Lembaga Pendidikan Pers Dr Soetomo (LPDS) mulai hari ini memiliki direktur eksekutif baru. Dia adalah Kristanto Hartadi. Ia menggantikan direktur eksekutif sebelumnya, Hendrayana.
Memimpin LPDS, Kristanto bercita-cita ingin menjadikan lembaga pendidikan pers ini seperti Poynter Institute, sekolah jurnalisme ternama di St Petersburg, Florida, Amerika Serikat (AS).
Kristanto dilantik menjadi Direktur Eksekutif LPDS di Hall Dewan Pers, Jalan Kebon Sirih, Jakarta, Jumat (12/5/2023). Pelantikan dihadiri oleh Ketua Dewan Pers Dr Ninik Rahayu dan sejumlah tokoh pers tanah air antara lain Ishadi SK dan Bambang Harymurti yang juga pembina LPDS.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Saya beberapa kali datang ke sana (The Poynter Institute). Saya selalu kagum dengan tempat pendidikan itu, benar-benar school of journalism, karena memang clear tugasnya adalah menjaga dan memelihara demokrasi," kata Kristanto saat sambutan usai pelantikan.
Poynter Institute didirikan pada 1975 oleh Nelson Poynter, pemilik media St. Petersburg Times, sekarang Tampa Bay Times yang memenangkan 14 penghargaan Pulitzer, penghargaan tertinggi bagi insan jurnalis. Di Amerika, Poynter Institute bertujuan mempersiapkan jurnalis di seluruh dunia untuk mempromosikan informasi yang jujur dan akurat dan mendukung demokrasi.
Poynter banyak mengadakan pelatihan, kursus dan seminar untuk meningkatkan ketrampilan dan kualitas wartawan.
Sementara LPDS didirikan pada 23 Juli 1988 di Jakarta sebagai mandat Sidang Pleno ke-29 Dewan Pers di Denpasar, Bali, pada 17-19 Juli 1987 yang menekankan perlunya mendirikan pusat pendidikan pers.
Nama Dr. Soetomo dipilih untuk menghormati salah seorang perintis gerakan kebangsaan Indonesia. Pada 1908, Soetomo adalah seorang mahasiswa kedokteran yang ikut mendirikan Boedi Oetomo.
Soetomo kemudian lebih banyak bergerak di bidang pendidikan dan jurnalistik. Ia menerbitkan jurnal Soeloeh Indonesia di Surabaya (1925), majalah mingguan Soeloeh Rakjat Indonesia dan harian Soeara Oemoem (1930) yang berhasil menjadi salah satu surat kabar utama di Surabaya dan Penyebar Semangat (1930), majalah berbahasa Jawa yang tetap eksis sampai sekarang.
LPDS mengemban tiga tugas pokok, yaitu menyelenggarakan pendidikan di bidang jurnalistik dan manajemen pers, menyelenggarakan pendidikan di bidang lain yang berhubungan dengan penyelenggaraan sarana komunikasi yang baik dan mengadakan pengkajian, penelitian, pusat dokumentasi, dan pengembangan ilmu jurnalistik.
Ketua Dewan Pers Ninik Rahayu mengingatkan keberadaan LPDS sangat strategis bagi pers karena bertumpu pada pendidikan. LPDS sebagai lembaga pendidikan pers bukan hanya untuk membangun pengetahuan jurnalistik, akan tetapi juga memberikan pengalaman tentang praktek kode etik jurnalistik.
"Memberikan experience apa yang sebetulnya boleh dan tidak boleh dilakukan oleh seorang jurnalis. Apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan oleh orang yang ingin berprofesi di perusahaan media. Saya kira itu menjadi sangat penting," tegas Ninik dalam sambutannya
(iy/nwk)