Mahasiswa Program Doktor Universitas Indonesia (UI) dr Budi Rahmat menemukan teknik baru operasi katup jantung anak. Teknik barunya ini berfungsi untuk mencegah kebocoran katup mitral usai operasi yang masih kerap terjadi.
Temuannya dr Rahmat dilaporkan dalam disertasinya yang berjudul "Teknik Elevasi Anulus Posterior dalam Mengurangi Regurgitasi Residual pada Perbaikan Katup Mitral Pasien Anak", dikuti dari keterangan resmi UI, Kamis (13/7/2023).
Promotor dr Rahmat dalam sidang promosi doktor, Prof Dr dr Bambang Budi Siswanto, SpJP(K) menjelaskan bahwa hasil penelitian ini merupakan keterbaruan dalam teknik operasi katup jantung pada anak. Sebab, teknik elevasi anulus posterior ini menurutnya bisa mengurangi risiko insiden kebocoran katup mitral pasca operasi pada anak.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kebocoran Katup Jantung Anak Usai Operasi
Penyakit gagal jantung bisa disebabkan berbagai macam pemicu, salah satunya kebocoran atau regurgitasi pada katup mitral. Katup mitral merupakan katup yang menghubungkan antara serambi kiri dan bilik kiri jantung.
Jika katup mitral bocor, maka pompa dari bilik kiri jantung berisiko tidak optimal, beban kerja otot jantung meningkat, dan pompa darah ke seluruh tubuh terhambat.
Dr Rahmat mencatat, insiden regurgitasi residual atau sisa kebocoran katup mitral pasca operasi masih tinggi.Dalam studi sebelumnya dilaporkan bahwa dengan teknik operasi konvensional, insiden tersebut terjadi sebesar 62.3%. Adapun berdasarkan data dari Unit Bedah Jantung Anak, Pusat Jantung Nasional Harapan Kita melaporkan insiden terjadi sebanyak 49%.
"Itu terjadi dikarenakan daerah pertemuan antara kedua daun katup mitral yang tidak optimal. Regurgitasi residual katup mitral pasca-operasi dapat memberikan dampak negatif, yakni timbulnya gagal jantung, rusaknya sel-sel darah dan menghambat proses perbaikan fungsi otot jantung pasca-operasi," ujar dr Budi dalam keterangannya.
Penanganan Kebocoran Katup Mitral
Lebih lanjut, dr Budi menjelaskan bahwa operasi penanganan regurgitasi katup mitral dilakukan dengan mengganti katup mitral dengan katup prostetik. Akan tetapi, seiring pemahaman anatomi fungsi, dan patofisiologi katup mitral yang berkembang pesat, strategi operasi bergeser menjadi perbaikan katup.
Perbaikan katup ini dinilai lebih memberikan manfaat luas dengan angka kematian dini. Selain itu, dampak baik lainnya adalah preservasi fungsi bilik kiri lebih baik, serta rendahnya risiko pembekuan darah, komplikasi terkait obat antikoagulan, dan infeksi jantung.
Teknik Elevasi Anulus Posterior Katup Mitral
Berangkat dari permasalahan tersebut, dr Budi Rahmat melakukan penelitian tentang operasi katup mitral dengan teknik elevasi anulus posterior katup mitral. Tujuan teknik ini yaitu meningkatkan area pertemuan kedua katup mitral. Dengan begitu, risiko kebocoran katup mitral pasca-operasi konvensional bisa berkurang.
Ia melakukan penelitian pada 64 pasien yang dibagi menjadi dua kelompok. Kelompok pertama dengan teknik elevasi anulus posterior katup mitral, sedangkan kelompok kedua dengan teknik operasi konvensional.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa teknik anulus posterior efektif dalam mengurangi regurgitasi mitral residual. Manfaat lain dari teknik ini adalah bisa meningkatkan panjang koaptasi dan indeks koaptasi, serta berpotensi meningkatkan hasil bedah jangka panjang pada anak dengan regurgitasi katup mitral.
Dr Rahmat melaporkan, bahan tambahan yang digunakan pada teknik ini pun tidak menyebabkan efek samping. Hal tersebut ditandai dengan tidak ada perbedaan penanda hemolisis pasca operasi.
"Teknik elevasi anulus posterior katup mitral dilakukan dengan mengangkat anulus posterior mitral sehingga kedua daun katup dapat bertemu sempurna. Teknik ini belum pernah dilakukan pada operasi perbaikan katup mitral pada anak sebelumnya dan sangat mudah dan murah untuk diterapkan," kata dr Budi.
(twu/twu)