Keputusan tidak memiliki anak atas kesadaran sendiri atau childfree belakangan jadi topik perbincangan hangat di media sosial akibat pernyataan influencer Gita Savitri Devi alias Gitasav.
Childfree sebenarnya bukan fenomena baru yang ada di dunia. Bahkan lumrah di negara maju. Namun, pilihan tersebut rupanya tak hanya berdampak bagi faktor sosial saja, tapi juga aspek ekonomi.
Ekonom Universitas Airlangga, Prof Dra Ec Dyah Wulansari MEcDev PhD, menyebutkan budaya yang berkembang di Indonesia memiliki anak masih dianggap sebuah kebutuhan, bahkan penarik berkah tersendiri.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kita ini bela-belain ya untuk punya anak. Kalau sulit, bahkan bela-belain untuk menggunakan bayi tabung sampai ke luar negeri yang biayanya cukup mahal," ujarnya dalam keterangan tertulis Unair yang dikutip detikedu Selasa (14/2/2023).
Dalam perspektif ekonomi, childfree tidak selamanya buruk. Bahkan bagi beberapa pihak justru akan menguntungkan. Menurut Dyah, perempuan bekerja yang memilih untuk tidak punya anak, akan lebih produktif. Tentu saja, hal tersebut akan menguntungkan perusahaan tempatnya bekerja.
"Bagi pengusaha itu senang juga ya, karena si wanita tidak punya anak, dia bisa bekerja dan tidak cuti melahirkan. Itu kan ada undang-undangnya, bahwa wanita yang bekerja, dan dia melahirkan, maka berhak mendapatkan cuti. Itu sisi pengusaha," katanya.
Namun, fenomena tersebut juga telah mempengaruhi demografi beberapa negara, sebut saja Jepang dan Korea Selatan. Kedua negara ini bahkan memberikan insentif untuk mendorong warganya agar memiliki anak karena tingkat kelahiran yang semakin turun.
Guru Besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Unair itu mengatakan tren angka kelahiran yang rendah dalam jangka panjang dapat menyebabkan krisis sumber daya manusia dan memengaruhi ekonomi sebuah negara.
"Kalau di luar, negara yang penduduknya sedikit, mungkin boleh dikatakan krisis sumber daya sehingga harga tenaga kerja mahal. Mereka akan diganti oleh mesin-mesin, itu kan akan berkembang seperti itu," katanya.
Sebenarnya, banyak hal yang bisa dilakukan dan menjadi solusi bagi wanita yang ingin tetap bekerja walaupun mempunyai anak. Misalnya, dengan menitipkan anak di childcare hingga meminta bantuan kepada orang dekat.
Selain itu, memiliki pun anak tidak bisa dibandingkan dan disetarakan dengan hal bersifat kebahagiaan.
"Kalau ingin bahagia itu tidak harus tidak punya anak, ya. Banyak sekali alternatif yang bisa dilakukan, seperti hidup sehat, bagaimana menyikapi diri, olahraga, makan yang teratur, dan keseimbangan dalam hidup," ujarnya.
(pal/nwk)