengan sekitar 350 siswa yang tercatat dari tahun 2014 hingga 2023. Saat ini, sekitar 168 siswa berpartisipasi aktif dalam program transformatif sekolah.

Di antara ratusan siswa, terdapat Selsi dan Elis, yang memahami pentingnya menjaga hutan mereka untuk pengobatan tradisional dan kesejahteraan masyarakat.

ADVERTISEMENT

Selsi dan Elis, Siswa Sekolah Adat Kualan

Selsi, 12 tahun, telah menemukan minatnya dalam mengajar seni memainkan Sampe, alat musik tradisional suku Dayak. Di luar musik, dia juga mengajarkan berbagai permainan kuno dan seni tenun tradisional.

"Arus Kualan telah memberi saya kesempatan untuk belajar tentang budaya saya dan menginspirasi orang lain untuk merangkul tradisi kami. Saya sangat senang melihat teman-teman mempelajari dan melestarikan warisan kami," ujar Selsi dalam keterangan resmi Sekolah Arus Kualan, Kamis (10/8/2023).

Sedangkan Elis, 14 tahun, memiliki ikatan leluhur yang kuat. Elis memiliki hasrat besar dalam melestarikan ilmu pengobatan tradisional. Terinspirasi dari neneknya, yang juga anggota masyarakat adat Dayak, Elis dengan penuh semangat menjalani peran sebagai tabib.

Kefasihannya dalam bahasa Inggris juga menjadikan Elis sebagai duta budaya. Ia selalu menyambut tamu dari negara lain dan memandu mereka.

"Saya ingin menjembatani kesenjangan antara warisan budaya kami dan dunia. Dengan berbagi pengetahuan tentang pengobatan dan seni tradisional, kami dapat menciptakan apresiasi yang lebih dalam terhadap identitas kami," ujar Elis.

Gerakan Literasi

Arus Kualan juga menekankan pada pembangunan keterampilan membaca dan menulis. Dengan cara ini, siswa dapat mengungkapkan pemikiran dan aspirasi mereka secara efektif.

Sekolah berupaya membekali siswanya dengan sarana untuk menjadi komunikator yang percaya diri dan pemikir kritis. Sekolah menggelar kelas literasi bagi anak-anak untuk belajar membaca, menulis, bahasa asing, dan komputer.

Melalui literasi, Arus Kualan memberdayakan siswanya menjadi peserta aktif dalam masyarakat global. Di mana komunikasi dan pemahaman tentang berbagai perspektif merupakan kunci.




(nir/pal)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads