Fatiha Agyal Shahwiya semula menempuh pendidikan S1 astronomi di Institut Teknologi Bandung (ITB). Pilihannya berangkat dari kegemaran terhadap dunia astronomi sejak SMA. Meski begitu, impian Fatiha adalah menjadi seorang data analyst.
Siapa sangka, ikut Program Bangkit Kampus Merdeka memungkinkannya belajar lebih jauh tentang analisis data dan pemanfaatannya hingga menjadi data analyst, seperti dikutip dari laman Bangkit Academy, Kamis (9/3/2023).
Bangkit adalah program persiapan karier bidang teknologi yang didesain Google. Harapannya,salah satu program Kampus Merdeka ini mendekatkan mahasiswa Indonesia dengan dunia industri bidang teknologi, praktisinya, dan keterampilan yang relevan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Melalui program Bangkit, Fatiha mendapatkan sertifikasi sebagai Certified TensorFlow Developer.
Pengalaman belajar dan berlatihnya selama 900 jam di Bangkit tersebut mengantarkan Fatiha pada pekerjaan sebagai Market Researcher di Neurosensum.
Sebagai informasi, startup multinasional bidang neuroscience dan artificial intelligence (AI) tersebut berfokus pada analisis respons bawah sadar konsumen lewat teknologi virtual reality, eye tracking, reaction time-based app, facial coding, dan lainnya.
Bagaimana kisah Fatiha bergeser memperluas ilmu dari astronomi ke data analysis? Berikut ceritanya.
Kisah Fatiha, Alumnus Program Bangkit Kampus Merdeka
Awalnya Menyukai Dunia Astronomi
Di perkuliahan, Fatiha dituntut untuk mengambil mata kuliah komputasi dan pemrograman dasar dan Python yang berlaku untuk semua mahasiswa dari jurusan mana pun.
Ketika Fatiha belajar lebih banyak tentang machine learning, ia yakin bahwa bidang tersebut sesuai dengan kebutuhannya.
Dalam dunia astronomi, machine learning bisa membantu visualisasi objek luar angkasa seperti black hole. Implementasi teknologi tersebut menurutnya sangat menarik untuk dipelajari lebih lanjut.
Sebelum bergabung dengan 'Bangkit', Fatiha sudah menetapkan tujuan untuk mendapatkan sertifikasi developer TensorFlow.
"Untuk bisa menjadi seorang data analyst, saya rasa saya harus mendapatkan sertifikasi TensorFlow Developer (TFD). Ini membuat saya giat belajar di Bangkit," ujar Fatiha dalam pos Instagram Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Riset, dan Teknologi (Ditjen Diktiristek), dikutip Kamis (9/3/2023).
Dari 64.000 lebih pelamar, terpilih 3.100 peserta Bangkit 2022. Salah satunya adalah Fatiha.
Belajar Giat di Program Bangkit
Meski harus melewati 900 jam pembelajaran, menurutnya Bangkit memberi suasana belajar baru yang membebaskannya jadi diri sendiri.
Di Bangkit, Fatiha juga menjalani konsultasi mingguan dan sesi tanya jawab. Baginya, sesi ini memungkinkan ia mendapat ilmu dan pandangan baru dari sesama peserta.
Fatiha juga menjalani proyek tugas akhir (capstone) dengan kasus perusahaan riil. Pengalaman belajar lewat proyek capstone memotivasinya untuk mengembangkan proyek pengembangan diri pribadi di bidang machine learning.
Saat ini, ia tengah mempraktikkan keterampilannya untuk memanfaatkan rekognisi gambar dengan kesalahan minim manusia dalam pengelolaan sampah.
Lulus Jadi Seorang Data Analyst Muda
Berkat Program Bangkit dan gelar Certified TFD, Fatiha menuturkan, ia jadi punya portofolio yang baik hingga mendapatkan banyak tawaran pekerjaan.
Dari situ, Fatiha memutuskan untuk bergabung dengan dengan Neurosensum, sebuah perusahaan rintisan multinasional di bidang ilmu saraf dan AI.
"Saya diterima sebagai Market Researcher di Neurosensum yang banyak mengaplikasikan keterampilan seorang data analyst," ujarnya.
Sebagai periset pasar, Fatiha menggunakan pengetahuan analisis data untuk mempelajari preferensi konsumen berdasarkan permintaan klien. Ia juga mengelola proses end-to-end dengan klien, mulai dari membuat kesepakatan proyek, berkolaborasi dengan tim, menganalisis data, dan membuat laporan akhir.
"Memiliki sertifikat Google membantu saya dalam berkarir. Ini memotivasi saya untuk mengembangkan keterampilan dan keahlian saya lebih jauh. Ke depannya, saya ingin mengambil lebih banyak sertifikasi di machine learning," pungkasnya.
(twu/twu)